07. Lebam

41 11 1
                                    

"Kakak ke mana aja kemarin?" tanya Shafa di meja makan. 

Mereka baru saja menyelesaikan makannya. Shafa baru berani menanyakannya sekarang meskipun sudah ingin bertanya dari kemarin.

"Nggak ke mana-mana, kok, cuma ke rumah temen aja," ucap Fadlan beralasan. Shafa sedikit tidak percaya dengan ucapan Fadlan. Terlihat jelas kebohongan di mata kakaknya itu.

"Kakak habis berantem, ya?" tanya Shafa lagi.

"Enggaklah, ngapain berantem," Fadlan masih mengelak. Ia tidak sadar dengan luka di ujung bibirnya sehingga dengan mudah ia mengatakan tidak berantem.

"Itu bibir Kakak luka," kata Shafa menyelidik. Ia sangat yakin kalau kakaknya berantem.

"Hah?" ucap Fadlan kaget sambil menyentuh sudut bibirnya. 

"Berantem sama siapa?" Shafa menatap kakaknya yang tampak kebingungan.

"Sama preman," alibi Fadlan. Shafa mengiakan jawaban Fadlan meskipun sebenarnya ia tidak percaya dengan jawaban kakaknya. Shafa tidak mau ambil pusing, pasti semuanya akan terbongkar nanti, pikirnya.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah mereka. Fadlan hendak berdiri untuk membuka pintu, tetapi dihentikan oleh Shafa.

"Biar aku aja yang buka, Kak," kata Shafa sambil berdiri dan berjalan menuju pintu utama. Shafa membuka pintu, setelah terbuka ia mendapati sosok sahabatnya di sana yang tak lain adalah Keisya.

"Keisya?" pekik Shafa. Keisya yang tadinya membelakangi pintu, lalu ia berbalik meghadap Keisya.

"Eh, assalamualaikum, Fa," sapa Keisya sopan.

"Iya, waalaikumsalam."

"Tumben ke sini?" tanya Shafa padanya.

"Iya, aku mau ngajakin kamu berangkat bareng ke kampus," kata Keisya.

"Oh, ya udah, aku ambil tas dulu." Shafa langsung memasuki rumahnya, ia melewati Fadlan yang sudah berada di ruang tengah. Ia sedikit berlari menuju kamarnya. Tak butuh waktu lama, Shafa keluar dari kamarnya dengan menggendong tas kuliah.

"Kak, Shafa berangkat dulu, ya," pamit Shafa sambil mencium tangan sang kakak.

"Loh, sama siapa?" tanya Fadlan menyelidik. Pasalnya ia tidak mengetahui keberadaan Keisya di depan.

"Sama Keisya, Kak. Tuh, di depan," jawab Shafa yang diangguki Fadlan.

"Ya udah, hati-hati, jaga diri di kampus," pesan Fadlan. 

Shafa mengangguk dan tersenyum tipis. Ia berjalan keluar untuk kembali menemui Keisya dan berangkat bersamanya. Fadlan sebenarnya khawatir, jika adiknya itu jauh darinya. Dia takut terjadi apa-apa pada sang adik. Terlebih lagi Shafa sekampus dengan Rafka yang notabenya sangat membenci Fadlan.

***

Shafa dan Keisya sudah sampai di kampus, Keisya memarkirkan mobilnya dengan rapi. Setelah selesai mereka berdua keluar dari mobil itu. Banyak mahasiswa/i yang berlalu-lalang di sana. 

"Eh, Fa, tunggu bentar, ya. Buku aku lupa di mobil," kata Keisya. Ia kembali menuju mobilnya. Shafa duduk di kursi dekat parkiran itu. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu Keisya. 

Brem! Brem!

Suara motor yang memasuki parkiran mengalihkan kefokusan Shafa pada ponselnya. Ia menoleh, lalu setelah tahu siapa pemilik motor-motor itu, Shafa kembali menutup ponselnya. cukup lama Shafa menunggu sahabatnya yang tak kunjung datang itu.

