My Daddy!

357 76 10
                                    

Hari ini tepat satu minggu Jimin pergi meninggalkan rumah keluarganya, dan tepat seminggu pulalah Seulgi menginap di rumah keluarga Park. Seulgi masih murung, dan itu membuat keluarga Park takut untuk membiarkan Seulgi pulang ke rumahnya. Bisa saja Seulgi nekat melakukan hal hal buruk pada dirinya sendiri.

Kadang tengah malam Seulgi terbangun, dan menangis di hadapkan kenyataan jika ibunya sudah tidak ada. Seulgi tidak memilik saudara di Seoul, jadi dia hanya bisa menangis sendirian di kala dia teringat ibunya. Belum lagi tentang Jimin, Seulgi sangat merasa bersalah pada lelaki itu.

Dia membenarkan apa yang di katakan Jimin tentangnya, semua ini memang kesalahannya.  Tapi beruntungnya Seulgi, keluarga Jimin sangat perhatian padanya. Ibu dan nenek Jimin berusaha membuatnya bicara setiap waktu, mencoba memberi pengertian pada Seulgi bahwa semua yang telah terjadi merupakan takdir yang sudah di tentukan Tuhan. Bukan kesalahan siapapun, apalagi sampai menyalahkan dirinya sendiri.

***

One side ~

Jimin sedang duduk di teras balkon kamarnya, karena dia baru saja terbangun dari tidurnya. Di dalam tidurnya dia bermimpi, dia memimpikan Sora yang sedang tersenyum manis padanya. Dia mencoba meraih Sora tapi wanita itu hanya menyunggingkan senyumnya, Jimin mencoba lagi untuk mendekat tapi wanita itu menggeleng dan hanya mengatakan 'ikhlaskan aku Jimin'.

Setelah mengatakan kalimat itu Jimin tiba tiba saja terbangun dari tidurnya, dan berakhirlah dengan dia yang duduk merenung di balkon apartemennya.

"Apa kau bahagia di sana noona? Apa memang ini semua takdir Tuhan? Salahkah jika aku menyalahkan putrimu atas kejadian ini? Apa memang ini rencana Tuhan agar kita tidak bersama, dan kau disana berkumpul lagi dengan mantan suamimu!" gumam Jimin menatap langit hitam kota Seoul.

"Apa aku harus mengikhlaskanmu seperti yang kau minta di mimpimu barusan!"

"Baiklah, akan aku coba noona. Demi dirimu, dan demi kehidupanku serta keluargaku. Aku akan menganggap ini semua adalah takdir kita. Doakan aku dari sana noona, agar aku bisa mengikhlaskanmu dengan tenang. Bahagialah di sana!" akhirnya Jimin mulai berusaha ikhlas atas kepergian kekasihnya.

Dan tiba tiba saja Jimin teringat dengan Seulgi, berhubung dia pernah di kasi tahu oleh Sora jika mereka tidak memiliki keluarga di Seoul. Ingin rasanya dia menghubungi keluarganya untuk menanyakan keadaan Seulgi. Tapi Jimin ingat jika ini sudah tengah malam, mana mungkin keluarganya akan mengangkat panggilannya.

Tuut tuut tuut

Entah kenapa rasanya Jimin tidak sabar untuk menunggu besok, dia langsung saja menghubungi ibunya tanpa berfikir apakah akan tersambung atau tidak.

"Hallo Jimin" dan panggilan itupun akhirnya tersambung dengan sekali panggilan.

"Ibu" panggil Jimin,

"Apa aku mengganggu?" lanjutnya, dan ibunya hanya menjawab tidak.

"Ada apa nak?"

"Apa Seulgi sudah pulang ke rumahnya?" tanyanya ragu.

"Oh Seulgi. Dia masih di sini Jimin, sepertinya dia masih kepikiran dengan kata katamu kemarin. Dia belum mau terlalu bicara, padahal ibu dan nenek sudah mencoba sebisa mungkin untuk mengajaknya bicara dan ibu juga sudah memberikan pengertian padanya kalau semua ini bukanlah salahnya, tapi ya begitu dia masih menyalahkan dirinya sendiri"

"Maafkan aku ibu.."

