SELESA RENJANA END

348 28 16
                                    

Udara dingin seketika menyergap saat Boby menginjakkan kaki di desa ini, desa yang sering ia dengar dari cerita Shania, Ranu Pani. Kata Arda, desa ini selalu ramai saat musim-musim pendakian, karena di sini merupakan gerbang masuk bagi pendaki-pendaki yang akan melakukan pendakian ke gunung Semeru. Namun saat ini desa Ranu pani ini terlihat sepi, mungkin karena ia datang bukan di musim pendakian.

Dari kejauhan, sudah terlihat puncak Mahameru dengan kepulan asap putihnya yang membumbung, seolah menegaskan keperkasaannya. Boby dan rombongan sampai di Ranu Pani sekitar pukul 11 siang. Rombongan mereka berisi 4 orang. Ada Boby, Arda, dan dua teman Arda, yaitu Pandu dan Tamam. Pandu menjadi Leader pada pendakian kali ini karena dialah yang sering bolak balik mendaki gunung ini.

Perjalanan dimulai tepat pukul 13,00. Rencananya mereka akan menginap satu malam di Ranu Kumbolo, dan melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru keesokan harinya.

Semuanya telah bersiap, tidak lupa untuk berdoa terlebih dulu. Boby menundukkan kepala dan membaca doa yang ia bisa, tak lupa ia menyebut nama Shania dalam hatinya.

Setelah semua selesai, mereka mulai bergerak. Setapak demi setapak mereka lalui. Jalanannya sedikit basah, maklum saja akhir-akhir ini hujan sering turun. Semeru seperti menyihir mereka dengan bau-bauan tanah, suara cicit burung, nyanyian binatang-binatang liar, dan hijaunya hutan Semeru yang menakjubkan.

Pos demi pos dan jalur yang naik turun berhasil mereka lewati. Mereka berjalan dengan santai, tidak takut diburu waktu dan tidak begitu nafsu dengan puncak Mahameru. Puncak hanyalah bonus. Dalam sebuah pendakian, yang terpenting adalah semua selamat ketika akan berangkat dan juga selamat ketika pulang.

"Ndu kita sampe Ranu kumbolo jam berapa kira-kira? Tanya Arda penasaran. Pandu memperkirakan rombongan akan sampai di Ranu Kumbolo sebelum maghrib.

Kaki mereka terus melangkah, obrolan-obrolan ringan juga mengalir begitu saja.

"Kamu tuh aneh, Bob" celetuk Pandu ditengah-tengah perjalanan mereka.

"Aneh kenapa, ndu?" Jawab Boby bingung.

"Baru pertama ngedaki, eh langsung kesini" Boby tak menjawab ia malah menyunggingkan senyum.

Dugaan Pandu tepat sasaran, pukul 5 sore mereka sudah sampai di Ranu Kumbolo. Sebuah danau dengan ketinggian 2400 mdpl ini selalu menjadi daya tarik bagi para pendaki yang datang ke sini. Ranu kumbolo disebut juga surganya Semeru, bagaimana tidak danau indah ini di kelelingi bukit-bukit yang tenang.

Selain untuk mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan ke pos Kalimati esok hari, Boby dan rombongan tidak ingin melewatkan keindahan alam terutama ketika sunset dan sunrise di danau indah ini.

Setelah puas memanjakan mata, Boby dan teman-temanya segera mendirikan tenda. Tidak begitu banyak tenda yang berdiri, sepertinya ada bagusnya juga Boby mendaki di bukan musimnya, ia dan rombongannya bebas memilih di spot mana mereka akan mendirikan tenda.

Cakrawala menunjukan rona jingga yang memantulkan sinarnya di atas permukaan air, keindahan nyata dari Ranu Kumbolo menemani waktu maghrib boby dan teman-temannya.

"Indah banget Shan, andai kamu disini." Ucap Boby dalam hati.

.

.

Keheningan malam menyambut jiwa-jiwa yang lelah. Boby tak bisa tidur, sekuat apapun dia memaksa matanya untuk terpejam, hasilnya tetap saja nihil. Kepalanya menoleh ke samping kanan, Pandu dan Arda sudah tertidur pulas, pun dengan Tamam yang berada disisi kirinya. Tak mau mengusik teman-temannya yang sudah lelap dengan mimpinya, Boby membawa dirinya untuk keluar tenda. Laki-laki itu merapatkan jaket dan kupluknya, kedua bola matanya memandang takjub pada hamparan langit cerah malam ini. Bentuk bulan ¾ bulat, cahaya rembulan di atas kepalanya bersinar cukup terang, sepertinya ia tak butuh senter atau lentera untuk meneranginya.

ONESHOOTWhere stories live. Discover now