"Ekhem ...." Suara dehaman dari seseorang membuat Shafa mendongak ke arahnya. Shafa tersenyum tipis setelah mengetahui Daniel dan Gery di depannya.

"Gimana? Perut kamu udah sembuh?" tanya Daniel.

"Alhamdulillah, iya, Kak," jawab Shafa sopan. Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ngapain masih di sini?" tanya Vino yang tiba-tiba menghampiri mereka. 

Rafka juga ikut bersamanya. Shafa menatap kedua pria yang baru datang itu. Ia sedikit menautkan alis ketika melihat Rafka yang banyak lebam dan lumayan banyak yang luka. 

"Kenapa liatin aku kayak gitu?" tanya Rafka yang menyadari tatapan Shafa. Shafa langsung mengalihkan pandangannya. 

"Emm ... itu, wajah Kak Rafka kenapa?" tanya Shafa hati-hati pada Rafka. Tatapan Vino memang selalu tidak bersahabat pada Shafa. Apalagi kemarin kakaknya menyerang Rafka di sirkuit. Itu membuat Vino semakin membencinya. 

"Itu kelakuan ka--" sambar Vino emosi. Namun, dipotong cepat oleh Rafka.

"Ini berantem sama preman kemarin, iya, sama preman," potong Rafka sedikit gugup. 

Jawaban itu tidak meyakinkan menurut Shafa. Alasan Rafka tadi mengingatkan pada kakaknya yang juga berantem dengan preman katanya. Apa mungkin kakaknya itu berantem dengan Rafka, pikir Shafa. Shafa segera menepis pikiran itu.

"Fa, maaf lama, ya," seru Keisya yang tiba-tiba datang dari arah samping. Ia tertawa kecil setelah melihat kehadiran empat pria di depannya.

Tanpa basa-basi Vino melenggang pergi dari hadapan mereka. Sepertinya Vino memang tidak suka, bahkan sangat benci pada Shafa. Shafa menyadari itu, ia sudah menyangka bahwa Vino memang tidak suka dengan kehadirannya.

"Raf, lo nggak mau ke kelas?" tanya Daniel pada Rafka yang masih diam di tempatnya. 

"Duluan aja, nanti gue nyusul," balas Rafka yang diangguki oleh Daniel dan Gery. Setelah kepergian mereka, Rafka beralih menatap Shafa. Shafa hanya menunduk menyadari tatapan itu. 

"Kak Rafka ngapain masih di sini? Ada perlu apa?" tanya Keisya yang menyadari kalau sahabatnya itu sudah tidak nyaman ditatap Rafka. Seketika pandangan Rafka teralihkan menatap Keisya.

"Oh, nggak ada, kok. Cuma mau nanya keadaan Shafa aja," kata Rafka kembali menatap Shafa. 

"Dia udah baik-baik aja, kok, Kak." Bukan Shafa yang menjawab, tetapi Keisya yang menjawabnya. Rafka hanya mengiakan jawaban Keisya.

"Kak, maafkan kakakku, ya. Dia kemarin udah nuduh Kak Rafka sembarangan di restoran," ucap Shafa merasa bersalah. Ia tidak enak hati pada Rafka karena menurutnya Rafka tidak salah. 

Rafka tersenyum tipis. "Nggak papa, kok."

'Polos,' batin Rafka.

"Yaudah, kalo gitu kita duluan, ya, Kak," pamit Shafa seraya menarik tangan Keisya. Rafka menatap Shafa dari belakang dengan senyuman miring.

"Tunggu rencana selanjutnya gadis manis," gumamnya yang disertai seringaian. Entah apa yang akan dilakukannya lagi. Rafka benar-benar cowok yang bermuka dua di depan Shafa. Cowok yang berlagak sok baik di depan, tetapi kenyataannya tidak.


Bersambung ...

____________________

Jangan lupa follow, vote dan komen!

Krisannya kakak

See you next part


Bondowoso, 11 April 2022

My Rafka [End]Where stories live. Discover now