Chap 5. Watch

30.6K 1.8K 140
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
.
.
.

-✍︎-

Lara melerai pelukannya. Menatap Bara dengan senyum yang mengembang gembira. Kembali ia memeluk Bara dengan erat. "Makasih Bara!" pekik Lara semakin mengeratkan pelukannya.

Cup

Lara mengecup pipi kanan Bara singkat setelah melepaskan dekapannya. Dan langsung pergi menuju lemari untuk mengambil baju gantinya. Langkah kakinya gontai menuju walk in closet untuk mengganti bajunya.

Bara tetap pada posisinya. Duduk di atas ranjang Lara dengan punggung yang masih bersandar. Tatapan Bara menatap misterius kearah depan dengan seringai iblis di sudut bibirnya.

"Bara udah!" kini Lara sudah siap dengan setelan celana jeans, kaos putih polos dan jaket berbahan jeans sebagai pelengkap.

Bara menatap Lara, berjalan kearah gadisnya itu. Tangan cowok berdagu tegas itu mengambil satu kuncir rambut berwarna pink di atas meja rias Lara. Kembali tangannya tergerak lembut menguncir rambut gadisnya yang awalnya tergerai.

"Kenapa di kuncir?"

Bara menggedikkan bahunya tidak peduli. "Ayo!" Bara menautkan jemarinya dengan jemari Lara setelah selesai mengikat rambut Lara.

"Mami, Lara sama Bara keluar dulu ya!" pamit Lara tersenyum senang setelah keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

Winda hanya tersenyum dan mengangguk. "Iya!"

"Saya pinjam anaknya sebentar ya Tante," ucap Bara.

"Iya. Hati-hati ya, jangan buat anak TK ini ngambek lagi!"

Lara mengerucutkan bibirnya, bersedekap dada kesal. "Mami ih!"

Winda hanya terkekeh. "Iya. Mami cuman bercanda."

"Kalau gitu, kita permisi dulu ya Tante!" Bara kembali menautkan jemarinya dengan jemari lentik Lara. Berjalan beriringan memasuki mobil merah Bara lalu melesat membelah jalanan ibukota yang padat.

Hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka. Tak ada berniat untuk mengawali pembicaraan. Bara yang sibuk menyetir mobil dan Lara yang sebal menunggu Bara memulai pembicaraan.

Satu menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Lara sudah lelah menunggu, kesabarannya sudah memuncak habis. "Ih Bara! Dari tadi kok diem aja?!"

Bara tidak menanggapi. Masih berkonsentrasi dengan stirnya. Menatap lurus ke arah jalan tanpa menoleh ke arah Lara.

Baralara [END]Where stories live. Discover now