Chap 55. A Novel

7.6K 576 438
                                    

♪ 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏-𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒐𝒏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♪ 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏-𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒐𝒏

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."

.
.
.

-✍︎-

Lara duduk terdiam di atas sebuah
papan kecil yang tergantung dengan dua tali di samping. Angin yang sesekali berhembus mengenai wajah cantiknya. Kaki putih Lara sedikit mendorong ke tanah untuk mengayunkan dirinya.

Angin menerpa wajah cantik dan rambutnya yang lurus. Mata bulat indah itu hanya menatap kosong ke arah depan. Nampak Lara terlihat sedang berpikir dalam pikirannya.

"Huftt..." Lara mengedipkan matanya sekali lalu menunduk menatap ke tanah yang di tumbuhi rumput taman.

Cukup lama Lara hanya diam senyap. Mungkin kalian sudah dapat menebaknya siapa yang sekarang sedang dipikirkan oleh Lara. Siapa lagi kalau bukan Bara.

Mudah memang kalian bilang untuk menyuruh Lara agar melupakan Bara. Tapi sulit bagi Lara untuk benar-benar melupakan Bara sepenuhnya. Lara yang menjalani hari-harinya bersama Bara dulu.

Bukan hanya satu jam, satu Minggu, atau satu Bulan mereka bersama. Tapi lebih dari itu. Dimana setiap detiknya sangat berharga dan penuh dengan memori kenangan mereka berdua.

Kenapa ya, Lara susah ngelupain Bara?

Batin Lara hanya dapat bertanya. Dirinya sendiri pun juga tidak tahu kenapa?!

"Lara capek," kata Lara lemah dan pelan dengan satu titik air mata mengalir melalui pipinya.

Gadis polos itu menangis dalam diam. Bukan kata yang diungkapkannya, melainkan sebuah air mata yang menjadi jawaban. Memang susah melupakan orang yang pernah mengisi hari-hari dan hati kita.

"Lara?"

Lara buru-buru menghapus jejak air mata yang membekas di pipinya. Mencoba dengan cepat mengatur deru nafasnya agar tidak terlihat sesenggukan.

Lara menoleh ke arah kiri dan tersenyum tipis, "Iya, kenapa?"

David membalas senyuman Lara lalu berjalan mendekatinya. Dokter muda itu mengacak gemas rambut Lara membuat sang empu sedikit merajuk.

"Ga usah di acak-acak!" Lara menggeleng dengan tatapan mata tajam ke arah David.

David tertawa renyah lalu berganti mencubit kedua pipi Lara. David benar-benar merasa gemas terhadap Lara.

"Kak David!" teriak Lara memberontak tidak suka.

"Hehe iya-iya maaf, jangan marah," bujuk David masih dengan senyumnya yang manis.

Baralara [END]Where stories live. Discover now