C & B ⚛ Goodbye ⚛

256 30 56
                                    

Bab 46

POV Aurum Andascara


*flashback on*

Ini di luar dugaan. Saat aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, ternyata yang ada di hadapanku bukanlah Zinc, tetapi makhluk tampan yang pernah aku rindukan.

Bahkan, aku pernah menyayanginya, tetapi dia sendiri yang pergi dariku, dan sekarang dengan sesuka hati Neon datang kembali. Ada apa ini...? Mengapa hatiku merasa berdebar? Apalagi sorot mata yang dipancarkan Neon tetap sama. Tenang, namun dalam.

Merasa terintimidasi atas pertanyaan seringan kapas Neon, aku memalingkan muka. Memori yang seharusnya tak kunjung datang, kini menyeruak kembali ke pikiranku. Bayang-bayang di tepi pantai begitu terpatri jelas dalam benak, semua perasaan bercampur menjadi satu, hingga aku bingung, mendefinisikan apa yang kini aku rasakan, bagaimana tidak...?

Kala itu, aku sedang jatuh dalam balutan kasih sayang Neon. Namun, dengan mudahnya, dia memutuskan hubungan kita dan memintaku untuk tidak mencarinya, lalu apa yang sebenarnya ia inginkan...? Terlebih, sekarang aku bukan gadis lagi, melainkan perempuan yang sudah terikat dengan pria lain. Bagaimana yang harus aku lakukan sekarang...?

"Aurum... apakah kamu merindukanku?"

Mendekati sasaran, pertanyaan Neon tidak salah, justru hampir benar. Di satu sisi, aku merasa terkejut, kecewa sekaligus senang atas presensinya, di sisi lain aku memikirkan Zinc, bagaimana jika dia kembali dan terjadi salah paham...? Mengingat kami baru saja akur dan aku tidak ingin ada perang dingin, lebih-lebih keretakan rumah tangga.

"Rum, mengapa diam saja...?" Dengan perlahan, Neon berdiri di hadapanku, sehingga kami beradu pandang lagi." Kamu marah, ya?"

"Siapa yang tidak marah, jika sosok yang ia cintai, pergi begitu saja?"

"Sorry."

Aku menghela napas sembari memejamkan mata, menahan emosi agar tidak meletus, sebelum menatap sendu mantanku. "Neon... se-semuanya telah usai, dan lebih baik kamu tidak perlu mengungkitnya lagi... cukup, di masa lalu saja, tidak perlu dibawa ke masa depan."

Aku tersenyum penuh arti, mengkode untuk Neon agar segera pergi dari sini. "Memang, kita tidak bisa bersama, tetapi aku tidak mau memusuhi dirimu... kamu boleh menjadi temanku." Aku menjulurkan tangan. Sayangnya Neon tidak membalas, kecuali bibirnya yang mengutarakan sesuatu dengan raut muka yang tampak kecewa atas keputusanku.

"Aku tahu kamu sudah menjadi milik seseorang... namun, apakah kamu tidak mau mendengarkan alasanku, meninggalkanmu saat itu?"

Refleks aku menjauhkan tangan, dan menggembor-gemborkan ketabahan hati, alih-alih terlihat terpuruk. "Apa...?"

"A-aku---"

"Kamu tidak mencintaku, kan?" Penyelaanku membuat Neon menggeleng, hal tersebut menjadikan aku tersenyum kecut. "Lantas, apa yang aku tidak ketahui darimu?"

"Sosok yang kamu anggap sebagai malaikat, justru termasuk iblis yang bengis."

Deg!

Aku tersentak, dalam sanubari, aku refleks menyebutkan satu nama yang sekarang pergi, entah kemana.

"Aku kembali bukan untuk menghancurkan rumah tanggamu, melainkan menyelamatkanmu." Neon berbalik, ia berjalan lunglai ke arah jendela. "Dari tipu muslihat siluman yang sialnya adalah Kakakku sendiri sekaligus suamimu."

"Ka-Kakak...? Maksudmu Zinc?"

"Iya, siapa lagi?" Neon membalikkan badan, hingga aku menemukan air muka pria yang kentara serius. "Kamu terlihat lebih terkejut, ketimbang melihatku muncul dengan sihir yang melekat di tubuhku...."

Cat and Boy Where stories live. Discover now