GRUDGE

797 30 20
                                    

18+ Mohon bijak dalam memilih bacaan, author tidak bertanggung jawab kalau sampai terjadi sesuatu yang di inginkan.

Cerita ini saya persembahkan kepada pemenang kuis, terimakasih untuk pertanyaannya tempo hari.  Neidaneida

dorr..

Suara tembakan terdengar cukup keras. Burung-burung bertebangan riuh dengan sayapnya, setengah manusia histeris ketika suara laras api tersebut semakin memekik telinga, pria paruh baya tergeletak bersimbah darah diantara semak-semak.

"Bob, apa yang kau lakukan?"

"Dia komplotan para penjahat, aku mengawasinya beberapa hari terakhir ini. Dia keluar masuk dengan bebas ke dalam rumah itu. Dia juga membawa senjata, beberapa sandera terlihat takut dengannya."

"Lalu kenapa kau menembaknya?"

"Dia mengacungkan senjatanya padaku!"

Seorang lelaki tinggi tegap datang menghampiri keduanya.

"Dia tidak mengacungkan senjata itu padamu, dia sedang meminta tolong." Ucap lelaki dengan nametag Abiyasa.

"Apa yang kau tau tentang lelaki ini? Sudah jelas-jelas dia mau menembakku." Jawab Boby.

"Dia adalah sandera kita, bodoh! Dia sedang di awasi oleh mereka."

Boby tak menjawabnya lagi, ia lantas merampas surat dari tangan lelaki paruh baya tersebut.

Dibacanya kata demi kata dengan seksama, ternyata surat itu untuk keluarganya. Memberitahu bahwa ia sedang di tahan.

"Astaga.." Boby mengusap wajahnya dengan kasar lalu kedua tangannya menyentuh nadi lelaki paruh baya tersebut. Naas lelaki itu sudah meninggal beberapa menit yang lalu.

Cengkramannya kuat pada ranting pohon yang mengering, membuat pohon tersebut kehilangan keindahannya karena sebagian telah habis dipatahkan. Seseorang mengintip dari kejauhan dengan tangannya yang masih mengepal hebat, giginya gemeretak dengan rahang yang kokoh, urat leher dan dahinya menyembul menahan amarah yang begitu besar. Dia tak berucap sepatah katapun, ia berbalik dan melangkah pergi dengan membawa dendam.

~~~~

"Pagi Pah, udah baca berita terbaru hari ini belum?" Shani baru saja duduk di meja makan dengan menenteng ID card dan juga tas mahalnya. Tangannya sibuk merapikan rambutnya yang panjang. Ia duduk disamping papanya yang sedang sarapan.

"Sudah, pencuri itu akan segera tertangkap. Keamanan di negara kita memang sedikit payah, menangkap satu pria saja tidak bisa." Tukas lelaki tersebut. 

"Kinan! Kamu lupa, pekerjaan anakmu juga bagian dari keamanan negara." Sergah perempuan cantik yang baru saja duduk dengan tatapan tajamnya.

"Aku tau, Veranda. Aku bahkan tidak mengizinkannya untuk masuk ke pendidikan itu. Inginku dia menjadi Dokter saja sepertiku. Dasar bocah kurang ajar."

"Pah.."

"Kinan!"

Kedua perempuan cantik tersebut menatapnya sengit.

"Mah, Shani berangkat dulu." 

"Loh sayang sarapan kamu belum di abisin loh.."

"Gak nafsu, mah." Ucap Shani berlalu pergi

Setelah kepergian Shani dari ruang makan, Veranda kembali bersuara.

"Ngga seharusnya kamu bicara begitu di depan anak kamu. Kamu tau sendiri kan gimana sayangnya Shani sama kakaknya."

ONESHOOTWhere stories live. Discover now