Tangan Pemuda itu bergerak meraba sisi kasurnya yang terasa dingin, sontak kedua kelopak mata yang semula terpejam segera terbuka dan kembali memastikan apa yang dirasakan oleh sebelah tangannya, sisi yang tak pernah dia duga akan dingin, kini membuatnya merasakan hal yang sama. Jungwoo merubah posisinya menjadi duduk, tangan Pemuda itu meraih jam digital yang berada diatas meja.
Pemuda itu memutuskan untuk memeriksa ke tempat lain, dengan langkahnya yang pincang, Jungwoo menyisir setiap ruangan yang ada dirumah tersebut, hampir semua telah dia kunjungi hingga dirinya berdiri diruangan terlarang, saat mereka sampai ditempat baru, Jaehyun melarangnya untuk masuk kedalam sana. Namun Jungwoo memilih masuk ke dalam ruangan tersebut untuk memastikan keberadaan Jaehyun.
Namun pupus sudah harapannya kala mendapati ruangan yang dikunjunginya tak menunjukkan tanda-tanda kehadiran dari Pria itu sendiri.
Waktu belum meunjukkan waktu fajar tetapi Pria itu telah pergi tanpa sepengetahuan Jungwoo, Pemuda tersebut mendesah kecewa, lagi-lagi harapannya menyakitinya. Jungwoo dengan mudahnya mempercayai setiap kata yang keluar dari Jaehyun, dan kini rasa sesal hinggap di sanubarinya.
Jungwoo hendak pergi meninggalkan tempat tersebut yang tampak sama —tidak ada yang mencurigakan― dengan ruangan lainnya, namun sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah buku tergeletak diatas meja dengan keadaan terbuka, Jungwoo mendekati meja tersebut. Awalnya Pemuda itu berniat menutup bukunya namun dia urungkan, Jungwoo mengambil sebuah foto yang begitu familiar baginya, tampak seorang Pemuda berusia beberapa tahun lebih tua darinya sedang mendorong trolley penuh berisikan belanjaan bulanan bersama dirinya dan Jeno, tidak ada yang aneh jika dilihat secara sekilas, namun lingkaran merah tersebut berada pada satu sosok didalam foto tersebut.
Jungwoo segera memeriksa buku tersebut, tampak beberapa foto dirinya diambil oleh Jaehyun dalam beberapa kesempatan, Jungwoo merasa kecolongan, dia tidak menyadari kehadiran Pria itu dalam setiap aktivitas yang dia lakukan. Jungwoo membalikkan halaman palin depan dan menemukan sebuah tulisan 'Kim Jungwoo, my cute puppy', Pemuda itu menyadari sesuatu. Jungwoo membalikkan halaman buku tersebut sampai ke halaman pertengahan, dia menemukan sesuatu yang tidak pernah dia duga.
"Bunny?" gumam Jungwoo membaca bagian terakhir kalimat tersebut.
Jungwoo merobek bagian tersebut dan memasukkan bagian tersebut ke dalam saku pakaiannya.
Jungwoo beranjak cepat meninggalkan ruangan tersebut dalam keadaan marah dan kecewa, Pria itu telah mengkhianatinya, Jungwoo berpikir bahwa dia akan bisa memulai kehidupan baru yang lebih baik bersama Jaehyun, namun nyatanya, Pria itu tak pernah merasa puas dengan kehadirannya.
Jungwoo hendak masuk ke dalam kamar unttuk menunggu Jaehyun kembali, namun langkah Pemuda itu terpaksa terhenti saat ujung mata pisau tersebut berada didepan tenggorokannya.
"Berikan padaku potongan kertas yang telah kau curi dariku."
Jungwoo mundur selangkah, "Katakan sejujurnya padaku, Jaehyun. Apakah kau pernah memiliki sebuah rasa untukku?"
Jaehyun bergerak maju sembari menggerakan pisaunya secara horizontal dengan pelan, Jaehyun membayangkan jika dirinya berhasil menggores tenggorakan Jungwoo, "Menurutmu?"
"Kau memiliki rasa untukku, bukan?" ujarnya dengan suara parau menahan tangis.
"Tidak."
Jungwoo meneteskan airmatanya, "Apakah aku tak pernah cukup untukmu?"
"Tidak, dirimu saja tak akan pernah bisa memuaskan siapapun."
Tubuh Jungwoo merosot ke lantai sembari menyentuh dadanya yang terasa sesak, sejak dulu realita selalu begitu kejam kepadanya hingga detik ini, Jungwoo hanya menginginkan kebahagiaan dari mencintai seseorang. Namun lagi-lagi dia tertipu oleh tipu muslihat Manusia yang selalu pandai berbicara manis namun beracun.
YOU ARE READING
Drippin' | Markwoo + Jaewoo
Romance[ S L O W U P D A T E ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia dan Plagiator Pergi Dari Lapak Ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Murder, Toxic Relationship, Violence, NSFW, and Abuse. [ S I N O P S I S ] Jungwoo mengira jika Jaehyun berbeda den...
