24. Elegi Ariadne

34.4K 4.1K 580
                                    

Guys aku minta bantuannya vote cover di akhir part ini yaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Guys aku minta bantuannya vote cover di akhir part ini yaa.

***

Aku terbangun saat kurasakan tubuh Genta bergerak di belakangku. Dengan keadaan baru saja sadar, aku masih mendapati tangan kirinya yang melingkar di perutku. Aku berbalik ke arahnya dan mendapati pria itu yang sudah terbangun tengah memandangiku sambil tersenyum. Tangan kanannya terjulur ke atas untuk ia jadikan bantal kepalanya.

"Hmm," erangku kemudian berusaha bangkit. Aku butuh kamar mandi. Aku butuh gosok gigi, cuci muka, dan menata rambutku. Genta tidak boleh melihat belek di kedua mataku dan mencium bau nafasku di pagi hari.

"Mau ke mana?" tanyanya melihatku berdiri.

"Stay!" cegahku saat tangan Genta ingin meraihku.

"Galak," katanya kemudian tertawa kecil. Sementara aku langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritualku. Astaga, padahal aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah peduli penampilanku seperti apa di pagi hari pada mantan-mantanku dulu. Namun entah kenapa aku seakan takut Genta melihatku dalam kondisi kacau.

Aku baru keluar kamar mandi saat kupastikan diriku lebih baik. Mukaku sudah segar, nafasku sudah wangi, dan rambutku sudah kuikat. Namun yang kudapati adalah Genta yang kini terpejam. Dasar dia, tahu begitu aku tidak usah repot-repot.

***

"Makan Ne," sapa Tante Rinda saat aku turun ke bawah. Di meja makan, Papa tengah duduk membaca koran sambil melirikku.

"Iya Tante," kataku kemudian mengambil tempat di depan Papa. Tante Rinda masih menata makanan sementara Anya dan Genta belum turun ke bawah.

"Enak tidurnya?" tanya Tante Rinda basa-basi.

"Woh nyenyak. Iya kan?" imbuh Papa sambil melirikku. Sementara aku hanya tertawa pelan.

"Syukurlah. Mana Genta?" tanya Tante Rinda yang tak mengerti.

"Masih mandi. Nanti nyusul."

"Yaudah, ini kalau mau makan duluan. Tapi pepesnya belum jadi ya."

Aku langsung mengambil piring dan menaruh nasi beserta lauknya ke piring. Kami memang tidak pernah saling menunggu untuk sarapan bersama. Biasanya kami makan apabila sudah tersaji makanan di meja makan tanpa harus menunggu semua lengkap.

"Mbok mulai manggil mama lagi," ujar Papa tiba-tiba saat aku tengah menyantap makanku.

"Udah nggak apa-apa," kata Tante Rinda menolak pembahasan Papa.

"Nggak elok didengar. Apa nggak malu kalau di depan keluarganya Genta sama Dika. Kemarin manggilnya tante, dilihatin Mbak Tuti terus."

"Ya nggak apa-apa. Kalau Ane nggak nyaman ya nggak usah dipaksa, Mas," kata Tante Rinda. "Tambah Ne lauknya. Kamu makin kurus loh."

The Only Exception [END]Where stories live. Discover now