Epilogue

41 5 1
                                    


Kanara menjongkokkan diri lalu menepikan bunga bunga layu dari atas pusara Harris lalu meletakkan bunga lily putih yang sempat ia beli sebelum menuju kemari. Kanara menyentuh nisan Harris, "udah enam tahun aja ya Ris? Lo udah tinggalin gue selama itu ternyata."

Kanara tersenyum tipis, "kabar gue baik, meskipun gue sekarang jadi ceo sih bukan dokter kayak cita-cita gue, tapi nggak papa, gue tetep bahagia sama kerjaan gue sekarang. Maaf ya tahun lalu gue nggak sempet kesini, di Vancouver lagi hetic banget. Gue denger yang sering kesini tahun lalu itu Haidar ya?"

Tangan Kanara bergerak menyentuh nisan harris, "maafin gue sama yang lain karena jarang kesini ya Ris? Darren, Raka sama Candra terutama karena mereka sibuk bantu obatin orang-orang. Segara sama Aksa juga sibuk jadi ceo, Felix sibuk sama restorannya, juga restoran nasi padang yang rencana kita itu, sekarang udah beneran ada di Jepang, Felix yang kelola itu. Cuma Haidar sekarang yang kerjaannya fleksibel, dia kan produser lagu."

Senyum Kanara merekah, "restoran nasi padangnya bahkan dapet banyak feedback bagus dari kritikus makanan."

Kanara menatap lekat nisan Harris, "kabar lo gimana? Baik kan pasti? Oh ya, gue udah nggak sering nangis, kata kak Bas malah gue makin keras kepala sekarang." Kanara terkekeh pelan.

"Gue emang mirip papa." Kanara menatap satu karangan bunga lagi yang dia dekap sedari tadi. "Ini mawar putihnya nanti mau gue kasih ke papa, lo mau mawar putih juga Ris?" Kanara mengambil satu tangkai mawar putih dari karangan lalu meletakkannya diantara lily putih seraya tersenyum, "nanti kalau gue dateng lagi gue kasih lebih banyak mawar putih."

Kanara lebih mendekatkan diri lalu merengkuh batu nisan Harris ke dalam pelukan, "gue kangen pelukan lo. Gue kangen meluk lo sambil curhat." Kanara terkekeh pelan lalu bergumam, "udah enam tahun Ris, udah selama itu tapi gue sama Haidar belum sempet ngobrol, kita makin jauh satu sama lain. Maaf Harris, harusnya gue yang lebih berani buat ngobrol lebih dulu."

Kanara menghela napas, "rencananya lusa mau gue obrolin. Lusa gue sama yang lain bakal kumpul-kumpul di Jepang, di restoran kita. Tapi gue takut gimana reaksi Haidar nanti Ris. Gue takut kalau hubungan gue sama dia nggak bisa lagi diperbaiki kayak gue sama Candra. Gue takut."

"Gue juga sama Na, gue juga takut."

Kanara menengokkan kepalanya dengan cepat karena mendengar suara familiar disampingnya. "Haidar," gumamnya lirih. Matanya terpaku pada Haidar, Tama benar, Haidar tidak banyak berubah, apalagi gaya rambutnya. Masih sama saja seperti saat sma.

Haidar meletakkan mawar putih yang dia beli di samping lily putih yang Kanara bawa. Haidar balik menatapnya seraya tersenyum.

"Wanna get some coffe and talk Na? I have a lot things to say."

-00-

Disinilah keduanya sekarang, di rooftop perusahaan papa Kanara dengan tangan membawa kopi masing-masing. Angin semilir sore mengisi kelegangan di antara mereka yang canggung.

"Kabar lo baik, Na?"

Kanara tersenyum tipis lalu mengangguk, rambut pendeknya bertebangan rendah karena angin. "Lo, baik?" Haidar ikut mangangguk. Keduanya kembali saling diam. Canggung sekali.

"You got your happy ending tho right?" Haidar menatap Kanara. "Lo bilang sebelum pergi ke Vancouver kalau lo kesana buat cari happy ending lo, because I already got my happy ending, you said. You got yours, right?"

Kanara tersenyum lalu menggeleng, "belum, lo sama Ara mau nikah ya?" Haidar ikut tersenyum lalu menggeleng. "Kita, putus, udah hampir dua tahun. Papa Arawinda nggak suka gue karena kerjaan gue."

Kanara menatap Haidar, "so you didn't get your happy ending either?"

"Ending bahagia itu palsu, jangan percaya, semesta hobi bercanda." Getir tersirat dalam suara rendah Haidar. Kanara tersenyum samar kemudian menjawab tenang, seringan angin sore,

"Iya, buktinya gue pernah kehilangan banyak hal dalam satu waktu, termasuk keakraban kita."

Kanara melanjutkan lirih,

"Kita asing banget ya, sekarang?"

Haidar menatap Kanara lekat, "kita perbaikan pelan-pelan ya Kana? I don't wanna lose you again, please, gimme second change."

Kanara tersenyum lega karena ternyata bukan hanya dia yang ingin memperbaiki hubungan ini. "sure, kita perbaiki pelan pelan."

Haidar tersenyum, "I won't leave you again. Let me protect you." Pandangan Haidar terpaku pada Kanara."  I, I think i'm fallin for you, depply."

Kanara tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, pupil gadis itu melebar. Kanara terdiam, meremat pelan cup kopi dengan kedua tangannya.

"Can we?"

Kanara menggeleng pelan lalu menatap mata Haidar seraya berbisik lirih, "too late, Haidar. Too late, i'm sorry."

"Did you," Haidar menatap jari manis tangan kiri Kanara yang dihiasi cincin. Kata-kata Haidar kembali tertelan dengan rasa getir.

Dia kembali terlambat.

Kabar mengangguk diikuti hela napas lirih dengan pandangan mata yang sulit diartikan.

"Kana, ayo pulang. Kamu udah ditunggu mama."

Haidar kehilangan kesempatannya. Lagi.

—00—

End.

Tertanda,
Nalovzz

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now