"Oke Pak Darmawan, terima kasih yaa. Taruh di sini aja," kataku menunjuk space kosong.
Sepeninggal Pak Darmawan, aku langsung mengambil cutter untuk membuka paket ini. Sebuah paket dengan dus coklat besar yang terlihat kokoh. Hanya ada keterangan penerima—namaku dan alamat kantorku—beserta nama toko pengirimnya yang merupakan toko elektronik yang sangat familier. Daripada penasaran, aku langsung membukanya.
Gabus-gabus putih tebal dan buble wrap yang begitu banyak membuat susah aku mengambil barang yang ada di dalamnya. Mataku sontak terbelalak mendapati isi paket itu. Ada beberapa barang elektronik yang sangat kuketahui. Mulutku mengaga lebar, speechless mendapatkan ini semua. Sebuah box putih yang kutahu merupakan kotak tablet keluaran terbaru dari Apple, apalagi kalau bukan iPad Pro 4th gen, lengkap dengan Apple Pencil juga.
Tak hanya iPad dan asesorisnya. Kudapati pula kotak putih kecil dengan gambar AirPods Pro dan kotak putih polos panjang dengan tulisan timbul 'Watch' khas kotak Apple Watch Series 6. Aku bertanya-tanya, siapakah gerangan yang memberikan gratifikasi ini semua padaku? Namun rasa penasaranku segera terjawab pada sebuah kartu ucapan yang dibungkus amplop putih.
Happy birthday ye. Sorry lupa ultah lo. Semoga barang-barang ini bisa menunjang pekerjaan lo ya. Sukses terus untuk calon ibu bos HRD Next. Jangan dirusakin lagi AirPodsnya. Mahal. GOD
Aku tersentuh membacanya. Bisa-bisanya Genta memberikan ini semua untukku. Astaga uang dari mana? Apa jangan-jangan ia menggunakan uang pada rekening joint account kami? Kusambar ponselku yang masih memutar lagu Satu yang Tak Bisa Lepas untuk menelepon sang pengirim hadiah pagi ini.
"Genta! Sumpah apaansih, gue kan minta kado tapi nggak begini juga. Sumpah lo pakai rekening kita ya?" tuduhku sementara pria di seberang sana malah tertawa renyah.
"Udah dikadoin, bukannya bilang makasih eh malah nuduh."
"Iya iya, makasih! Tapi ini berlebihan banget, Ta. Gila lo, sekalian aja beliin gue mobil kek, tanggung banget," kataku.
"Dikasih hati minta jantung. Makanya main saham biar cepat kaya," kekehnya. "Udah ya, kalau mau makasih nanti aja di rumah. Gue masih nyetir nih. Sana nikmati buah-buahan yang gue kasih. Awas lo rusakin AirPods lagi. Di setiap barang itu ada keringat lembur gue itu," katanya.
Mendengar kalimat terakhir Genta membuatku sedih. Genta pasti menghabiskan lebih dari sebulan gajinya untuk membeli ini semua. Baiklah, aku akan membalas kebaikannya. Nanti..
Belum puas aku mengotak-atik iPad baruku, namun waktu memaksaku untuk segera ke ruangan Mas Bagas. Bosku itu orang yang sangat on time. Kalau ia berkata jam 9, berarti jam 9 akan mulai. Ia tidak akan memulai sebelum atau sesudah pukul 9. Jadi baiknya, pukul 9 kurang 5 aku sudah stand by di depan ruangannya, mengobrol kecil dengan Vivi. Dan 2 menit sebelum pukul 9, aku sudah mengetuk masuk ke ruangan paling eksklusif di gedung Next.
"Pagi, Mas," sapaku pada pria di depanku. Agak sedikit bingung melihat tampilan Mas Bagas yang menggunakan kemeja batik lengan panjang di hari Senin. Aku sedikit menahan tawa karena pakaiannya sekarang seperti akan kondangan saja.
"Pagi, Ane. Duduk," ujarnya mempersilakanku duduk di sofa tempat ia menjamu tamunya. "Ada dua yang mau saya bahas sama kamu. Kamu mau yang mana dulu, promosi atau tentang divhead baru?"
"Division head baru aja, Mas. Biar nanti pas ngomongin promosi bisa lebih lega. Hehe."
"Oke saya bahas promosi kamu dulu aja. Pagi-pagi harus dibuka dengan yang segar," katanya. Astaga, terus kenapa Mas tanya saya?
YOU ARE READING
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
18. Massimo Dutti
Start from the beginning
![The Only Exception [END]](https://img.wattpad.com/cover/200767549-64-k174844.jpg)