123.28 Exshausted

76 21 19
                                    

"Sebelum gue lupa, nih hadiah dari gue."

Dahi Felix menyerngit kala Sena memberikan selembar kertas padanya. "Cek kosong?"

Senyum pongah Sena mengembang, "dua tahun kemarin kan juga gue belum ngasih kado lo, jadi sekalian dah lo mau apa tinggal tulis nominalnya, tuh itu udah gue tanda tanganin."

Aksa mendekati Felix, "porotin selagi bisa Lix! Gak kapok dia buat yang traktiran kemarin ahahahahah!"

"Diam kau binatang!"

"Mulut-mulut gue ya terserah gue dong! Ikan nemo!"

"Rasis!"

"Apanya yang rasis sih bangsat?!"

Segara menghela napas lelah saat Aksa dan Sena mulai saling melempar makian tidak terkontrol. "Lix," Felix mengengokkan kepalanya pada Segara, "apa?"

"Kado dari gue ambil di rumah ya. Di kamar gue, kotaknya warna abu-abu." Felix mengangguk dengan senyum yang tidak pudar, "okay! Thank you!"

Sementara dua--ah tiga tampilan lain--Haidar-Harris-Candra--tidak bisa di ajak bicara. Mereka semua sibuk memakan makanan yang ada.

"Dari gue." Darren menyodorkan kota ukuran sedang pada Felix, "ah, bukan seutuhnya dari gue sih, yang bener itu, dari kita."

Felix membuka kado dari Darren lalu terkekeh, "gue kira lo nggak bakal ngalanjutin mimpi kita satu itu. Gue berhenti dua tahun belakangan ini kan? Makasih by the way!"

Kanara yang penasaran apa hadiah yang diberikan Darren pada Felix akhirnya buka suara. "Darren ngasih kado apa emang?"

"Kepo lo kayak Dora." Kanara mendengus pada Raka, "bacot lo Swiper." Balas Kanara tak kalah sarkas.

"Oh ini, sertifikat pulau Na. Mau lihat?"

"Pulau?" Felix mengangguk seraya memberikan selembar sertifikat pada Kanara, "dulu waktu kelas 8 gue sama Darren pernah sepakat buat nabung bareng karena kita pingin beli pulau pribadi, tapi semenjak SMA gue milih berhenti."

"Tapi kenapa pulau?"

"Karena kalau rehat dari stress biar langsung tau tempat tujuan." Felix mengangguk setuju atas ucapan Darren. "Jangan percaya Na, pasti mereka gabut doang, makannya beli pulau."

Kanara mendengus geli seraya mengangguk paham. Dia tidak kaget sebenarnya, circle pertemanan miliknya memang bermacam, dan untuk mereka, Kanara bisa melabeli dengan kata loyalitas.

"Dari gue. Nggak mahal, tapi buat lo inget." Raka memberikan kotak kecil berwarna merah gelap pada Felix. "Lo bukan mau ngelamar Felix kan? Itu bukan kotak cincin kan?"

Celetukan Aksa membuat Raka memutar bola mata malas, "menurut otak lo aja gimana deh."

Begitu membuka kotak dari Raka, Felix langsung melepas jam yang melekat pada tangan kirinya lalu mengganti dengan jam baru hadiah dari Raka. "Thanks ya Ka." Ujarnya dengan wajah berseri.

"Ini dari gue," Aksa mendorong kotak dengan warna hijau lumut itu pada Felix. "Ini hal yang berkaitan sama minat lo dulu."

Begitu mendengar kata selanjutnya dari Aksa, Felix tepekur sesaat sebelum kemudian tersenyum lebar dan membuka kotak dari Aksa tersebut.

Benar, mudah tertebak. Itu kamera tua. "Thanks Sa," Aksa mengangguk sok takzim lalu lanjut makan.

Kanara mengambil dua buah kotak kado dari paperbag lalu memberikannya pada Felix. "Yang bungkus lilac dari gue, yang bungkus gambar semangka dari Kak Matt."

"Thanks Na. Sebentar, gue chat Bang Matt dulu buat bilang terimakasih." Kanara mengangguk lalu membiarkan Felix mengetikkan pesan pada Matthew.

"Gue sebenernya bingung mau kasih lo kado yang kayak gimana atau yang kayak apa, tapi semoga lo suka ya." Felix tersenyum. "Perlu gue buka sekarang?"

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now