123.70 Bracelet

38 7 0
                                    

Hasu
Kanaaa, sibuk nggak? Jalan yuk? Tapi berdua doang, Haidar katanya ada urusan

Yukk, kemana? Tama mau ikut nih, bolehin atau enggak?

Ke festival di taman kota ituu, banyak lampu lampu cantik
Idih tama tukang ikut ikutt

Katanya dia bosen terus ini maksa maksa ikut. Katanya nggak bakal ganggu kita

Iya deh boleh, gue jemput satu jam lagi naa, daaahh

Kanara meletakkan ponselnya lalu melempar bantal ke arah Tama yang sedari tadi merengek minta ikut. "Iya iya anjir lo ikut tammm, shhh diemm."

Kanara beranjak, "lo ada chat Haidar hari ini?" Tama menggelengkan kepalanya lalu lanjut merenggangkan badannya yang rebah diatas kasur sementara pemilik kasur, Kanara, beranjak dari sofa.

"Mandi Tam, sana mandi di kamar lo sendiri."

Tama kembali menggelengkan kepalanya. "Nggak mauuu, dinginnn."

Kanara mendengus, "banyak alasan, bilang aja males." Tama terkekeh, "itu tau." Kanara kembali mendengus lalu masuk kamar mandi tanpa membalas lagi ucapan Tama.

Sekitar tiga puluh menit Kanara ada di kamar mandi, sewaktu dia keluar dari sana Tama sudah tidak ada di atas kasur yang kini berantakan. Kanara menyelesaikan ganti bajunya lalu mengambil ponsel miliknya dan juga satu benda lain yang selalu dia bawa setelah dia selesai bersiap.

Kanara menuruni tangga, sayup sayup telinganya mendengar suara berisik dari arah ruang tengah. Suara Harris dan Tama saling bersahutan, mendebatkan sesuatu dan suara Nabastala sesekali masuk ke dalam percakapan keduanya. Mata Kanara langsung tertuju pada Harris yang dibalut baju serba hitam, masker warna hitam bahkan di kacamata warna hitam.

"Naraa coba ini orang bego kasih tauuu, masa dia pake kacamata hitam malem malem gini." Tama menunjuk muka Harris dengan sebal.

"Ini tuh fashion tau!"

Nabastala kembali berhenti membaca email lalu menunjuk Tama dan Harris bergantian. "Kana dua curut ini tarik pergi sebelum gue pukul satu satu karena berisik."

Kanara tersenyum geli, meraih lengan Tama dan Harris bersamaan lalu memeluknya. Matanya menatap Nabastala, "kak, Kana keluar dulu ya? Mau lihat festival lampu di taman kota."

Nabastala mengangguk mengiyakan, "hati-hati."

Kanara menarik kedua lengan temannya lalu melangkah keluar rumah. Matanya sesekali menatap Harris dari samping, luka di sudut mata Harris terlihat dari posisi ini. Kanara tersenyum tipis lalu ikut masuk mobil. Mata Kanara menatap lekat Harris dari samping sementara yang ditatap sibuk menyalakan mobil.

"Ris,"

"Apa sayangg?"

Tama menampilkan wajah jijik di kursi belakang sementara yang dipanggil sayang mendengus geli. "Mau gue obatin sekarang atau pulangnya nanti?"

Harris menatap Kanara sekilas lalu tersenyum tipis di balik masker miliknya. "Yang di muka? Sekarang juga nggak papa." Kanara mendekatkan tangannya lalu melepas kacamata yang dipakai Harris perlahan lalu menurunkan masker laki laki itu juga.

Tama menatap bergantian sekilas lalu sibuk pada ponselnya. Kanara merogoh saku celananya, mengambil barang yang selalu dia bawa setelah ponsel. Thrombophob gel. Kanara meratakan gel itu pada memar yang ada disekitar muka Harris. Harris sesekali menatap Kanara yang serius sekali dari ujung matanya lalu tersenyum geli meskipun setelahnya meringis.

Kanara mendengus, "jangan tiba-tiba senyum atau ketawa dulu Harriss." Harris terkekeh pelan. "nggak bisaaa, gue salting diobatin cewek cantik."

Tama menatap keduanya dengan ekspresi masam, mulai menyesal kenapa dia ikut dengan kedua orang yang duduk di kursi depan itu. Kanara ikut terkekeh, "udah sering gue obatin masa baru salting sekarang?"

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now