C & B ⚛ Injeong ⚛

284 76 16
                                    


Memang kamu bukan termasuk zat adiktif, tetapi kamu tahu? Bila kamu lebih candu dan berbahaya dari zat itu.

⚛⚛⚛

Bab 12


Aurum tak habis pikir jika Zinc memberi opsi 'gila' di tengah malam. Pada saat semua orang tidur terlelap, dirinya malah harus memilih opsi yang sangat berat, antara iya atau tidak. Namun, mau memilih ataupun tidak, rasanya sia-sia saja, karena Aurum sudah tahu watak Zinc, meski tiga tahun terakhir menjalani hubungan jarak jauh alias LDR dengan Zinc, tetapi sebelum Zinc pergi ke luar negeri, Aurum sangat dekat dengannya, sehingga ia mengetahui jika Zinc mempunyai sifat keras kepala, sungguh terbuat dari apa kepalanya itu.

Sejak Zinc memberi pilihan, otak dan batin Aurum terus berperang, dinginnya ruangan yang disebabkan oleh ac, harus terkalahkan oleh suasana jiwa raga Aurum yang memburuk, bahkan pelipisnya berkeringat, seluruh tubuh Aurum mulai basah, akibat keringat dingin yang terus keluar. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan pria yang justru sedang duduk bersandar di hadapan Aurum dengan kedua kaki yang disimpan di meja, layaknya bos besar.

Aurum berdecih, ia bersumpah serapah mengenai kelakukan Zinc yang sangat jauh dari tata krama. "Aku tak akan memberi jawaban, sampai kamu menghormatiku," ucap Aurum tanpa memandang pria yang sekarang menaikkan salah satu alis.

"Mengapa ...? Apakah kamu takut untuk mengakui jika saya akan menjadi pemenangnya?"

"Tidak!" Zinc berhasil membuat Aurum berbalik dan menatapnya nyalang. "Apakah kamu sakit? Sampai kamu tidak tahu jika sekarang jam 12?! Semua orang butuh istirahat, bukan melakukan hal yang konyol."

"Baik." Zinc menurunkan kaki, lalu berdiri. "Jika itu keputusanmu, maka saya tak akan menuruti kalimat konyol yang kamu tuangkan di sana." Tunjuk Zinc tepat ke pigura berisi tulisan hasil karya Aurum.

"Ko-konyol," ucapan Aurum tersendat-sendat karena hatinya tertohok oleh perkataan Zinc seringan kapas.

"Ya, kamu seperti anak kecil yang semakin gemas untuk saya mainkan."

Zinc berjalan ke kamarnya dan mengabaikan Aurum yang mengepalkan kedua tangan sembari membatin. 'Dia adalah Zinc Zacavia yang sama, orang yang selalu membuatku seperti budak belian.'

Aurum menghela napas panjang, menutupkan matanya sebentar untuk mengumpulkan tenaga yang semakin lama kian menipis, tentu semua ini akibat Zinc yang sudah melebihi pasien rumah sakit jiwa.

'Sabar, Aurum, sabar.' Aurum menguatkan diri dalam kalbu. Ia bangkit, melangkah ke kamar yang berada di lantai dua, samping kamar Rubidium, itulah kamar Zinc. Setelah di depan pintu, Aurum menggigit bibir bawahnya, ia tahu bila saat ini Zinc tidak tidur, melainkan menanti persetujuan dari mulut Aurum yang mendadak pucat.

Lagi, Aurum membuang napas kasar, ia masih menimbang untuk maju atau tidak. "Persetan dengan situasi!" geram Aurum sebelum mengetuk pintu keras.

Tok! Tok! Tok!

Hanya tiga kali ketukan, pintu terbuka dan wajah tampan langsung berhadapan dengan wajah masam Aurum. "Aku menerima tantanganmu!"

Mendengar ujaran yang terdengar seperti teriakan, Zinc tersenyum selama lima detik, karena di detik keenam ibu jari Zinc berada di bagian atas bibir si perempuan dan menyapunya pelan, hingga keringat yang semula membasahi perlahan terserap oleh perbuatan Zinc.

Otomatis tubuh Aurum menegang, obsidion yang semula memperhatikan wajah si lawan bicara, kini menatap jari Zinc yang menempel kuat dengan kulitnya.

"Me-menjauh dari wajahku brengsek?!" sarkas Aurum, walau ia sangat sulit untuk berbicara, Aurum tak mau terlihat lemah. Namun, semakin lama deru napasnya mendadak tak teratur, jantungnya pun berdebar kencang, ia tak menyangka jika Zinc akan membuat Aurum kesulitan bernapas.

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang