TANDA TANYA

636 26 1
                                    

Sesuatu yang tak bisa kita hindari adalah takdir. Ada yang bisa kita rubah namun hakikatnya hanya sebatas menunggu Tuhan memisahkan kita dan kembali pada takdirnya masing-masing. Dengan siapa kita akan berjalan berdampingan, saling menyembuhkan luka dan menjadikannya sebuah alasan atas hidupmu.

Ada yang terjatuh lalu bangkit dan pada akhirnya baik-baik saja pasca perpisahan, ada yang membenci dunia setelah tau keadaan menikamnya, ada yang menganggap Tuhan tak adil karena ia merasa hal buruk terjadi padanya terus menerus, ada pula yang menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahannya di masa lalu. Kamu termasuk yang mana? 

Ada sebuah pertemuan tanpa di sengaja dan ada pula perpisahan yang berakhir dengan sejuta tanda tanya. Bagaimanapun semua sudah diatur sedemikian rupa oleh sang pembuat rencana. Kamu hanya bisa menerimanya dengan lapang dada dan percaya bahwa Tuhan akan mempertemukanmu dengan seseorang yang kamu butuhkan bukan yang kamu inginkan.

Biarlah satu-satu menjadi masalalu kini sudah di penghujung tahun, bagaimana lukamu? sudah sembuhkah atau sedang sibuk membohongi diri dengan berkata I'am oke?

Kamu terlalu terpaku dengan kesedihan, meratapi hidup yang mengenaskan. Dunia terus berputar, waktu merangkak maju dan kamu masih diam di tempat dengan kepingan kenangan yang terus menghantui. Ada yang lebih menyedihkan kah dari pada ini?

Ribuan kosa kata tak mampu menerjemahkan tentang makna cinta  namun saat dirimu terdiam dengan tanya yang tertimbun dalam kepala, aku bisa menebaknya dengan mudah, kau sedang berada dipersimpangan jalan. Perihal lukamu biarlah berkarat dan kau masukan kedalam kotak besi yang kuncinya kau buang ke dasar bumi hingga tak ada hasrat untuk membukanya lagi. Semoga lekas pulih sobat... ucapku mengusap dada.

Sore ini akan aku ceritakan kisahku bersama seseorang yang setiap detiknya selalu ku sambut dengan warna-warni bunga di musim semi. Ada sejuk pada matanya, ada harapan pada setiap senyumannya dan ada doa baik yang ku aminkan pada permintaannya. Dia ada dalam skema bahagiaku. Singkatnya, sebelum ia hadir, hidupku hanya sebatas ruangan putih bergorden hijau. Temanku hanya sebuah laptop dan buku, kemudian semesta turut campur dalam perkenalan kita kala itu, satu nama yang terbesit begitu saja dalam kepalaku adalah kamu "Shania Adyasa."

Ini adalah kisah yang panjang dan rumit dalam sebuah perkenalan singkat yang dramatis.

Hope you enjoy the long story I'm going to write...

<<<>>>

07 Oktober 2020

Hari itu sinar keemasan menyelinap masuk pada celah jendela yang ku biarkan terbuka, merasakan hawa dingin dari angin pagi yang tak begitu kencang. Beberapa berkas penting tertumpuk di laci mejaku. Pagi yang indah untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda, batinku. Nyatanya setelah aku berada di depan laptop, aku malah sibuk menonton dan membaca buku lalu menulis di aplikasi ini. Entah setan apa yang membuat aku tiba-tiba membuka kotak masuk pada aplikasi ini, tertulis nama Shania Adyasa disana. Aku membukanya menscroll chat random yang ia kirimkan. Aku tersenyum gemas mengingatnya ketika kami berbalas pesan kala itu. Tanpa pikir panjang aku menyapa paginya yang berada di ujung kota dan secepat kilat ia membalas pesanku. Beberapa pesan terkirim lalu terjeda lama saat kalimat tak biasa ku lontarkan, "Shania, maukah kamu jadi pacarku?"

Ada yang tak bisa ku kendalikan selain emosi, yaitu hati. Ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh setelah patah hati yang hebat, ia mengendap masuk pada urat nadiku, merusak sel-sel dalam darahku dan mengacaukan otak serta syarafku. Untuk sebagian orang cinta adalah perasaan teragung tetapi untuk sebagian orang lagi, cinta adalah bom waktu yang akan memparak-porandakan jagat rayamu. Dan aku termasuk keduanya. Mencintaimu sama halnya seperti hujan, terasa menyenangkan di awal, saat jemarimu menyentuh setiap tetesnya lalu membiarkan tubuhmu dihujam ribuan air dan kemudian kamu sakit demam. Begitulah yang aku rasakan.

ONESHOOTWhere stories live. Discover now