"Ya tapi uangnya, Pril. Biaya kontrol, bersalin, dokter anak, susu, belum lagi biaya nanti masuk TK, pre-school, bikin pusing," kataku.
"Yailah, laki lo lawyer di top 10 kan? Ngapain pusingin biaya sih. Heh gaji lo juga cukup banget buat hidupin satu anak."
Aku hanya tertawa. Memang benar sih, tapi jangankan program hamil, aku dan Genta bahkan tidak serius menikah. Terpikir untuk having sex with my bestfriend saja tidak pernah terlintas di pikiranku.
"Mereka mau menikmati masa-masa bahagia berdua dulu tahu, Mbak," celetuk Vivi yang langsung mendapat jempolku.
"Iya sih. Kalau udah waktunya pasti tekdung juga lah lo," ujar April mengakhiri topik.
Getaran di ponselku mengalihkan perhatianku.
G.O.D.: Ne
G.O.D.: Gue lembur ya
Ariadne: Balik jam brp?
G.O.D.: Malem
G.O.D.: Atau besok pagi
Sebuah pesan masuk dari Genta mengatakan ia lembur malam ini. Rasa kecewa langsung melingkupi hatiku. Aku ingin marah, namun rasanya tidak layak untuk marah padanya. Rasanya miris pada anak-anak Genta kelak. Membayangkan bagaimana sibuk dan tidak pedulinya Genta pada ulang tahun anak-anaknya nanti membuatku sangat prihatin. Pria itu lebih peduli pada pekerjaannya ketimbang ulang tahun keluarganya.
Astaga! Aku lupa kalau aku bukan keluarganya. Aku hanya istri main-mainnya saja. Melupakan hari ulang tahunku sudah biasa baginya. Ya sudahlah, hanya Genta seorang. Lagi pula aku punya teman-teman lain yang lebih peduli pada hari pentingku.
Kusempatkan untuk membuka grup keluargaku. Namun belum ada pula ucapan dari mereka. Mungkin mereka lupa. Wajar, mereka sedang disibukkan dengan rencana pernikahan Anya. Harus kurelakan, kutelan pil kekecewaan lagi dan lagi di hari ulang tahunku.
***
Jam pulang sudah berlalu 1,5 jam yang lalu. Seluruh karyawan HR sudah pulang, menyisakan aku sendiri. Sejak 15 menit lalu, kuputuskan untuk membunuh waktuku dengan tembakau di rooftop lantai 27. Rasanya enggan untuk pulang. Lagi pula Genta lembur malam ini. Aku harus apa di rumah nanti? Menghabiskan malam ulang tahun sendirian dengan serial di Netflix? You're so fucking damn pathetic, Ariadne.
Aku menghembuskan kepulan asap putih. Rasanya begitu hangat di paru-paruku, membuatku sejenak merasakan hangat di antara dinginnya hidupku. Dengan bertumpu pada pembatas kaca, aku memandangi jalanan ibukota yang padat. Dadaku terasa sesak, entah karena paru-paruku yang sudah rusak atau karena sedihku yang berat. Jujur, aku tidak terbiasa melewati hari ulang tahun sendiri seperti ini. Sepi, sungguh sepi. Aku muak dengan kesepian ini. Aku tidak bisa terus menerus berada dalam situasi ini. Aku merasa terjebak dalam pilihan bodohku. Hanya demi sahabat dan keluarga, aku memutuskan untuk mengorbankan sisa hidupku.
Air mulai keluar dari pelupuk mataku. Segera kuseka dengan kasar. Aku tak boleh menangis, aku tak boleh lemah. Namun ini begitu sesak, bagaimana aku dilupakan oleh orang-orang terdekatku sendiri. Setidaknya kalau keluargaku tidak ingat, ada Genta yang ingat hari pentingku.
Kuputuskan untuk menggunakan cara picisan. Kubuka aplikasi Instagram kemudian me-repost story teman-teman yang mengucapkanku. Mungkin dengan cara ini, Genta atau Anya yang punya Instagram bisa melihat dan menyadari hari ulang tahunku. Aku tertawa miris.
"Birthday girl is here."
Sebuah suara hangat masuk ke telingaku membuatku langsung menoleh ke belakang. Kudapati Edgar tengah berdiri dengan kedua tangan berada di saku. Buru-buru aku mengelap sisa air mataku tadi, aku tak mau ia melihatku lemah lagi.
YOU ARE READING
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
17. Tipsy
Start from the beginning
![The Only Exception [END]](https://img.wattpad.com/cover/200767549-64-k174844.jpg)