06. Pembalasan

43 12 0
                                    


Sepulang dari restoran, Rafka dan teman-temannya tidak langsung pulang, melainkan masih nongkrong di basecamp-nya. Mereka sangat bahagia dengan apa yang mereka lakukan tadi.

Rafka tersenyum menyeringai mengingat rencana tadi. Rencana mereka sekarang berjalan dengan mulus. Rafka harus berterima kasih pada pemilik restoran itu yang tak lain adalah temannya sendiri. Sebelum mereka berangkat ke restoran itu, Rafka sudah terlebih dahulu menelepon temannya di sana untuk memasukkan obat sakit perut pada makanan Shafa. Akhirnya rencana mereka berjalan sesuai keinginannya.

"Puas banget, deh, ngerjain tu orang," ucap Rafka tersenyum sinis.

"Ini baru permulaan, Raf," timpal Vino.

"Iya, ini belum sebanding dengan apa yang Fadlan lakukan sama lo," timbrung Gery yang menatap keduanya. Sebenarnya Fadlan tidak pernah mencari masalah pada mereka. Jika mereka tidak memulainya, Fadlan tidak akan melakukan hal itu.

*Flashback on*

Brem! Brem! Brem!

Suara deru motor yang menggelegar memenuhi sirkuit. Pada malam itu dua orang remaja SMA akan bertanding di sirkuit itu. Mereka adalah Fadlan dan Rafka. Mereka memang bukan pembalap liar, tetapi mereka adalah pembalap di arena sirkuit. Jadi tidak ada yang menghalangi mereka, bahkan polisi sekalipun.

Rafka dan ketiga temannya memang penghuni lama di sirkuit itu. Sirkuit tersebut sudah menjadi rumah kedua mereka dari dulu sampai sekarang. Kemudian suatu hari, pemilik sirkuit memperkenalkan anak baru untuk menjadi salah satu anggota di sirkuit itu. Anak baru itu adalah Fadlan, lalu Alex si pemilik sirkuit menantang Rafka yang memang sudah terkenal menjadi raja sirkuit untuk melawan Fadlan si anak baru. Rafka menerima tantangan itu dengan senang hati.

Mereka sudah siap dengan kuda besinya masing-masing di garis start. Wanita dengan berpakaian mini melepaskan bendera pada hitungan ketiga, menandakan mereka harus memulai pertandingan. Kedua pembalap itu sudah melajukan motornya di atas rata-rata. Suara penonton terdengar sangat riuh melihat pembalap itu saling menyelip satu sama lain.

Akhirnya setelah hampir menuju garis finis, Fadlan mengalahkan kecepatan Rafka sehingga Fadlan memenangkan pertandingan itu. Mereka berhenti dan membuka helmnya, lalu Fadlan turun dari motornya dan menghampiri Rafka. Namun, Rafka enggan menerima uluran tangan itu, kemudian Rafka pergi dari tempat itu tanpa menerima uluran tangan Fadlan.

***

"Raf, kok lo bisa dikalahkan sama anak baru itu, sih?" tanya Gery yang tampak tak percaya dengan kekalahan Rafka.

"Lagi beruntung aja dia," balas Rafka acuh. Sebenarnya bukan lagi beruntung, tetapi Fadlan memang lebih hebat daripada Rafka.

Kini mereka sedang berada di pinggir jalan yang tak jauh dari tempat tadi. Ketika sedang asyik ngobrol, Fadlan melintas melewati mereka. Rafka yang sangat kesal pada Fadlan langsung terlintas dipikirannya untuk menghadang Fadlan.

Rafka mengajak ketiga temannya untuk mengejar Fadlan. Mereka berhasil mengejar Fadlan, Rafka menghentikan motornya di depan motor Fadlan. Mereka semua turun dari motornya termasuk Fadlan yang dihadang. Fadlan bingung ada perlu apa mereka sampai menghalangi jalannya. 

"Heh, lo masuk sirkuit ini untuk merebut posisi gue, kan?" tanya Rafka tanpa basa-basi. Fadlan yang ditanya hanya mengerutkan alis. Ia tidak mengerti dengan apa yang Rafka bilang.

"Maksud lo?" tanya Fadlan bingung.

"Wah, pura-pura bego dia," ucap Rafka pada teman-temannya.

My Rafka [End]Where stories live. Discover now