123. 42 Marcid

40 13 8
                                    

Kanara menguap lebar, udara pagi ini begitu dingin hingga rasanya, dingin itu dapat menembus tulang-tulang Kanara.

"Hati-hati ya Na, nanti kalau udah sampe, kabari kita." Haidar berujar dengan mata menatap lurus pada Kanara. Harris maju, membenarkan jaket yang dipakai Kanara. "Bang Bas belum sampe?"

"Udah nunggu di gate penerbangan, gue kesana dulu ya," Kanara memasukkan tangannya pada saku jaket. Gadis itu tidak membawa koper atau tas besar lain untuk dibawa selama beberapa hari, dia tidak sempat berkemas, jadi dia memutuskan membeli beberapa pasang saja saat sudah sampai nanti.

"Jangan lupa kabarin kita!" Kanara terkekeh, "kalo kayak gini kalian kayak orang tua posesif yang mau ngelepas anaknya buat ngerantau."

Harris dan Haidar semakin menunjukkan ekspresi mereka yang berlebihan, "anakku, jangan lupakan kita ya nak, jangan lupa pulang!"

"Ya Tuhan, anak gue sebesar ini kapan bikinnya coba?"

"Gausah bikin, download aja di playstore."

Kanara menahan diri untuk menepuk dahinya. "Udah sana pulang, udah mau waktunya sarapan, gue ke Kak Bas dulu, dah!"

"Jangan lupa kabarin kita!"

"Iya iya!"

Sekarang disinilah sekarang Kanara, disalah satu tempat duduk dalam kursi pesawat VVIP yang akan membawa ke Amerika dengan setumpuk berkas yang diberikan pada Nabastala untuk dia pahami dan agar tidak menyulitkan Nabastala saat di tempat nanti. Kanara iya-iya saja, lagipula sudah cukup dia menyulitkan Nabastala selama hidupnya.

Di sebelah Kanara ada sekertaris pribadi papanya yang sekarang jadi sekertaris pribadinya--Rakshan--yang juga sama sibuknya dengan berkas-berkas. Secangkir kopi menemani lelaki muda berusia 21 tahun itu. Merasa ditatap, Rakshan menolehkan kepala dan menemukan Kanara menatapnya dengan pandangan sungkan.

"Butuh bantuan, nona?" Kanara menghela napas, Rakshan kembali lagi menjadi sangat formal karena sempat mendapat terguran dari Barata hanya karena sapaan yang menurutnya tidak sopan.

"Boleh? Saya sedikit kesusahan dengan berkas ini." Yang artinya dia juga mendapat teguran dari Barata karena sikapnya yang terlalu santai dan cenderung tidak sopan pada yang lebih tua.

Ya berakhir lah dia dengan panggilan saya-kakak yang akan ia pakai sampai setidaknya Barata pergi.

Tiga jam Kanara habiskan untuk memahami berkas, berimbas pada kepalanya yang sekarang terasa pusing. Hal tersebut tidak luput dari perhatian Rakshan sampai, "nona, anda mimisan!"

Lagi-lagi Kanara mengalami hal yang sama tiap rasa sakit kepalanya muncul. Gadis itu segera berdiri lalu menuju kamar mandi yang ada. Setelah selesai dengan urusannya, Kanara kembali pada seat nya dan menemukan sirloin steak di sana.

"Makan. Kamu tidak boleh sakit." Kanara yang baru saja duduk langsung mendongak dan mendapati Barata ada di sampingnya. "Iya kak,"

Barata benar, Kanara tidak boleh sakit, dia tidak boleh membuat Barata lebih merasa direpotkan lagi. Meskipun badannya sudah lelah dan minta diistirahatkan, Kanara masih bisa memaksanya dengan makanan agar bisa bertahan lebih lama sebentar saja.

Tapi setelah dua jam kembali berkutat, Kanara menyerah, fokus gadis itu sudah pecah dan Rakshan menyarankan padanya untuk istirahat yang juga disetujui oleh Barata.

—00—

Juru masak pagi itu di basecamp adalah Felix dan Aksa. Harris yang sudah sampai juga ada disana untuk sedikit membantu. Lain lagi dengan Haidar, cowok itu sempat tertidur saat perjalan kembali dan sekarang masih sibuk mengumpulkan nyawa di salah satu kursi pantry seraya sesekali menguap.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang