123.19 Donor

98 24 55
                                    

Kanara tidak bisa tidur, entah karena masih kekenyangan atau memang tidak bisa tidur saja. Matanya menangkap kakaknya yang masih tertidur pulas, entah kapan akan terbebas dari banyak alat yang menopang kesadarannya.

Tak mau berlama-lama terlarut dengan kondisi kakaknya, Kanara berdiri lalu menghidupkan ponselnya yang sedang di charge dan membuka aplikasi pemutar lagu. Diketikkannya pada kolom pencarian, 'Dance of the Sugar Plum Fairy' lalu memutar musiknya.

Alunan instrumental memenuhi ruang vvip milik Nabastala. Kanara tersenyum, tidak sesuai dengan keadaan yang ada memang, tapi dia rindu dengan instrumen piano, dia juga rindu papa.

Kanara menatap jam dinding yang terpasang, pukul dua dini hari. Dia memutuskan untuk keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk bertanya pada resepsionis di ruang mana Theonald Bagaskara dirawat.

Setelah mendapatkan dimana ruangan Theonald, Kanara menaiki lift untuk menuju kesana. Kanara bersenandung pelan sebelum kemudian pintu lift terbuka.

"Kanara?"

Kanara mengerjap lalu mengulas senyum samar pada sosok paruh baya dengan kemeja putih yang lengannya ditekuk hingga siku dan dua cup kopi di masing-masing tangan.

"Selamat pagi Om."

"Mau membesuk Theo ya?" Orang yang Kanara kenal dengan nama Bagaskara itu melontarkan pertanyaan. Kanara mengangguk saja. Bagaskara lantas memberikan satu cup kopi pada Kanara, "tapi bukannya ini masih terlalu pagi?"

"Tidak juga om, saya sering terjaga di waktu semua orang tertidur. Candra ada disana?" Bagaskara mengangguk. "Tapi dia tertidur."

"Lalu kenapa membawa dua cup kopi?"

"Karena terbiasa. Candra suka sekali dengan kopi, apalagi yang tanpa gula." Kanara tersenyum masam saja hingga suara dering lift mengharuskan mereka berdua keluar.

"Kondisi Kak Theo bagaimana om?"

Bagaskara membuka pintu ruang vvip tempat dimana Theonald dirawat lalu mempersilahkan Kanara untuk masuk. "Tidak baik-baik saja. Dia banyak kehilangan darah dan sekarang kondisinya kritis. Kana, perlu om bangunkan Candra untuk kamu?"

Kanara menggeleng, "nggak perlu om, nanti yang ada saya di usir." Langkah kakinya mendekat pada Theonald yang tertidur lalu menggenggam tangan kakak laki-lakinya. "Kecelakaannya kapan om?"

"I'm not sure, sepertinya tiga hari yang lalu."

Tepat dimana Nabastala juga kecelakaan. Dahi Kanara menyerngit. "Apa Kak Theo kecelakaan mobil?"

"Benar, bagaimana kamu tahu?"

Kanara menghela napas pelan, "hanya menebak saja." Bagaskara mengerjap lalu menatap Kanara hangat.

"Kanara, bisa kamu mulai memanggil om dengan sebutan papa?"

Kanara tersenyum, "Candra tidak suka om, apa yang jadi miliknya tidak akan dibagi pada saya."

-00-

Kanara menghela napas lega kala dokter yang menangani Nabastala berucap bahwa Nabastala berhasil melalui masa kritis dan akan sadar selambatnya-lambatnya sore nanti jadi Kanara memutuskan untuk menuju ke kafetaria rumah sakit untuk membeli beberapa makanan.

Dia memesan beberapa potong kue, satu kotak cookie, dan juga dua set makan siang. Saat menunggu pesanannya selesai dia memutuskan untuk mengecek ponselnya

Matthew's household (11)

Arjuna
Gue kesana sebentar lagi. Na shareloc

Meredup [00line]✓✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon