123.18 Jaket

69 24 44
                                    

Hasil akhir pertandingan basket nyatanya sama seperti tahun lalu--seperti yang sudah dan dapat di prediksi--sekolah Kanara lagi-lagi menjadi juara bertahan. Jadi, untuk merayakan kemenangan mereka, Sena mengajukan diri untuk meneraktir seluruh siswa yang datang mendukung mereka juga pelatih mereka sendiri.

Harris dan Haidar tertawa saja, bersiap untuk memesan dengan kesetanan. Aksa menggeleng prihatin tapi tidak menghentikan niat Sena karena cowok itu sedang lapar dan ingin makan membabi buta.

Jadilah malam itu sampai pukul sebelas malam mereka berpesta makanan. Bagian lucunya adalah saat Sena menerima nota jumlah berapa yang harus ia bayar karena meneraktir di restoran bintang empat.

Menurut Aksa jumlah akhirnya masih tidak sebanyak dulu saat dirinya meneraktir teman satu angkatan mereka karena dia berhasil mendapatkan hati Karin, tapi tetap saja Aksa terbahak karena takjub.

Kanara sendiri hanya menepuk pundak Sena prihatin. "Jangan jual ginjal loh, nanti-nanti dulu aja." Sena membusungkan dadanya. "650 juta mah murah."

Darren memasang jaketnya, "gausah belagu, nanti kalau Yang Maha Kuasa denger, ditarik itu semua harta." Sena cemberut lalu menyerahkan kartu hitamnya untuk pembayaran.

"Lain kali bawa jaket kek Na." Harris memakaikan bomber hitam miliknya pada bahu Kanara. "Lo tuh kurus, nanti kalau terbang kena angin gimana?!" Harris menarik resleting jaket pada tubuh Kanara lalu terkekeh saat melihat tubuh Kanara yang tenggelam dalam balutan bomber miliknya.

"Ahahahahah! Lucu lo kayak Olaf! Ahahahahahaha!" Harris masih sibuk menertawakan Kanara sementara gadis itu bodo amat dan memilih mengirup bau cinnamom dari bomber Harris seraya sesekali menimpali ucapan orang-orang disekitarnya.

Kanara tersenyum, menyenangkan sekali berada di sekitar orang yang menghargai eksistensinya sebagai Kanara, bukan sebagai robot yang patuh pada perintah.

"Ayo balik! Sena jangan stress ya, nanti botak kayak pak kumis!" Haidar tertawa ringan seraya memukul bahu Sena. Yang dipukul hanya menampilkan seulas senyum hampa. "Bacot. Pulang sana lo."

Haidar tertawa lalu berbalik melangkah pada Kanara dan semakin terbahak. "Na Ya Allah lo orang apa kutu?! Kecil banget anjim sampe tenggelam gitu, ahahahahahahah! Harris anjim bengek gue! Ahahahahaha!"

Kanara cemberut, "ini jadinya kalian mau nertawain gue atau balik ke rumah sakit?!"

Haidar mengusak rambut Kanara lalu meletakkan tangannya di sekitar bahu Kanara. "Dilarang marah, kalau muka lo merah, makin kaya kutu soalnya."

"ANJIM!"

-00-

Yang pertama kali Kanara rasakan saat membuka mata adalah bau parfum milik Harris dan Haidar yang menusuk indra pembauannya. Matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang menusuk matanya lalu bangkit dari posisi rebahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Haidar dan Harris pasti sekolah karena tidak ada di dalam ruangan. Kanara melipat bomber dan Hoodie milik Harris dan Haidar asal lalu menaruhnya di atas meja kemudian melangkah mendekati kakaknya.

Tangan Kanara tergerak untuk membuka gorden, membiarkan cahaya siang memenuhi ruang rawat kakaknya lalu mematikan lampu ruangan. Kanara menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat brankar Nabastala lalu menggenggam tangannya erat.

Ceklek

"Ikut gak Na?" Kanara menatap Haidar dan Harris yang muncul di depan pintu dengan baju seragam yang dikeluarkan--tidak rapi sama sekali--lalu mengangguk dengan cepat.

"Ke turnamen futsal nya Candra kan?" Harris dan Haidar kompak mendengus malas lalu melangkah masuk ke dalam.

"Candra mulu isi otak lo." Ujar Harris seraya mengambil jaket bomber miliknya yang tadi malam dia tinggal. "Ini jaket jangan-jangan punya Candra lagi?" Harris menempelkan bomber itu pada mukanya. "Tapi ngapain Candra pake parfum Harris?"

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now