123.14 Nightmare

79 25 12
                                    

Kanara terbangun tengah malam dengan keringan dingin membasahi tubuhnya. Lagi-lagi mimpi buruk yang kekanakan berhasil membuatnya terbangun di tengah malam.

Gadis itu dengan panik turun dari ranjangnya lalu berusaha mencari obat penenang miliknya yang selalu tersimpan di saku rok sekolahnya. Setelah menelan pil, Kanara berusaha menormalkan deru napasnya yang tersengal.

Kanara menghela napas lega saat napasnya sudah stabil. Gadis itu bangkit dari posisi berlutut lalu melangkah ke kamar mandi, karena daripada tertidur, dirinya memutuskan untuk membasuh muka agar tetap terjaga.

Setelah membasuh muka, Kanara memutuskan untuk turun ke lantai bawah untuk minum segelas air putih hangat. Saat menuruni tangga, dia mendengar suara televisi, juga lampu ruang keluarga yang belum di matikan.

Kanara tersenyum tipis saat matanya menangkap tubuh Candra yang menggelung di atas sofa panjang. Langkah Kanara berhenti, gadis itu kembali berbalik lalu melangkah menuju kamar Candra yang ada di ujung untuk mengambil selimut dari sana.

Kanara menuruni tangga dengan perlahan lalu menyelemuti tubuh Candra. Gadis itu menyamakan tingginya lalu mengelus kerutan yang muncul di dahi Candra, karena Kanara yakin, Candra pasti sedang mengalami mimpi buruk. Setelah kerutan di dahi Candra hilang, Kanara berdiri dari posisinya lalu melangkah menuju pantry.

Saat sampai di pantry dia tercekat saat menyadari ada orang lain disana. "Kak Matthew?" Punggung itu dengan cepat berbalik lalu menatap Kanara dengan mata membulat. "Astaga Ya Tuhan! Lo ngagetin gue Na!"

Kanara mengerjap lalu melihat apakah kaki Matthew menapak pada lantai atau tidak. "Kenapa Na?" Matthew ikut melihat kebawah, takut-takut Kanara melihat kecoak atau serangga merayap lain di dekat kakinya.

"Ha? Enggak kok kak, cuma mau mastiin aja kalo lo beneran orang." Matthew terkekeh seraya menutup kulkas. "Gue manusia kok. Kenapa masih belum tidur? Mimpi buruk?"

Kanara mengambil satu gelas lalu mengisinya dengan air di dispenser seraya mengangguk. "Sejak kapan lo disini kak?"

"Jam sebelas malem gue baru dateng, di suruh jadi penengah kalau tiba-tiba lo sama Candra sama-sama kehilangan kontrol atas diri sendiri." Jelas Matthew seraya tersenyum.

Kanara terkekeh, "kita berdua bukan anak kecil kali kak. Siapa sih yang nyuruh?"

"Siapa lagi kalau bukan Haidar sama Harris. Spam gue mulu, berisik, akhirnya gue iyain aja. Untung laptop gue ada disini, jadi bisa sama ngerjain tugas."

"Berarti kemungkinan besar Candra masih disini gara-gara elo. Soalnya tadi dia ngotot mau pulang."

Matthew menggeleng. "Tapi gue nggak bilang apapun kok. Gue kesini pas dia udah tidur di sofa. Lo balik tidur sana. Besok Minggu kan?"

"Udah gak bisa tidur gue kalau sekali kebangun gini. Tugas lo masih banyak kak?"

"Enggak sih, udah kelar."

"Yaudah, lo tidur sana." Matthew menggeleng. "Kena insomnia gue belakangan ini, bawaannya mikir mulu sebelum tidur. Gimana kalau kita ngopi?"

Kanara tersenyum, Matthew jelas berbohong. Kanara kenal cukup baik sifat Matthew, dia tidak punya waktu untuk memikirkan ketakutan, yang ada di kepala cowok itu hanya bagaimana cara dia menggapai keinginannya. Matthew juga mudah tidur, sepenuh apapun pikirannya, dia tetap mudah tertidur.

"Mau denger cerita dari sudut gue ya kak?" Matthew tersenyum lalu menaruh dua gelas dalam coffe marker. "Ah, ketahuan."

"Apapun cerita yang lo denger dari sudut Candra bener kok kak." Matthew menghela napas lalu memberikan segelas kopi pada Kanara.

Meredup [00line]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang