Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
WARNING!
Aku udah selesai nulis 4.672 kata untuk part ini dan aku selalu tulis di Word dulu untuk selanjutnya di-copaste ke Wattpad. Tapi ternyata pas aku copaste, eh kok tumben formatnya nggak ikut ke update. Jadi segala bold dan italic tuh nggak ke-paste. Ngerti nggak? Ya pokoknya gitu lah. Jadi aku nge-italic-in dan bold ulang kata-kata serapan serta kata asing di part ini. Maaf ya kalau ada yang skip (seharusnya italic tapi malah enggak).
Oh ya, mohon bijak baca part ini yaa karena banyak adegan yang 18+ seperti merokok, minum minuman alkohol, dan kata-kata umpatan. Pokoknya cerita ini hanya untuk hiburan, jangan ditiru yang buruk-buruknya. Tapi sekali lagi, cerita ini aku buat realistis sesuai dengan kehidupan para buruh korporat di kota metropolitan Jekardah yang akrab dengan miras dan rokok (aku nggak mendukung hal-hal itu, tapi ya itulah nyatanya dan sekelilingku pun pada begitu).
Maaf juga aku baru update karena kesibukan di kantor akhir-akhir ini. Aku lagi handover kerjaan sehingga nggak cukup waktu untuk nulis. Mungkin bakal bisa teratur update lagi per minggu depan hehe maaf yaa. Terima kasih buat teman-teman yang udah selalu nungguin.
Enjoy!
***
Aku memijit pangkal hidungku. Kepalaku pening, bukan hanya karena pekerjaan, namun juga karena aku merasa kesepian. Sepertinya sejak minggu lalu aku mengutarakan ide gila untuk belajar mencintai Genta, pria itu menjadi ilfeel dan menjaga jarak denganku. Entah, atau hanya perasaanku saja? Tapi aku merasa Genta jadi sering lembur setelah kejadian itu. Ia menjadi sering pulang larut setelah aku tidur. Bahkan ia sering berangkat lebih awal pula dan hanya meninggalkan lauk yang sudah ia masak di meja bar tanpa pamit terlebih dahulu.
Dengan kesibukan Genta belakangan ini, tentu membuatku semakin kesepian. Kehadiran sosoknya di rumah sudah menjadi kebiasaan untukku, sehingga absennya kehadirannya membuatku merasa aneh tinggal sendirian di rumah Genta. Ditambah lagi, frekuensi geng Nirvana Jakarta yang semakin jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing. Di saat-saat seperti ini, aku merasa hampa. Kehidupanku hanya dipenuhi kerja, kerja, dan kerja. Kehidupan sosialku kacau. Aku menyetujui anggapan orang-orang banyak yang mengatakan bahwa semakin kita tua, semakin sedikit teman kita. Terkadang pula, aku merutuki kebodohanku yang mau menikah dengan sahabat sendiri. Menikah dengan sahabat sendiri tidak seindah yang orang bayangkan. Rasanya aku kehilangan sosok sahabat itu. Seorang yang kupahami sebagai sahabatku, sekarang justru berstatus sebagai suamiku. Beruntungnya orang-orang yang menikahi orang yang bukan sahabatnya, tentu saja memiliki pasangan tanpa kehilangan sahabat. Huh, aku seperti krisis status tiap memandang Genta.
Kembali pada topik kesepianku.. aku serius saat mengatakan kesepian. Sosok diriku memang tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan penuh kepalsuan. Aku terbiasa menarik diri dari lingkungan keluargaku yang sudah tidak kupercayai sejak dulu. Itu tentu membuatku mandiri. Aku mencari bahagia dan asupan afeksi dengan caraku sendiri, termasuk berpindah dari satu pria ke pria yang lain. Namun itu semua seakan sudah tidak bisa kulakukan saat cincin emas ini sudah melingkar di jari manisku. Ibarat bunga yang sudah dipetik, tidak ada lagi kumbang yang hinggap padaku. Waktuku untuk berdiri tegak memekarkan kelopak sudah habis. Sekarang aku bagai mati. Dan mungkin, setelah bercerai nanti, aku hanya ibarat bunga petikan yang ditaruh di vas berisi air. Mekarnya tidak akan sesempurna dulu, semakin lama akan semakin layu, dan mati. Tidak ada lagi yang tertarik denganku. Sungguh, seharusnya dulu aku tidak mengiakan ide gila Genta.. Kutatap cincin emas putih yang tersemat di jari manisku. Aku menjadi benci melihat benda kecil ini yang sudah menemani hariku selama 4 bulan ini. Dengan satu tarikan mudah, kulepaskan cincin itu kemudian menaruhnya di laci teratas meja kerjaku. Cincin sialan yang membuatkan kesepian..