"Tidak apa apa nak, ibu mengerti. Ibu ingin melihat ke kamar Seulgi dulu ya, biasanya dia suka terbangun tengah malam dan berakhir dengan menangis" ujar nyonya Park sambil berjalan ke arah kamar Seulgi yang hanya berjarak 5 meter dari kamarnya.

"Apa ibu sudah mengecek keadaannya bu?.."

"Astaga, Seulgi. Seulgi..." pekikan sang ibu terdengar nyaring di ponsel Jimin, membuatnya panik.

"Bu, ibu. Apa yang terjadi, ibu.." tak ada suara sahutan lagi, yang terdengar hanya suara kegaduhan. Terdengar ibunya yang berteriak memanggil nama ayahnya dan tak lama Jimin mendengar suara ayahnya yang juga kalut.

Jimin tak tahan, dia segera menyambar coat dan kunci mobilnya. Menuruni apartemen dan menuju bassemant untuk mengambil mobilnya, setelah itu dia melajukan mobilnya menuju kediaman keluarganya.

"Apa yang terjadi? Kenapa suara ibu terdengar panik sekali. Ya Tuhan!" gumam Jimin bimbang. Mencoba meraih ponselnya dan kembali menekan nomor ibunya, yang terdengar hanyalah suara operator yang menjawab. 

***

One side rumah keluarga Park ~

Seketika suasana tengah malam di rumah mewah itu riuh dengan pekikan nyaring nyonya Park, semuanya seketika menghambur ke arah suara yang berasal dari kamar tamu yang ditempati Seulgi.

Tuan Park terkejut melihat istrinya yang sedang histeris memangku kepala Seulgi yang sedang tergeletak di lantai dengan mulut yang mengeluarkan busa.

Tuan Park belum bisa mencerna kejadian ini, dan hanya tergugu di tempat sebelum suara nyonya Park menyadarkannya.

"Ayah, tolong Seulgi. Jangan diam saja!" pekik nyonya Park, dan akhirnya dengan gesit tuan Park mengambil alih tubuh Seulgi untuk di bawa ke rumah sakit.

Nyonya Park juga bergegas turun menyusul suaminya, dan dia melupakan ponselnya yang tadi berada di genggamannya. 

Di bawah, supir pribadi keluarga Park sudah menunggu dan langsung membantu tuannya memasukkan Seulgi ke dalam mobil, diikuti nyonya Park di samping Seulgi dan tuan Park di kursi samping supir. Karena jam yang sudah menunjukkan tengah malam, perjalanan mereka menuju rumah sakit sangatlah cepat.

Sekitar 10 menit berkendara dengan kecepatan di atas rata rata, akhirnya mobil yang di tumpangi Seulgi sampai di rumah sakit. Dengan bantuan perawat yang berjaga di depan, Seulgi di baringkan di brankar dan segera di larikan ke UGD.

Tuan dan nyonya Park hanya bisa berharap jika Seulgi tidak kenapa kenapa, dan menanti kabar selanjutnya dari Dokter.

***

Sesampainya Jimin di rumah, dia heran melihat pintu rumahnya yang terbuka lebar, dan seketika perasaan Jimin menjadi tidak enak. Dia memasuki rumahnya tergesa gesa dan menemukan sang nenek yang nampaknya sedang gusar sambil memegang ponsel tampak seperti sedang menghubungi seseorang.

"Nek" panggil Jimin, seketika wanita paruh baya itu menoleh ke arah suara dan mendapati atensi cucunya.

"Apa yang terjadi?" sambungnya.

"Seulgi di bawa ke rumah sakit Jimin, dia sepertinya meminum sesuatu dan tadi mulutnya keluar busa" ujar sang nenek dan itu cukup membuat Jimin membulatkan matanya.

"Astaga Seulgi, di rumah sakit mana nek?" tanyanya.

"Rumah sakit tempat om Namjoonmu bekerja" jawabnya, dan segera Jimin berpamitan dengan sang nenek untuk menyusul ayah dan juga ibunya. Neneknya memaksa ikut tapi Jimin juga tidak bisa membiarkan neneknya berada di rumah sakit di waktu malam begini.

Akhirnya nenek Park mengalah dan membiarkan cucunya menemui orang tuanya. Di perjalanan, Jimin tak henti henti menggumamkan kata penyeselan dan maaf.  Semoga saja keadaan Seulgi tidak begitu parah, dan keadaan kembali seperti semula.

Tbc
Vomen









Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now