BOBNJU - BYTWIN

433 29 11
                                    

Senandung rindu lewat lagu milik band ternama Indonesia mengalun merdu. Tangan lembutnya cekatan memasukan berkas-berkas usang yang akan ia bakar habis. Di penghujung senja, langit tak terlihat jingga. Sudah seminggu ini kota Bandung diguyur hujan setiap harinya.

Lampu kamar mulai dinyalakan, suasana nyaman terasa. Rak-rak buku tertata rapi di kamarnya. Nuansa abu putih dan perabotan mahal ikut serta menjadi penghias ruangan tersebut. Alat makeup berjejer memenuhi meja riasnya, foto-foto polaroid juga tak kalah menarik untuk dilihat. Kebanyakan foto dirinya bersama sahabatnya.

Shania Davidya, gadis cantik dengan perawakan tinggi semampai ditambah dengan rambutnya yang panjang semakin terlihat anggun ketika berjalan. Ia di anugerahi fisik yang sempurna. Bibir tipisnya diwariskan dari sang papa, hidung mancung dan mata sedikit sipitnya diwariskan dari sang mama yang masih ada garis keturunan Tionghoa.

Sejak beberapa jam lalu, gadis itu memutuskan untuk mengubur sisa-sisa kenangan bersama seseorang yang sempat menjadi pemilik hatinya. Larut dalam kesedihan bukanlah hal yang baik, toh waktu terus merangkak maju. Masa lalu biarlah menjadi sebuah kenangan yang tidak akan hilang keberadaannya.

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan sosok ayah yang tampak gagah dalam balutan jas hitamnya.

Papa Shania tersenyum menatap putri semata wayangnya sedang duduk dengan foto-foto berserakan.

"Ehem. Jadi nggak kangen papa nih ceritanya?" Tanya papa Shania yang di ujung pintu.

Shania lantas menoleh dengan senyum mengembang, ia berdiri menghampiri papanya.

"Papa kapan pulang? Aaaaaa Shania kangen papa" Shania menubruk tubuh tegap yang beberapa pekan tak ia lihat.

"Papa juga kangen Caniya. Kamu baik-baik aja kan?"

"Baik dong, nih seperti yang papa liat." Balas Shania cepat.

"Oleh-olehnya mana?"

"Ada dong, tuh di meja makan."

"Papa bawa apaan? Ah palingan juga buku sama boneka."

Papa Shania terkekeh mendengarnya. Memang benar setiap kali bepergian, oleh-oleh yang ia beli tidak jauh-jauh dari boneka dan buku. Shania sampai bingung menyimpan koleksi bonekanya dimana. Tempat tidurnya sebagian penuh oleh boneka, dari ukuran kecil hingga besar. Begitupun dengan rak buku yang penuh.

"Cek aja, kali ini papa bawa spesial buat kamu."

Shania melepas pelukannya, lalu beralih menatap papanya penuh selidik.

"Awas aja kalo papa boong." Jawab Shania galak, sedetik kemudian ia tersenyum sambil mencium pipi papanya.

Tanpa berbicara lagi, Shania berlari kecil menuruni anak tangga.

"Ma! kata papa oleh-olehnya.." Shania tak melanjutkan kata-katanya saat matanya menangkap sosok asing yang sedang menyantap makan malamnya.

"Sayang, sini mama kenalin sama Boby."

Shania masih berdiam diri di tempatnya. Kedua matanya tak lepas memperhatikan laki-laki dengan rambut sedikit gondrong tersebut.

"Ini Boby, dia bakal jadi bodyguard kamu."

"Bodyguard?" Tanya Shania bingung.

"Mulai besok, Boby akan ikut kemanapun kamu pergi." Suara bariton milik papa Shania terdengar. Shania segera melayangkan protes tanda tidak terima.

"Kenapa papa nggak bicarain dulu sama Shania sih pah? Shania ga butuh bodyguard! Shania baik-baik aja, papa bisa liat kan?" Ucap Shania kesal.

Papa Shania hanya menjawabnya dengan senyuman hangat lalu memeluk putrinya yang masih menatapnya galak.

ONESHOOTWhere stories live. Discover now