PESAN DARI HATI (bag.2)

289 17 15
                                    

Pagi ini cuaca cerah dengan bulan setengah dari arah timur. Shania berniat akan pergi sarapan bersama teman-temannya di sebuah kedai dekat rumah sakit tempatnya bekerja. Ia segera melepas jas putihnya dan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Sialnya ia malah bertemu dengan sosok yang ia benci.

"Ivan?"

"Shania..."

Keduanya bertemu tanpa di sengaja. Tanpa berbasa-basi, Shania meninggalkan Ivan. Namun Ivan berkali-kali menghalangi Shania. Perdebatanpun mulai muncul. Ingatan masa lalu yang menyakitkan dan emosi yang tak sempat Shania luapkan.

"Cukup Ivan. Aku memang gak mampu melupa, setidaknya telingaku sudah biasa saja saat mendengar kembali suaramu. Aku sudah puas mengeja lara, menerjemahkan segala bentuk luka. Tak hanya kamu, aku juga berhak bahagia kan, Van? Dulu aku pernah lupa bahwa pada kata kita, ada aku di dalamnya. Dulu sekali, saat aku kerap mengabaikan diriku sendiri."

Shania melangkah pergi sesaat setelah mengucapkan kalimat yang menusuk relung hati Ivan.

Pada akhirnya kecewa akan berada pada kasta tertinggi, yaitu rasa tidak peduli. Shania tidak ingin lagi mengingat kisah lama yang penuh luka.

Derap langkahnya semakin berat saat tubuhnya menjauh dari Ivan. Air matanya pun turun diiringi isak tangis tak menyuara. Shania ingin berteriak sekencang-kencangnya. Di saat ia sedang berusaha membalut luka, tanpa ia duga belati yang dulu menghunusnya kini kembali menancap di dada. Perih dan sakit yang tak bisa lagi ia tahan. Amarahnya membuncah seakan tumpah ruah pada bumi yang ia pijak. Shania hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dadanya sesak hingga napaspun terasa sulit.

"Bajingan kamu Ivan!" Ucap Shania tertahan.

Shania masuk ke dalam mobilnya, ia segera mengirimkan pesan kepada Boby.

"I need you"

Entah apa yang ada dalam benaknya, yang ia ingat hanya satu nama, yaitu Boby.

*******

Kereta tujuan Jogja - Jakarta melaju dengan tenang, Shani masih hanyut dalam mimpinya. Tidurnya sangat lelap, entah karena kantuk atau karena Boby berada di sampingnya.

Berbeda dengan Boby, ia tampak gelisah setelah mendapat pesan dari Shania. Tak biasanya ia seperti ini. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menghubungi Shania.

Dengan hati-hati sekali Boby mengangkat kepala Shani untuk ia sandarkan pada kaca jendela kereta. Boby harus memastikan jika Shania baik-baik saja.

Boby melangkah menuju arah toilet, ia berniat menelpon Shania. Ponsel yang ia genggam masih menyala memperlihat rentetan pesan singkat yang beberapa menit ia baca.

Tanpa ragu Boby segera menekan tombol call pada kontak Shania. Tak butuh waktu lama, terdengar suara Shania yang sumbang.

"Boby,"

"Shania, ada apa?"

Boby menajamkan pendengarannya karena suara kereta yang sedikit bising.

"Shania..."

Boby tak mendengar apapun lagi selain isak tangis.

"Shania, ada apa hey? Jangan bikin gue khawatir. Shania..."

Seakan ada duri yang tiba-tiba menancap di hatinya. Andai bisa, Shani ingin menulikan pendengarannya saat ini. Ia ingin pergi namun kakinya terasa kaku. Tubuhnya membeku saat nama Shania terucap dari mulut Boby. Shani hanya berdiri di ambang pintu, memperhatikan Boby yang memunggunginya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ONESHOOTWhere stories live. Discover now