Chapter 2

161 38 82
                                    

Konsisten, mudah diucapkan namun sulit untuk diterapkan. Ketika mati-matian berusaha, tetapi ada saja yang mencoba untuk menghancurkan.
_____________


Bisik-bisik terdengar riuh di telinga. Kantin dijadikan tempat untuk membicarakan orang lain, kaum perempuan pelakunya. Percakapan itu menarik perhatian, ia membuka indra pendengaran lebar-lebar.

Menguping pembicaraan bisa dianggap sebagai kebiasaan Ajeng. Namun, ada maksud tertentu di baliknya. Ia hanya ingin menguak informasi. Setelah itu, dipergunakan untuk melengkapkan data-data untuk menjalankan misi.

"Si Cyntia—anak XI Bahasa 3 balik lagi setelah beberapa Minggu ngilang. Gue kira ... dia pindah sekolah. Ternyata enggak."

"Eh, seriusan?"

"Hm. Denger-denger dari tetangga kelas, dia pergi ke London buat operasi plastik."

Dua kata terakhir membuat mata Ajeng terbelalak lebar. Operasi plastik? Ajeng tentu mengenal Cyntia, gadis yang dulunya seringkali menjadi bahan bulian, tak beda jauh dari dirinya. Namun, itu kah alasan utama dia melakukan tindakan seperti yang dibicarakan gadis-gadis tadi?

Ajeng masih mendengarkan dengan seksama.

"Jadi cewek yang gue liat tadi pagi itu bukan anak baru, dong? Ya ampun, gue kira anak baru. Abisnya, penampilan dia beda banget, jadi cantik, Girls!"

"Emang. Apalagi, mata para cowok yang liat dia. Pada jelalatan semua."

"Ya wajar, sih. Kalo sekarang penampilannya kayak gitu, siapa sih cowok yang nggak mau?"

Ajeng terkejut bukan kepalang. Lagi-lagi hanya mengenai paras dan fisik yang dibicarakan? Bahkan Ajeng baru tahu sekarang mengenai berita itu, satu sekolah gempar dibuatnya.

Banyak yang berkata tidak mengenali Cyntia dengan penampilan barunya. Ajeng jadi bertanya-tanya, apakah ia pun akan pangling juga?

Sepertinya, Tuhan mengabulkan keinginan Ajeng. Dari arah pintu masuk kantin, seseorang nampak berjalan dengan anggun. Tidak sendiri, melainkan dengan beberapa gadis-gadis lain di sampingnya.

Ajeng yakin bawah itu adalah Cyntia. Ada salah satu tanda yang tidak berubah—rambut pendeknya. Dari segi wajah, warna kulit dan bentuk badan memang jauh berbeda. Cyntia kini menjelma menjadi gadis yang cantik, langsing dan putih bening menawan.

Ajeng menyapu pandangan, menatap para siswa yang membelalakkan mata tanpa kedip. Tatapan mereka benar-benar tak teralihkan dari sosok yang saat ini menduduki bangku kosong pada bagian tengah area kantin.

Ajeng berpikir, menjadi seseorang yang disegani itu cukup menjadi cantik saja. Lihatlah, gadis yang tadinya menjadi bahan olok-olok kini telah berhasil menjadi pusat perhatian semua orang.

Ajeng lalu memutar tumit ingin kembali ke kelas, tidak jadi antre untuk memesan makanan. Ia berjalan santai melewati para gadis-gadis yang sempat membicarakan Cyntia tadi.

"Eh, Cewek Norak!" Panggilan itu Ajeng yakin ditujukan kepadanya. Ia berhenti melangkah, lalu menoleh ke sumber suara.

"Itu satu kalangan lo udah berubah jadi cantik banget. Lo kapan? Penampilan aja masih norak gitu, dasar kampungan!" cibir salah satu gadis itu.

Ajeng tidak menanggapi cibiran itu, ia berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata. Baginya, tak ada guna. Hanya membuang-buang waktu dan melelahkan bibir saja.

Tidak ingin bertindak sekarang karena apa yang ia miliki saat ini belum tercukupi. Mungkin beberapa saat ke depan Ajeng akan mulai melatih mentalnya untuk berhadapan dengan para gadis-gadis tadi.

When You Love Yourself (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang