C & B ⚛ Evolusi Kilat ⚛

161 33 38
                                    

POV Aurum Andascara ⚛

Bab 38

Cincin bermotif daun dan bertabur serbuk berlian tengah ditatap dalam-dalam olehku. Seolah memasuki lorong waktu, aku menjelajahi jejak kehidupanku. Jalan takdirku benar-benar sulit ditebak, tujuh hari yang lalu aku mengalami kejadian pahit, Bismut---orang yang aku anggap sebagai kakak ipar, karena ia adalah kekasih kak Rubi lebih dari tujuh tahun, ternyata ia ialah makhluk terjahat yang pernah aku temui.

Selain, mempermalukan, membuat mental dan fisikku berantakan, menyiksa anggota keluargaku, bahkan sampai melenyapkan bi Oksi, Bismut juga mengancam kak Rubidium untuk berserikat dengannya, jika tidak, ia tak akan membebaskan ayah, bunda, serta menyembuhkan aku dan Zinc. Ya, perjanjian kerja sama itu sempat aku dengar sebelum aku tak sadarkan diri.

Selang lima hari, aku sudah siuman dan bangun dalam keadaan sehat. Kak Rubi, ayah, dan bunda langsung menanyakan fisikku, apakah merasa sakit atau tidak? Aku pun menjawabnya dengan jujur bahwa aku baik-baik saja, mereka pun lega, lalu menggiringku untuk berkumpul di meja makan. Kak Rubi lah yang mengajakku untuk makan bersama.

Selesai mengisi perut, ayah memperbincangkan masa lalunya tentang bagaimana ia bisa menjadi anak angkat raja, menikah dengan ibu, sampai melarikan diri ke bumi untuk menghindari raja Atom. Semuanya ayah terangkan, meski memerlukan waktu lebih dari satu jam, aku tidak mengantuk, justru larut dalam perjuangan hidup ayah, aku pun memahami setiap deretan kata yang ayah ucapkan.

"Nak, sekarang kamu sudah mengerti? Mengapa kehidupan kita terlalu rumit?"

"Tentu Ayah... aku tidak akan marah, tetapi bangga sama Ayah... Ayah hebat."

Aku memeluk ayah terlebih dahulu, ayah pun membalas pelukanku, akhirnya pertanyaan terbesar sudah terjawab, aku merasa tenang dalam dekapan hangat itu yang berlangsung selama beberapa menit.

"AKHHHH!"

Entah datang dari mana, jeritan super itu hampir merobek gendang telingaku, jika tidak segera aku tutupi rapat-rapat rungu milikku. Pelukan terlepas, semua mata memandang satu sama lain, sampai kak Rubi lah yang menggerakan bibir kemerah-merahannya.

"Bismut pasti berulah lagi... ayo, waktu kita sudah habis."

Selanjutnya, kak Rubi mengucapkan mantra, seperkian detik kami sudah berpindah tempat ke amfiteater. Mengenai planet yang aku tempati, aku tidak bereksistensi di bumi lagi. Dirawat pun aku tidak di rumah sakit biasa, justru di istana tepatnya di planet Felidae, aku tahu itu dari bunda ketika aku sadarkan diri dan menanyakan tempat. Di sini, aku sudah lama bereksistensi sejak aku disiksa tempo lalu.

Oh ya, jika waktu itu amfiteater adalah tempat yang paling banyak dihuni, sebab terdapat jutaan penonton, kini hanya ada dua siluman---Zinc dan Bismut. Itulah mereka yang berpresensi dalam radius tiga meter dari tempat aku berdiri.

Aku pikir Zinc baru bangun dari 'tidur' panjangnya, karena sebelumnya dia masih menutupkan mata. Berbeda dengan sekarang, pria tinggi tersebut mengepalkan tangan dan menatap tajam sang lawan. Bismut juga tak ingin kalah, ia melakukan hal yang seiras dengan Zinc seraya menengadahkan kepala untuk menancapkan mata elangnya. Dapat aku prediksikan bila suhu sekarang di atas rata-rata, selain sinar matahari yang begitu terik, kearogansian dari mereka sangatlah fantastis, kini aku merasakan kegerahan yang hakiki.

"Bagus, keluargamu sudah datang...." Aku yang masih asyik menjadi penonton terkejut tatkala Bismut menolehkan kepala dan menatapku. "Aurum-mu juga sudah hadir di tengah-tengah kita."

'Ada apa ini, mengapa aku menjadi pusat perhatian? Zinc, Bismut, bahkan semua keluargaku sedang melihat ke arahku....'

Aku berniat untuk bertanya. Sayangnya, Bismut kembali berujar. "Rubi... bukankah saya sudah membantumu kemarin, apakah ini yang dinamakan dengan imbalan?"

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang