C & B ⚛ Melamun ⚛

293 67 25
                                    

Mulut, mungkin bisa berbohong, akan tetapi mata tak akan berdusta apa yang kamu alami, baik itu sedih maupun tersenyum mata indahmu akan menceritakan segalanya kepada saya.

-Neon Nandazia-

⚛⚛⚛

Bab 17

Neon?" lirih suara Aurum seraya menjauhkan raga.

Lantas, setelah itu ia menyeka air matanya dan berusaha untuk mengatur ritme napas agar bisa berbicara. Sementara, sepasang mata berlensa hitam milik Neon tengah menelusuri wajah Aurum, alhasil ia menemukan bibir ranum yang bengkak dan kulit putihnya dipenuhi oleh goresan luka. Neon tak tahu mengapa Aurum terlihat seperti korban dari kasus kekerasan.

"Kamu kenapa? Mengapa bisa ada di sini ...? Dan apa yang telah terjadi?"

Neon menatap intens sang lawan bicara yang tiba-tiba menghentikan aksi sebelumnya. Mulut mungil Aurum digigit oleh giginya sendiri, tanpa ia sadari jika kedua tangan bernoda merah itu mencengkram rok panjang yang ia kenakan, tentunya dalam keadaan gemetar hebat.

Neon peka dengan keadaan, lantas ia meraih, menggenggam, dan mengelus-ngelus tangan Aurum setelah melihat gerak-gerik sosok yang ada di hadapannya terkesan mengalami trauma.

"Jika kamu belum siap bercerita, tak apa ... sekarang sudah larut malam, saya akan mengantarmu pulang."

Sesudah berbicara dengan nada lembut dan tatapan hangat, Neon melepaskan tangan Aurum, kemudian membelakanginya seraya berjongkok.
"Naiklah, saya tak yakin jika kamu kuat berjalan."

Lima detik telah berlalu, akan tetapi Neon masih tak mendapati Aurum menaiki punggungnya, hingga Neon kembali berputar untuk berhadapan lagi dengan Aurum, walaupun masih dalam posisi berjongkok.

"Aurum, bukannya saya menyepelekan dirimu, tetapi melihatmu seperti ini saya khawatir kamu kenapa-napa ... tolong jangan buat saya semakin mencemaskan dirimu ... dan percayalah, saya tak akan membuatmu terluka, please trust me ..."

Aurum masih membungkam mulutnya, kecuali mata beriris abu itu tengah memandangi alis Neon yang terangkat. "Kamu ingin saya bopong bukan?"

Cepat-cepat Aurum menggelengkan kepala. Neon pun tersenyum lebar seraya memutar tubuh. Berselang dua detik, tubuhnya terasa berat karena Aurum sudah menjatuhkan diri di punggung Neon. Meski begitu, raga yang berbalut kaus olahraga masih saja diam di tempat.

"Kamu akan jatuh, bila kamu tak berpegangan." Alis Aurum bertaut, ia masih mencerna apa yang dikatakan Neon, entah mengapa dirinya sulit patuh terhadap perkataan orang lain, mungkin akibat peristiwa pahit yang ia alami beberapa menit yang lalu.

"Seperti ini, Aurum." Akhirnya Neon sendiri yang mengalungkan tangan Aurum ke lehernya. Merasa sudah aman, dia pun berdiri, berjalan keluar dari laboratorium yang menyimpan tanda tanya besar bagi semua manusia, khususnya pria tampan yang tengah menggendong Aurum Andascara.

⚛⚛⚛

Tangan kekar milik seseorang tengah mengaduk makanan cepat saji tanpa berniat untuk memasukkan ke dalam mulut. Sementara, sepasang matanya menerawang ke depan, berlainan dengan otak yang memikirkan perempuan berambut pirang. Neon, pria tampan yang sudah setengah jam berada di kantin justru tak memakan makanan yang ia pesan, melainkan memikirkan sekaligus mengkhawatirkan keadaan Aurum. Seperti hilang di telan bumi, sudah seminggu lamanya Neon tak menemukan batang hidung si perempuan, bahkan ia sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sosok yang ditemukannya di ruang misterius itu.

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang