C & B ⚛ Kamu? ⚛

228 59 5
                                    

Tak ada hukum karma di dunia ini, melainkan hukum III Newton yang jelas-jelas ada dan menerangkan bahwa adanya aksi-reaksi.

Apa yang kamu perbuat, maka akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang kamu lakukan 😄

⚛⚛⚛

Bab 19

Di depan kaca, pria berparas tampan menatap wajahnya sendiri yang memar, lebam, dan sedikit tak terbentuk. Ia mengilu tepat ketika wajahnya disentuh oleh ibu jari, padahal hanya ditempelkan sesenti saja, mulutnya meringis bersamaan dengan sakit yang menyarang di raga maupun batin.

Tak peduli berapa kali ia berumpat kasar, lisan Neon masih saja melayangkan ocehan tak jelas kepada si pelaku. Ia sama sekali tak menyangka jika malam kemarin adalah momen langka sepanjang hidupnya, sebab berawal dari kejadian manis bersama Aurum di kafe, sampai ia beradu otot dengan pria sialan itu pada tengah malam dan di tempat gelap.

Badan Neon berbalik, ia melangkah ke balkon, dan berhenti setelah tangan berpegangan erat dengan pembatas balkon. Bukan, Neon tak sekadar memandangi luas perumahan di atas lantai empat, melainkan melampiaskan kekesalan di bawah teriknya sinar ultraviolet.

"Shit!" Gigi Neon menggertak seiring dengan ingatan pahit memuncak di otaknya. Meski, Neon mencoba bersabar, ternyata ia tak bisa meredam emosi karena peristiwa penuh luka tetap bersarang dan terputar secara otomatis.

Bugh!

"Aw!"

Neon meringis setelah dirinya terjatuh sekaligus bangun akibat dibius oleh makhluk yang tak dikenal. Seusai mengantarkan Aurum pulang, kendaraan yang Neon tumpangi tak bisa menuju kediamannya, karena di hadapan Neon ada sekumpulan pria berjubah hitam tengah berdiri tegap sembari melayangkan pistol.

Kerutan di dahi tak dapat dihindari, Neon sungguh tak mengerti mengapa mereka menghalangi dan mengancam dirinya agar turun dari mobil, berniat untuk mengabaikan dengan berbalik arah, ternyata beberapa pria berbadan besar lain sudah mengurung mobil beserta Neon. Alhasil, Neon terkepung, mau tak mau dia turun dan mencoba memverikasi apa yang sebenarnya terjadi, tetapi sayang sekali, ulah mereka diluar ekspetasi, yakni menyerang dengan membabi buta tanpa henti.

Sepandai-pandainya Neon melawan, dia tak akan bisa lolos hingga ia terkapar lemah, setelah hidungnya ditutupi oleh sapu tangan salah satu si penyerang.

"Lemah!" sarkasme dari suara familliar menggema di kuping Neon, matanya mulai mengerjap, ia berusaha melihat situasi, akan tetapi hal itu tak akan bisa karena dirinya ditutupi oleh sehelai kain hitam.

"Siapa kamu?" nada bertanya dengan intonasi tinggi Neon utarakan. Balasan? Tidak memuaskan, cuma tawa meremehkan Neon dapat rasakan.

"Cih! Ternyata kamu lebih lemah dari saya!"

Ejekan Neon berhasil mulut tipis terkatup sesaat, sebelum menggertakan gigi.

"Bagun!" Pria berjaket hitam tersebut menarik kursi yang Neon duduki, agar lawannya berhadapan dengan dalang dari semua ini.

"Kamu?" Neon melotot setelah tangan si makhluk melepaskan kain itu. "Apa maksudmu?"

"Maksud?" Kembali, bibir merah milik sosok yang ada di depan Neon tertawa terbahak-bahak selama beberapa saat, karena sesudahnya ia menyimpan tangan di kursi dan wajahnya didekatkan terhadap wajah Neon. "Kamu sungguh polos!"

"Zinc! Apa maumu?" Neon meluapkan amarah yang sejak awal memuncak, dia tak mengerti mengapa Zinc berbuat sekotor ini.

"Hanya satu." Zinc menekan kening Neon. "Jauhi milik saya." Badan Neon hampir terhuyung ke belakang akibat dorongan kuat dari kuku Zinc, sebab raga Neon diikat di kursi sehingga ia tak bisa melakukan apapun.

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang