Sorry

314 70 33
                                    

Hari ini sesuai perkataan tuan Park, Jimin dan Seulgi akhirnya akan benar benar menikah. Resepsi di gelar sederhana atas permintaan Jimin. Jimin tak ingin semakin banyak orang yang tahu kelemahannya saat ini, dan demi menjaga perasaannya yang memang masih merindukan sang mantan.

Siwon dan Yoona juga tampak hadir pada pesta pernikahan, Yoona juga sudah mengiyakan rencana tuan Park. Dia juga merasa Seulgi akan hidup enak jika di jebloskan ke penjara. Padahal siapa bilang jika di penjara hidup enak? Lebih baik mati.

***

"Jangan lupakan kematian Chaeyong Jim, seharusnya kalian yang menikah saat ini!" ucap Yoona yang menghampiri Jimin di pelaminan.

"Bibi tenang saja, aku tidak akan melupakan perbuatannya pada Chaeng. Lagi pula setelah ini aku akan membawanya ke rumah baruku, tanpa ada dampingan ayah dan ibu. Aku akan bebas melakukan apa saja padanya!" jawab Jimin, semuanya seakan sudah tersusun apik di kepalanya.

"Baiklah nak, bibi pulang dulu. Selamat bersenang senang, Jim" ucapnya remeh.

"Pasti, bi!" ucap Jimin yakin.

Seulgi hanya menghela nafasnya dari jauh, setelah pengikraran janji suci tadi, Jimin langsung menyuruhnya untuk menjauh. Jimin bahkan tidak sudi dekat dekat dengan wanita yang sudah sah menjadi istrinya, sah di mata hukum dan agama.

Setelah berjam jam, acara pernikahan pun selesai. Jimin langsung membwa Seulgi menuju ke rumahnya sendiri. Dengan bantuan supir yang membawa mereka agar sampai di rumahnya. Di rumah itu Jimin mempekerjakan seorang asisten rumah tangga yang sudah cukup usia. Bibi Shin panggilannya, bibi Shin yang sudah bekerja sedari Jimin kecil. Tentu Jimin sudah mempercayakan semuanya pada bibi Shin.

Sebenarnya Jimin akan mempekerjakan banyak orang untuk di rumah ini, tapi karena bukan Chaeyong yang menjadi istrinya melainkan wanita yang sudah menyebabkan kematian seorang yang paling berarti di hidupnya. Jadilah Jimin hanya meminta bibi Shin yang ikut.

***

Seulgi membantu Jimin untuk menaiki tangga, rumah mewah ini terdiri dari dua tingkat dengan banyak kamar. Tapi dari semua kamar, kamar utama lah yang paling mewah dan luas. Sudah sebegitu detailnya persiapan Jimin untuk menikahi gadisnya itu.

"Kau harus tidur di bawah! Tanpa alas ataupun selimut. Karena di sini kau bukan nyonya. Derajatmu sama dengan pembantu di rumah ini. Masih bersyukur aku berbaik hati mengijinkan kau tidur di kamarku!" bentak Jimin, Seulgi hanya mengangguk. Tak ingin membuat keributan.

"Jawab!" teriak Jimin.

"Iya tuan, tadi saya sudah mengangguk" jawab Seulgi pelan.

"Sialan. Kau mengejekku? Sudah tahu aku tidak bisa melihat, kenapa kau hanya menganggukkan kepala bodohmu itu. Kau fikir gara gara siapa aku sekarang tidak bisa melihat? Gara gara kau, sialan!" amuk Jimin, Seulgi lupa Jimin masih sensitif atas bahasan tentang keadaannya yang kini buta.

"Ma-maaf tuan" suara Seulgi mulai bergetar, dirinya ketakutan saat ini melihat Jimin mengamuk.

Praaaanggggg

Jimin menghempaskan tongkatnya, alat bantu nya untuk berjalan. Tertatih dan meraba raba mencari atensi Seulgi, dan ketika dapat.

Bruukk

Tubuh mungil itu terhempas ke lantai marmer yang dingin, tubuh yang masih di lekati gaun pengantin itu terjerembab. Seulgi meringis menahan sakit di bagian pinggulnya, tak hanya di situ saja. Jimin kembali mengayunkan kakinya untuk menendang Seulgi.

Bukkk

"Awhhhh!" rintih Seulgi tak tertahan, air matanya mengalir membasahi wajah yang masih di lapisi make up natural yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi.

Tok tok tok

"Tuan" panggil bibi Shin panik dari luar kamar, pintunya memang tidak di kunci. Tapi sebagai bawahan bibi Shin enggan langsung membukanya.

"Kau pembawa sial. Aku membencimu Kang Seulgi. Aku membencimu!" amarah Jimin meluap, mungkin seperti inilah yang akan di rasakan Seulgi setiap harinya. Di kasari dan di hina.

Tak tahan dengan bunyi perang di dalam, akhirnya dengan berat hati bibi Shin membuka pintu. Lalu masuk dan terkejut melihat keadaan Seulgi yang terduduk di lantai dengan tangan yang memegangi kakinya.

"Tuan, jangan begini tuan" mohon bibi Shin. Seumur umur bibi Shin tidak pernah melihat Jimin semarah ini. Sedikit banyak membuat nyali bibi Shin menciut. Seulgi yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya menatap wajah bibi Shin. Dia takut bibi Shin akan terkena amarah Jimin juga.

"Arrrrrggggghhhhhh!" pekik Jimin dan setelah itu dia membanting tubuhnya ke tempat tidur yang berada tepat di sampingnya.

"Siapkan air hangat bibi, aku ingin mandi" titahnya lembut pada bibi Shin.

"Baik tuan!" dan dengan segera bibi Shin ke arah kamar mandi menyiapkan apa yang di minta Jimin.

Seulgi juga perlahan beranjak bangun, namun kakinya terasa nyeri bekas tendangan Jimin barusan. Perlahan dan berusaha sekuat kuatnya agar tidak mengeluarkan suara, akhirnya Seulgi bisa berdiri walau rasanya sangat nyeri. Berdiri melepaskan sepatunya dan beranjak untuk membersihkan diri di kamar sebelah.

Sesampainya Seulgi di kamar yang berada tepat di sebelah kamar utama, Seulgi langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan menangis menumpahkan segala rasa sakit hatinya. Kenapa jalan hidupnya menjadi begini, bukan pernikahan yang seperti ini yang diinginkan Seulgi. Tapi semua sudah terjadi, Seulgi tidak tahu kapan tepatnya semua kesakitan ini akan berakhir. Entah Jimin yang akan menghentikannya atau karena nyawa yang menghentikan.

"Mulai sekarang aku tidak akan lagi menebus obat obat itu. Aku hanya akan menunggu batas waktu yang sudah di tulis Tuhan. Sampai kapan pun akan aku tunggu. Dan setelahnya keadaan pasti akan kembali seperti semula!" tekad Seulgi bulat. Dia tidak akan melakukan pengobatan apapun untuk penyakitnya.

Tbc
Vomen 👍 gimana huru hara gak hati kalian 😭😭😭😭
Tripple up dong hari ini 😍😍😍

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now