PESAN DARI HATI

398 24 13
                                    

"Hah, undangan lagi"
Shani mendengus kesal saat melihat ada selembar undangan berwarna biru pastel yang tergeletak di meja kerjanya.

"Tadi si Feby yang naroh" Mbak Hana, teman kerja Shani menimpali.

"Oh, iya mbak"

"Diundang mulu, Giliran ngundang kapan, Shan?? Jangan lama-lama pacarannya. Buruan minta nikahin si Boby. Nunggu apa lagi to? Wong ya udah sama-sama mapan"
Mbak Hana semakin mendekatkan kursinya ke cubicle Shani. Tatapannya menodong, membuat Shani tak berkutik untuk mengabaikan pertanyaannya.

"Aku sama mas Boby cuma temenan, mbak. Nggak lebih"

Mbak Hana mengernyitkan dahinya. Menatap lekat wajah Shani . Otaknya keras mencerna jawaban Shani barusan.

"Shan, mbak tau gimana kamu ke Boby. Mbak juga sedikit banyak tau soal anak itu. Kalian udah lama dekat, nggak mungkin juga Boby nggak ada rasa ke kamu. Apa mau mbak yang ngomong ke dia?"

"Eh ngga usah mbak. Duh, aku nggak bisa ngomongin ini sekarang" Jawab Shani pekiwuh.

Mbak Hana terdiam. Ia mencoba mengerti posisi Shani.

Tidak ada pembicaraan lagi setelah itu. Shani dan mbak Hana sama-sama tenggelam pada pekerjaan masing-masing.

"Yuk, balik bareng" Fokus Shani buyar. Di samping mejanya sudah berdiri Boby dengan kaos putih dan balutan jaket warna hijau army pemberiannya tahun lalu. Shani melihat jam ditangannya. Jam kerjanya masih ada 10 menit lagi, tetapi Boby sudah seenaknya mengajaknya pulang. Memang ini kantor punya nenek moyangnya apa?

"Buru-buru banget mas Boby, belum jam 5 loh" Timpal mbak Hana cekikikan.

"Iya, mau jalan-jalan dulu ke Mall" Jawab Boby sembarang.
Sebenarnya Boby kurang suka dengan mbak Hana. Satu kantor sudah saling tau bagaimana sifat mbak Hana yang suka ingin tau urusan orang lain dan tidak pandai menyimpan rahasia.

Setiap ia menghampiri Shani, pasti tak luput dari godaan ibu satu anak itu. Untungnya Boby tak ambil pusing. Ia memilih untuk menebalkan kedua kupingnya saja.

.

Tetes air dari langit terjatuh halus menyentuh bumi, angin semilir dengan cakrawala berhias senja menjadi pemandangan indah sore ini. Kedua manusia itu menerobos gerimis kecil tanpa memakai mantel hujan yang pengap.

"Katanya ke Mall, kok malah kesini??" Protes Shani saat Boby meminggirkan motornya di rumah makan seafood yang biasa mereka kunjungi.

"Laper, Shan. Lagian tadi aku spontan aja jawabnya. Biar tuh ibu-ibu kepo diem"

"Hush"

Mereka terkekeh.

"Tadi kemana kok nggak ikut meeting? Malah si Rekha yang gantiin" Tanya Boby

"Ada urusan sama mas Ardhi di kantor pak Surya"

"Aku denger dari Rekha kalo mau ada yang dipindah ke Jakarta?"

Shani mengangguk tanda mengiyakan. Mulutnya masih sibuk mengunyah ikan bawal bakar kesukaannya.

"Gimana itu? Dari divisi apa"

"Divisi aku sama divisi mbak Tika."

"Kamu ikut dipindah nggak?"

"Belum tau. Lusa baru ada list nya. Misal aku dipindah, kamu ngebolehin?"

Boby diam. Kerang dara sisa separuh itu ia biarkan.

"Kok nanya aku?"

Shani tersenyum tipis menutupi hatinya yang tiba-tiba sakit.

ONESHOOTWhere stories live. Discover now