Prolog

3.3K 500 186
                                    

"Hati-hati Ra ...!"

Tanpa membalikan badan, indra pendengar-seorang perempuan bermasker hitam-hanya menyalurkan balasan dengan memberi lambaian singkat. Setelah beradu mulut dengan sang kakak, akhirnya ia bisa keluar dari rumah yang tak pantas ia sebut sebagai tempat tinggal. Helaan napas terdengar jelas tatkala memutar ingatan kejadian tadi pagi.

"Sudahlah ..." lirih dari mulut merah muda si perempuan sembari menggenjot sepeda.

Jalanan yang lengang serta bebas dari polusi itu menjadikan si pengayuh, Aurum Andascara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan tentu, mengeluarkan karbondioksida secara perlahan.

"Sabar ... dunia masih layak untuk dipijak, mengapa kamu sulit untuk bertindak?" tanya bermonolog seraya memandangi pepohonan lebat yang berada di sekeliling.

Setelah berkutat dengan pepohonan dan jalan besar, Aurum membelokkan sepedanya ke gang sempit agar cepat sampai di tujuan. Lukisan mural akibat ulah para vandalisme langsung menyapa kehadiran Aurum. Meski, sudah ribuan kali ia melihat pemandangan tersebut, tetapi ada saja yang diperbaharui oleh mereka. Lantas, mata hitam milik Aurum terpana dengan apa yang dilihat, walaupun pedal masih ia kayuh, Aurum tetap memperhatikan sesuatu yang menurutnya lebih menarik.

"Wah ... hebat ...! mereka sangat jago untuk menggambar dan setiap karyanya mampunyai makna yang mendalam. Seandainya saja ada yang mewadahi karya anak bangsa, mereka pasti akan mengguncangkan dunia ...."

Aurum tak berhenti mengoceh di satu titik, malah mulut mungilnya terus bercerocos ke sana ke mari, memperbincangkan sesuatu yang seharusnya tak ia utarakan.

Di sisi lain, ada seekor kucing belang sedang asyik menyantap ikan goreng hasil curiannya di tengah jalan, serta membiarkan sepeda Aurum mengikis jarak di antara keduanya. Sampai, telinga tajam sang kucing menyadari ada sesuatu yang mendekat, kepala pun menoleh bersamaan dengan ban besar menggilas ekor cantik milik si kucing. Alhasil, kucing berteriak 'meong', sedangkan Aurum langsung berbalik dan terkejut atas kejadian tersebut. Alhasil, sepeda goyah, Aurum pun mengalami kesukaran untuk menjinakkan kendaraan tua miliknya.

"Ad-du-duh ... Awasssss ...!"

Mata terbelalak berbarengan dengan apa yang dilihat, tong sampah ada di depan mata, sedangkan dirinya tak bisa menjauhi dari nasib buruk.

Bugh ...

"Aw!"

Akhirnya, rentetan secepat kilat telah berhasil menjungkirbalikan hidup Aurum. Aurum yang telah berpakaian putih-hitam dan rapi itu, kini harus ternodai oleh setumpukan sampah bau serta kotor. Sumpah serapah pun langsung keluar, saat mata melihat lengan bajunya yang kotor.

"Shit ...! Bagaimana ini ...?! Sekarang aku mau melamar kerja, tetapi ...!"

Aurum geram dengan situasi, ia mengepalkan tangan, lalu membalikkan kepala untuk menatap kucing yang tak jauh darinya.

"Kucing sialan ...! kalau kamu tak berada di sana, hidupku akan baik-baik saja!" tegas Aurum dengan penuh penekanan dan sorot mata yang tajam.

⚛⚛⚛

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang