123.66 Hurt so bad

29 10 2
                                    


Sepuluh menit telah berjalan setelah Harris mengutarakan perasaannya. Kanara masih dalam keterkejutannya. Harris tersenyum. "Jangan terbebani Na, gue cuma nyatain perasaan gue. Nggak perlu dijawab nggak papa, kalau mau langsung lo tolak juga nggak papa. Gue confess gini biar lega kok."

"Ini gue doang yang nggak tau kalau Haidar naksir sama cewek sekarang?!"

"Sena diem! Diem atau gue cepuin kalau lo juga lagi naksir cewek disini."

Sena langsung bungkam mendengarkan ultimatum Haidar. Kanara mengerutkan dahi, sejenak teralihkan. "Haidar suka sama siapa? Kok gue nggak tau?" Kanara mengalihkan pandangan pada Harris. "Lo tau?"

Harris menganggukkan kepalanya dengan backsound Candra Aksa yang memaksa Haidar dan Sena untuk mengutarakan perasaan mereka pada perempuan yang mereka taksir. "Semalem dia baru bilang, tadi harusnya dia kasih tau lo tapi kayaknya dia lupa."

"Suka, siapa?"

"Arawinda."

Kanara bungkam. Dia melakukan kesalahan.

Harris mengelus pelan rambut Kanara dan lanjut berbicara pelan pelan pada gadis itu. "Maaf ya? Gue nggak bisa buat dia jatuh hati balik ke lo." Kanara menatap mata Harris.

"Lo, tau?" Harris tersenyum geli, "tau dong, gue tau semuanyaa." Kanara menghela napas pelan. "Maaf Harris, kalau aja gue sukanya ke elo, pasti gue nggak nyakitin lo tanpa gue tau." Harris menggeleng pelan. "Nggak papa, perasaan kan kadang emang gitu, nggak bisa diatur."

Harris menepuk pelan kepala Kanara beberapa kali, "nggak papa udah jangan pikirin yang gue confess tadi, kita masih temenan jadi jangan canggung. Gue bakal berusaha lupain perasaan gue kok. Sekarang lo fokus susun kata-kata aja, katanya mau ngobrol sama Arunika."

Kanara masih menatap Harris, "gue bisa move on, gue pasti bisa. Move on dari Darren aja bisa, jadi, lo, mau nunggu gue nggak Ris?"

Harris terdiam.

"Tapi kalau misalnya nggak mau nggak papa, gue nggak maksa, kalau lo capek sekarang langsung bil--"

"Mau, gue mau."

—00—

Makan malam selesai dua puluh menit kemudian. Kanara mengedarkan pandangan untuk mencari Arunika karena dia sudah siap dengan kata-katanya.

"Tuh Arunika disana Na." Harris menatap Kanara yang mengangguk lalu balik menatapnya. "Gue kesana dulu ya?"

Harris mengangguk. "Iya, gue tunggu disini." Kanara menghela napas pelan lalu beranjak dari tempatnya untuk melangkah pada Arunika.

"Bisa kita ngomong sebentar?" Arunika menatap Kanara sekilas, tidak tertarik sama sekali. "Gue lagi makan."

Kanara menatap Arunika kemudian menatap Candra yang sibuk cekcok dengan El. "Ikut gue sebelum gue nekat narik elo dari sini." Ujar Kanara final kemudian keluar dari restoran itu terlebih dahulu. Kanara tidak melangkah jauh, hanya ke gang samping restoran yang remang-remang.

"Mau ngomong apa?" Kanara menatap Arunika, Kanara tau Arunika tidak suka jika mereka berdekatan sekali seperti ini apalagi hanya berdua. Tapi Kanara juga tidak suka jika kesalahpahaman ini tidak selesai seperti kasusnya dengan Candra.

"Gue to the point aja, gue mau ngambil apa yang seharusnya jadi punya gue. Pertama, Candra saudara gue, kandung. Kedua, stop ngejauhin gue dari Candra karena posisinya disini lo yang orang asing."

Raut Arunika masih datar. "Nggak, gue gabakalan percaya gitu aja sama lo. dan satu lagi, gue bukan orang asing, gue gaakan ngelepasin Candra. udah kan?"

Kanara menghela napas gusar, mendadak tidak bisa lebih sabar lagi. "Gue nggak bohong karena hal itu sama sekali nggak menguntungkan buat gue. Disini, karena lo, masalah gue sama Arunika nggak selesai. Awalnya gue memaklumi, lo kan anti sosial. Tapi, makin kesini agaknya lo merasa kalau Candra punya lo dan nggak ijinin gue masuk. Keterlaluan padahal status pun nggak ada." Tatapan Kanara makin tajam dengan ucapan lisan makin tajam pula.

"Lo orang asing, inget di otak lo kalau lo cuma orang lewat di hidup Candra. Nggak guna sama sekali buat hidup Candra." Arunika mengepalkan tangan lalu menapar Kanara cukup keras.

Kanara mengerjap lalu menyentuh pipinya. Apa kata-katanya terlalu kasar dan menyakiti Arunika? Apa dia sudah melewati batas?

"Lo ngga pernah ngerasa kalau Candra sebenernya risih sama lo? Berapa kali lo dapet penolakan dari candra gue tanya? Emangnya lo mau dapet berapa penolakan lagi?"

Tidak. Dia tidak melewati batas seorang diri. Arunika juga melewati batasnya jadi, sekalian saja remuk.

"Kenapa harus risih? Harusnya disini lo yang risih dan tau diri. Lo siapa? Ikut campur urusan gue sama Candra yang emang saudara kandung. Gue masih satu dna sama dia dan lo pasti inget gimana cara dia maki-maki. Gue bisa lebih jahat, apalagi cuma ke sejenis manusia nggak punya malu kayak lo." Kanara menatap tajam Arunika yang balik menatapnya kalut. Tapi Kanara tidak mau berhenti, dia marah.

"Karena lo masalah gue sama Candra belum kelar. Karena lo Candra ngerombak skala priroritasnya. Karena lo, dia jadi nggak peduli ke gue sekalipun gue pernah punya tumor, gue sampe sekarang punya gangguan kecemasan dan bahkan dia lebih peduli sama lo saat posisinya papa kita nggak ada karena kecelakaan. Gue mau rebut dia, secara paksa. Nggak peduli lagi sekalipun bentar lagi gue bakal di cap jadi egois."

Netra Arunika tampak bergetar saat mata Kanara menatapnya makin tajam. Kanara mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu. Arunika menundukkan kepalanya. "Kanara, gue minta maaf sama lo. Iya, gue tau gue salah, maaf,
sekali lagi, gue minta maaf sama lo."

Kanara terhenyak, mendadak dilingkupi rasa bersalah. Kanara melangkah pelan untuk mendekat tetapi lengannya ditarik kasar dari belakang dan  memaksanya membalik badan untuk mendapat tamparan keras di pipi kirinya. Karana meringis seraya memegangi pipinya yang terasa panas.

Sakit.

"I've told you to don't cross the line." Candra mendesis tajam kemudian melepas cekalan. "Don't playing victim, you're the real villain here." Kanara menatap mata Candra yang menatapnya tajam penuh kebencian. Kanara mengepalkan tangannya erat. "Sakit, tamparan lo keras banget, sakit."

Candra tidak peduli, "Pergi lo." Laki-laki itu melangkah mendekat pada Arunika. Kanara menggelengkan kepalanya.

"Nggak. Sekalian aja kalo lo disini, gue mau jelasin semuanya. Terserah lo mau denger atau enggak, gue nggak peduli lagi. Lo selama ini salah paham, bukan papa yang selingkuh dari mama tapi mama yang selingkuh dari papa. Papa nggak pernah selingkuh tapi lo sama kak Theo terlanjur mikir kalau papa selingkuh dan semua kesalahan ada di papa. Buka mata lo, jangan buta, papa sekarang udah meninggal dan lo sama sekali nggak ada disisi gue sewaktu papa nggak ada dan malah mentingin Arunika yang bukan siapa siapa lo!"

Candra menatap Kanara datar. "Udah?" Kanara menatap Candra tidak percaya.

"Pertama! inget di otak lo kalau nggak pernah ada lagi kata kita diantara lo sama gue. Lo sendiri, gue sendiri. Kita nggak pernah punya hubungan saudara. Kedua! Lo penyesalan terbesar dalam hidup gue! Gue nggak pernah berharap gue saudaraan sama manusia nggak berguna kayak lo. Ketiga! Lo nggak tau apa-apa! Lo bahkan nggak tau kalau faktanya bokap lo udah selingkuh semenjak lo sama gue masih di dalem kandungan mama! Jadi stop libatin Arunika! Keempat! Gue nggak peduli bokap lo mati. Bagus yang ada, jadi sekarang mending lo pergi, susul bokap lo ke neraka! Sampah nggak berguna kayak lo harusnya mati dari awal. Enyah lo!"

Kanara meremat rambutnya lalu menatap Candra frustasi, "JELASIN ALASANNYA KE GUE! KENAPA LO SELALU BELA ARUNIKA SAAT POSISINYA KITA MASIH SAUDARAAN?!"

"KARENA DIA SAUDARA TIRI KITA! DIA HASIL DARI SELINGKUHAN BOKAP LO SAMA NYOKAP DIA! DAN GUE DISINI BUAT TANGGUNG JAWAB ATAS KE BRENGSEKAN BOKAP LO! PUAS?!"

Kanara terhenyak. Satu, karena Candra membentak nya keras sekali. Dua, karena fakta baru yang diucapkan Candra. Tiga, dirinya mendadak sulit bernapas.

—00—

Tertanda,
nalovzz
17-11-2022

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now