))((

Winda menatap nanar ke arah Lara yang tengah terbaring lemah dengan mata yang terpejam. Sudah tiga hari Lara koma. Winda dan Alex tidak henti-hentinya mendampingi Lara.

"Lara, bobo nya kok lama sih? Ayo bangun, Kak Alex udah sama kita lagi," kata Winda terus mengajak Lara berinteraksi.

"Lara nggak kangen ya, sama Mami? Hiks... Lara mau minta apa? Nanti Mami beliin ya!"

"Lara harus bangun dong! Buka matanya ya, kasihan Mami sama Kak Alex nunggu Lara sadar."

Alex merasa tidak berguna sebagai kakak. Seharusnya dia melindungi Lara. Tapi, kini Lara telah terbaring koma di rumah sakit.

"Mama," panggil Alex lalu mendekat ke arah Winda.

"Alex minta maaf, Alex nggak bisa jaga Lara dengan baik. Seharusnya Alex jagain Lara dari psikopat gila itu! Alex minta maaf," sesal Alex.

Winda tersenyum simpul lalu memeluk tubuh Alex. "Ini bukan salah kamu, Alex. Jadi, jangan salahin diri kamu ya!"

Alex mengangguk lalu menatap wajah Lara. Alex tersenyum, mengusap lembut wajah Lara.

"Lara, ini Kak Alex. Lara cepet bangun ya. Nanti, Kakak bakal beliin Lara es krim yang banyak!" Alex tersenyum manis.

Sedangkan di tempat lain, Bara terlihat sedang mengamuk. Memecahkan beberapa benda yang mudah pecah. Semua hal menjadi sasaran dari Bara.

"AARGHH!!" geram Bara menjambak rambutnya sendiri.

Prang!

Prang!

Prang!

Bara meninju kaca hingga pecah. Tidak perduli jika tangannya kini sudah berlumuran darah. Bara kembali menendang kaca balkon hingga tak terbentuk.

"Maaf," lirih Bara dengan nada yang sangat menyesal.

"I'm sorry, baby."

"BANGSAT!!" teriak Bara yang sudah terlihat sangat frustasi.

"Tolong jangan pergi Lara, jangan!" gumam Bara dengan menggelengkan kepalanya.

"ARRGH!!" Bara kembali berteriak kencang.

Bara terduduk lemas di lantai. Menundukkan kepala dalam menandakan bahwa Bara benar-benar menyesal.

Bara terdiam berfikir. Bara tidak boleh pasrah dan menyerah. Dia harus berjuang!

"Aku akan menemui mu, baby! Ya!" tekad Bara sudah kuat. Dia akan menemui Lara apapun yang terjadi.

Bara kembali berdiri menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menemui Lara di rumah sakit. Dia tidak perduli jika nantinya akan ada Alex dan Winda yang menghalanginya.

Setelah beberapa saat bersiap-siap. Kini Bara sudah terlihat jauh lebih segar wajahnya masih menyiratkan luka dan kekhawatiran.

Bara memasuki mobil, mengendarai dengan kecepatan yang cukup tinggi. Persetan dengan beberapa makian dari beberapa orang. Setelah sampai, Bara segera menuju ruangan Lara. Menaiki lift dengan tergesa-gesa.

Ting

Pintu lift terbuka, Bara segera berjalan menyusuri koridor. Lalu tibalah Bara di ruangan inap Lara. Bara dengan yakin membuka pintu itu.

"MAU APA LO KESINI, HAH!" bentak Alex menatap nyalang ke arah Bara.

"Mau ketemu Lara," jawab Bara enteng.

"Peduli apa lo, sama adek gue?"

"Dia milik gue! Apapun yang terjadi sama Lara, akan jadi urusan gue!"

Baralara [END]Where stories live. Discover now