123.63 Sakit

34 9 0
                                    

Setelah istirahat kurang lebih dua jam setelah dari tempat belanja, study tour kembali berlanjut ke negara selanjutnya yakni Korea.

Kanara tadi sempat tidur di hotel, sekitar empat puluh menit kemudian Arawinda membangunkannya. Selama perjalanan di bus menuju bandara, Kanara memutuskan untuk menyelesaikan laporan miliknya agar nanti sewaktu di Korea dia bisa kembali istirahat.

Sesampainya di bandara, Kanara segera menyelesaikan check in dan pendaftaran bagasi. Setelah itu dia langsung melangkah menuju gate penerbangan. Dia tidak lama menunggu, hanya sekitar lima menit, kemudian dia masuk dalam pesawat. Di dalam pesawat Kanara tidak bisa tidur, jadi gadis itu sesekali menimpali percakapan Harris dan Haidar yang juga bercakap sekaligus menjahili Arawinda dan Karin. Kemudian beberapa kali mengecek apakah ada email masuk dari perusahaan. Mungkin sekitar tiga puluh menit Kanara berkutat pada tab miliknya sebelum kemudian menaruh benda pipih itu karena kepalanya mulai terasa pusing dan matanya berkunang-kunang.

Kanara menyenderkan kepalanya lalu memejamkan matanya. Beristirahat agar pusingnya berkurang dan dia bisa lanjut membalas email. Kanara hampir pulas beberapa menit kemudian tetapi batal ketika sebuah telapak tangan menyentuh dahinya.

"Mhm?" Kanara mengerutkan dahinya samar lalu membuka matanya. "Gue nggak sakit kok Ren." Kanara menepis pelan tangan Darren lalu kembali memejamkan mata.

Darren mendengus, kembali duduk pada seatnya lalu kembali menghadap belakang dengan posisi badan setengah berdiri setelah mengambil vitamin dari tas kecilnya. Darren menyodorkan vitamin dan juga air putih pada Kanara.

"Minum vitamin dulu Na." Kanara menggeleng pelan lalu bergumam. "Mau tidur, pusing." Darren menatap lekat Kanara, satu tangannya yang lain teralih untuk mengelus pelan rambut Kanara. "Ini sekalian minum obat biar pusingnya reda. Obatnya dari Tama."

Kanara terpaksa membuka mata lalu menerima obat, vitamin serta air putih dari tangan Darren daripada Tama mendekat lalu mengomelinya. Darren masih menatap lekat Kanara yang minum obat sampai gadis itu menatapnya balik dengan tatapan sayu dan menutup kedua matanya seraya menggumam.

"Lo udah punya cewek, matanya nggak boleh jelalatan ke gue. Paham Dra--i mean Ren?"

Darren tersenyum geli lalu menurunkan tangan Kanara dari matanya lalu meremat pelan tangan gadis itu. "Istirahat Na, kalau sakit bilang gue, kalau nggak mau lo bisa bilang ke Harris, Haidar atau Tama. Jangan diem doang."

Kanara menggumam lalu menarik tangannya perlahan dan kembali memejamkan mata.

Karin menatap Darren sebal. "Tunangan lo juga sakit tau Ren, Lui sakit tadi hampir pingsan, dia tunangan lo." Darren menatap Karin sekilas lalu kembali sibuk menatap Kanara. Arawinda jadi ikut sebal, "Kana tuh udah nggak suka sama lo, dia aja bisa balik anggap lo temen buat hargain perasaan Lui. Lo harusnya juga bisa."

Darren pura-pura tidak mendengarkan, mengambil syal miliknya lalu memberikannya pada Kanara yang sudah pulas. Harris menatap Darren malas. "Ra tuker tempat duduk, cewek gue dideketin cowok mulu daritadi."

Harris berdiri dari posisi duduknya disamping Haidar lalu bertukar tempat duduk dengan Arawinda. Harris bergumam, "lo kalau remehin perasaan orang lain jangan deketin Kana." Seraya menggeser perlahan kepala Kanara ke bahunya setelah melingkarkan bombernya pada gadis itu.

Darren mendengus pelan, "gue nggak butuh opini lo buat hal ini." Ujarnya seraya kembali duduk pada seatnya.

—00—

Sekitar pukul empat pagi waktu setempat Kanara turun dari pesawat lalu mengambil kopernya dan kemudian memasuki bis yang sudah disediakan. Bomber Harris melekat pada tubuhnya. Laki-laki pemilik bomber itu masuk bus tak lama setelah Kanara masuk dan langsung berebut dengan Haidar untuk duduk dengan Kanara.

Meredup [00line]✓✓Where stories live. Discover now