Jungwoo menatap jam dinding yang sudah dia pasang beberapa detik yang lalu. Dia tersenyum, kemudian melanjutkan kegiatannya membawa kardus-kardus tersebut menuju attic.
Dia menoleh ke arah pintu utamanya, Mark tidak datang menjenguknya. Katanya ia sibuk dengan urusan proyek baru dikantornya.
Jungwoo sebenarnya tak mempermasalahkan jika dirinya beres-beres sendirian. Tetapi, ia mempermasalahkan Mark yang kini mulai jarang bersamanya. Ia tau, proyek kantor lebih penting tetapi Jungwoo juga membutuhkan Mark.
Beberapa kali ia berbolak-balik untuk menaruh kardus-kardus tersebut di attic. Sudah tak terhitung lagi peluh yang menetes dari keningnya.
Drrt!
Jungwoo menyentuh layar flat yang terdapat icon telepon berwarna biru tersebut ke atas.
"Aku tak sabar untuk datang malam ini," suara adik Mark, Lee Jeno.
"Apakah kau membawa pasanganmu malam ini?"
"Kak Jungwoo seperti Kak Mark, usilnya menular. Dan aku hanya akan datang bersama beberapa teman-temanku, boleh 'kan?"
"Tentu saja boleh, aku juga sudah menyiapkan banyak cemilan untuk kalian," gumam Jungwoo pelan.
Pria itu memegang figura dirinya dan Mark yang tampak bahagia, dadanya terasa sesak. Sudah lama kejadian itu berlalu, dan kini ia sudah lupa rasanya bisa terlihat sebahagia itu saat bersama Mark.
Ia bertanya-tanya, apakah nanti ke depannya ia akan bisa bahagia seperti didalam figura tersebut bersama Mark atau tidak.
"Kak Jungwoo?"
"Kak Jungwoo masih disana 'kan?"
Jungwoo mengusap kedua pipinya yang basah. "Aku akan menunggu kalian datang, jam tujuh malam. Dan jangan telat ya, pesta ini tidak akan seru tanpa kalian,"
"Tentu saja kami akan datang, dan sampai jumpa nanti malam, dan jangan berdandan yang cantik tapi Kakak sudah cantik sih."
"Kamu ini sering sekali menggoda pacar Kakakmu ini, jika Mark mengetahuinya, dia pasti akan marah."
"Baiklah, dan jangan beritahu Kakak atau aku tidak akan boleh datang, Jeno pamit dulu Kak. Jangan dandan yang cantik loh, takut ada yang suka sama Kakak."
"Iya, Jeno bawel."
"Sayang Kak Jungwoo,"
Tut!
Pria itu menaruh ponselnya diatas meja setelah Jeno mematikan sambungan panggilan tersebut, dan kembali membersihkan barang-barang yang perlu dia tata.
Tiba-tiba saja ia mendengar ada ketukan berulang di pintu utamanya, Jungwoo segera berjalan menuju pintu utama. Dia mengira bahwa Mark-lah yang datang, tetapi yang datang merupakan Kakak Keduanya yang paling dekat dengannya.
Doyoung membuka lebar kedua tangannya, dengan masing-masing tangan yang membawa plastik putih berisikan makanan yang ia beli di supermarket.
"Surprise! Kakak kesayanganmu telah datang!"
Jungwoo hanya diam, sembari melihat Doyoung yang datang sendiri.
"Kau tak mempersilahkan Kakakmu ini masuk, begitu?"
Jungwoo terkekeh pelan, "Ayo masuk, Kak."
Doyoung masuk dengan ekspresi cemberut, "Bilang saja bahwa kau mengharapkan Mark yang datang dan bukan aku, Jungwoo."
Jungwoo menggeleng pelan. "Ah, tidak seperti itu, lalu dimana Suamimu. Kenapa kau datang sendiri saja?"
Doyoung meletakkan barang bawaannya diatas meja, "Dia ingin datang, tapi proyek itu harus dibereskan minggu ini. Jadi ia akan menyusul nanti, mungkin juga dia datang ketika acaranya dimulai,"
YOU ARE READING
Drippin' | Markwoo + Jaewoo
Romance[ S L O W U P D A T E ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia dan Plagiator Pergi Dari Lapak Ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Murder, Toxic Relationship, Violence, NSFW, and Abuse. [ S I N O P S I S ] Jungwoo mengira jika Jaehyun berbeda den...
