Lantai 6 Ruang Rindu

477 24 5
                                    

Menyusuri masa lalu:

Sendu di wajahnya semakin jelas, mata kuyu dan juga getar pada bibirnya membuat gadis itu tampak menyedihkan. Hujan deras tidak berhenti sejak satu jam yang lalu. Dibawah guyurannya, air matanya jatuh bersamaan dengan ribuan tetes dingin dari langit. Tubuhnya menggigil bagai dihantam jutaan kerikil, suara petir bersahutan bagai lolongan serigala di malam purnama. Ia berusaha menopang tubuhnya sendiri yang limbung.

"Aku gak mau kita pisah, tapi nyatanya sekuat apapun aku pertahanin kamu, kamu tetap memilih pergi." Suara batinnya tak kalah riuh dengan isi kepalanya.

Sesaat terdiam, merasakan kebas di sekujur tubuhnya, lantas Shania berjalan terseok-seok di keheningan malam.

***

-Bandara Adisutjipto-

"Mas, saya sudah sampe." Shania mengirimkan pesan kepada Boby. Laki-laki yang ia cintai belakangan ini. Karena Boby lah ia sekarang ada di Jogjakarta seorang diri. Shania tak pernah pergi sejauh Jakarta - Bandung. Ini kali pertama ia pergi hanya dengan modal nekat.

Ponselnya bergetar, menampilkan chat masuk dari Boby. "Tunggu ya, mas jemput."

Shania mengulum senyumnya. Ia merapikan pakaian kemudian melangkah untuk mencari tempat duduk.

Sore itu, langit senja Jogja begitu menghipnotisnya meski perlahan berubah warna namun bagi Shania pelangi bermunculan lengkap dengan bidadara dari kayangan.

Lima belas menit menunggu, Shania sedikit ragu, apakah Boby benar-benar akan menjemputnya atau tidak. Beberapa kali juga Shania menatap layar ponselnya kemudian ia masukan lagi ke dalam tas jinjingnya. Gadis itu mulai gelisah, selain ini pertemuan pertamanya, di luar gerimis mulai turun.

Drrrttt... Drrtttt...

Shania buru-buru mengeluarkan ponselnya. Panggilan dari Boby segera ia jawab.

"Iya mas,"

"Mas udah di Bandara. Kamu dimana?"

"Aku di depan mas, di terminal A tepat di pintu kedatangan."

"Tunggu ya, mas kesitu."

Layar ponsel Shania kembali terkunci tanda panggilan berakhir. Kedua matanya awas memandang kesegala arah. Dari arah Kanan terlihat seseorang berlari dengan jaket hitam berkupluk.

Shania mengenali sosok tersebut adalah Boby. Gadis itu melambaikan tangannya, memberitahu bahwa ia disana.

"Hey.. Nunggu lama ya?" Sapa Boby dengan nafas terengah-engah. Tangannya sibuk merapikan rambut pendeknya yang tertutup kupluk. Jaketnya setengah basah, juga sepatu yang sudah basah sejak di perjalanan.

"Hey.. Nggak kok." Jawab Shania terjeda. Jemarinya ikut merapikan jaket yang Boby pakai.

"Kenapa ujan-ujanan sih mas? Kan bisa nunggu reda." Sambung Shania.

Boby menyengir, "takut kamu nunggu lama sayangku."

"Kamu bisa berteduh dulu sambil ngabarin aku."

"Iya maaf sayang, tadi buru-buru. Nih, aku aja gak sempet ganti celana." Boby melongok ke bawah, memperlihatkan celana berwarna mocca selutut.

"Dasar!" Jawab Shania galak, lalu di akhiri dengan senyuman. "Kita neduh dulu ya, mas. Ujannya makin deres ternyata."

"Iya, sayang. Maaf ya aku bawanya motor."

"Apaan deh"

Sore itu, Shania dan Boby menunggu untuk beberapa saat.

ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang