29. The Conspiracy

2.4K 378 123
                                    

Taiwan mendatangi rumahnya Japan pagi pagi sekali, pemuda bertubuh mungil itu sudah memasak makanan untuk sarapan dan makan siang untuk Japan, kekasihnya.

Taiwan tau kalau Japan tidak bisa memasak makanan, kalaupun bisa, rasanya memprihatinkan, oleh karena itu dia memasak untuk Japan.

Dia memasukkan kata sandi pintu rumah gadis itu yang sudah dia hafal di luar kepala dan memasukinya.

Japan masih tertidur di sofa, dia mendengkur halus, di bawah sofanya terdapat bungkus-bungkus snack yang sepertinya adalah milik gadis itu setelah dia menonton kartun.

Untung Taiwan sudah terbiasa dengan tingkah pacarnya itu, jadi dia membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Japan dan menyiapkan makanan untuk sang pacar.

Dia menghampiri Japan yang masih tertidur dengan lelap dan menepuk nepuk pipinya dengan lembut.

"Beb, bangun..."

Suara Taiwan yang begitu lembut menyapa telinga Japan, seolah sihir, gadis itu terbangun seketika dari tidurnya, dia merengangkan tubuhnya yang terasa kaku dan mengayunkan telinga kucingnya.

"Mmm?" gumam Japan, Taiwan tersenyum lebar dan mengusap kepala Japan dengan lembut.

"Makan yuk, aku udah masakin..." ucap Taiwan, Japan mengangguk.

Taiwan sudah menyiapkan makanan untuknya, Japan menatap makanan dihadapannya dengan mata berbinar binar, sepertinya masakan Taiwan kelihatan sangat lezat.

Dia mengambil sendok yang  disiapkan Taiwan untuknya dan menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya, sementara Taiwan hanya memperhatikan pacarnya itu.

"Bebeb gak makan?" tanya Japan, Taiwan menggeleng pelan.

"Aku udah kok..."

Japan mengangguk dan melanjutkan makannya, sementara Taiwan mengeluarkan sebuah kantung plastik dari dalam tas sekolahnya.

"Beb, makan snacknya, ya... jusnya abisin, pembalutnya diganti ya, catnipnya jan lupa dipake..." ucap Taiwan yang menyodorkan kantung berisi benda benda keperluan Japan.

"Makasih, beb!" Japan tersenyum sumringah, seperti biasa Taiwan selalu tahu apa yang dia butuhkan.

"Makan siangnya bebeb ada di kulkas, tinggal panasin aja, ya?"

"Oke, beb!"

Taiwan benar benar definisi dari seorang boyfriend material.

"Aku pergi ke sekolah dulu ya, beb..." dia mengelus kepala Japan, cewek itu mengangguk semangat.

"Hati hati ya, beb..."

.........

Taiwan sudah sampai di sekolah, rupanya dia datang terlalu cepat, lorong sekolah masih sepi, siswa yang datang ke sekolah juga belum banyak.

Namun, Poland sudah datang ke sekolah, dia tengah menyalin buku catatannya yang entah bagaimana bisa hilang kemarin.

Mungkin jika dilihat sekilas, Poland adalah anak yang rajin, gak tau aja kalau yang dia catet ulang itu sebenarnya nama orang yang udah dia jual organnya ke pasar gelap :)

"Hey Poland..." Taiwan menyapanya.

Poland menoleh, dan tersenyum kecil pada kekasihnya Japan itu.

"Oh, Taiwan... ada apa?" tanya Poland, jujur dia tidak terlalu suka bersikap ramah kepada orang lain, namun dia harus melakukannya demi menjaga reputasinya agar tetap baik.

Red N' White Squad! [✔️]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora