123.2 Fraternal

154 25 8
                                    

Kanara mulai bosan menunggu, padahal dia sudah memilih menyibukkan diri dengan ponsel, tapi nyatanya menunggu memang semembosankan itu.

"Buruan kek lo pada!"

Raka memutar bola matanya, "bantu kek, bacot mulu nggak capek apa?" Kanara mencibir, "makannya kalo udah tau bakal ketahuan tuh cepet lari, oon!"

Segara mendengus, "mentang-mentang lo aman ya jadi ngomong kek gitu? Kalau gue mau juga tadi gue teriakin nama lo Na."

Aksa mengangguk heboh, "kalo aja gue nggak sibuk mabar sama Malika, udah gue cepuin lo ke si kumis!"

"Gue juga ada niatan loh Na! Tapi berhubung tadi gue dikasih minum, ya batal gue cepuin!" Sena ikut menceletuk seraya menyalakan keran wastafel.

"Ngapain nyalain keran wastafel?" Sena menatap Felix songong. "Gue jarang ke toilet tapi bayar sekolah kan tetep full, jadi gue mau ikhlasin airnya ke pembuangan supaya ikan-ikan merasakan air bersih Lix!"

"Sena! Tolong tololnya dibagi dikit ke Raka sama Darren, prihatin gue kalau semua kebodohan lo ambil." Aksa menyahut sewot dengan tangan sibuk mengepel.

"Verdammter mensch!"

Haidar mencolek bahu Darren, "oke gugle! Apa arti omongannya Sena?" Darren melirik sinis ke arah Haidar. "Manusia sialan!"

Haidar melongo sebentar, "kenapa malah ngatain gue sih anjing?!" Aksa tertawa lalu ikut bertanya pada Darren. "Translate dong tolong si Sena ngomong apa."

Darren menatap malas Aksa, "manusia sialan!"

"Kok ngatain gue?! Gue kan udah tanya baik-baik!" Candra tertawa saat Aksa selesai komplain pada Darren. "Udah tau Darren sensitip masih aja di ganggu!"

"Arti omongannya Sena itu 'manusia sialan' kalian tuh guoblok banget sumpah!" Kanara akhirnya menyeru dengan jengah. "Harris, Haidar! Buruan anjir!"

Darren menghela napas. "Na, kenapa lo nggak minta jemput supir aja sih? Daripada lo nunggu gak jelas gini."

Felix mengangguk setuju, "bener kata Darren Na, udah mau jam lima juga loh ini."

Raka mencibir, "makannya kakinya di lurusin Na, biar otak lo yang ada di dengkul bisa mikir." Kanara melotot, "Raka mau gue lempar sepatu atau mau langsung gue lempar ke Yang Maha Kuasa?"

Haidar terkekeh, "Na mana bisa mikir Ka. Ya kan Ris?" Harris mengangguk takzim. "Di otaknya cuma ada Mcflurry Ka, sisanya mikirin gue."

"Ngomong sekali lagi gue slepet pake pel yang di pegang Gara, liatin!"

Sepuluh menit setelahnya, akhirnya para laki-laki yang dihukum sudah menyelesaikan hukuman mereka dan sekarang duduk di kursi seraya meminum air putih yang dibelikan Kanara.

"Ren, gimana rasanya ngepel sekolah sendiri?" Sena iseng menceletuk. Darren tersenyum lebar dengan tatapan mata kosong. Tampak menyeramkan. "Kayaknya gue harus ngasih peraturan tambahan dan naikin poin setiap satu kesalahan."

Aksa yang duduk disamping Sena langsung memukul bahu temannya itu. "Lo tuh udah tau Darren capek masih aja digoda! Mampus kita kalau Darren beneran ngelakuin apa yang tadi dia omongin!"

Felix menceletuk, "bukannya Darren emang selalu ngelakuin apa yang udah keluar dari mulutnya?"

"Mampus, si Candra kan sering boker tuh! Mana gak disiram lagi anjing!" Harris menyeru dengan muka jijik sementara yang di ledek sibuk dengan ponselnya.

"Kalo serius mantengin hp biasanya si gebetan tuh!"

Candra mengabaikan celetukan Haidar lalu melangkah menjauh. "Gue balik duluan ya!"

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now