Bab 58. Terbongkar

En başından başla
                                    

Samuel berdecak. Ia mengambil alih kotak bekal dan tas Lyodra. Ia berdiri dan menatap tajam gadis itu, "pindah ke belakang. Sekarang," putus Samuel final.

"Tapi Sam, gue--"

"Pindah ke belakang. Sekarang!" ucap Samuel penuh penekanan.

Lyodra mengalah. Tidak mau membuat keributan di kelas, ia berdiri dan mengikuti Samuel ke tempat duduknya.

"Iam, lo duduk sama Keisha hari ini. Lyodra sama gue."

Liam yang tidak suka ribet langsung mengambil tasnya dan beranjak dari sana. Tidak protes dan banyak tanya.

"Jadi, kenapa beberapa hari ini lo ngilang dan nggak bisa dihubungi?" tanya Samuel begitu mereka duduk. Persetan dengan tatapan kepo teman sekelasnya. Samuel sudah memberi kode untuk mereka menjauh, agar memberi mereka ruang untuk berbicara.

Lyodra bergumam. Ia mencoba untuk terlihat santai meskipun kepalanya bekerja keras untuk memikirkan alasan yang tepat, "hp gue rusak. Jatuh di kamar mandi. Jadi--"

"Apartement lo kosong," potong Samuel cepat. Ia tahu Lyodra berbohong makanya ia ingin mengetes sejauh mana gadis itu menyembunyikan semuanya. "Lo kemana?"

Lyodra meneguk ludahnya. Nafsu makannya menguap seketika. Nasi goreng di hadapannya tidak lagi menarik.

"Gue, gue waktu itu ke Bandung. Ya, ke Bandung!" seru Lyodra begitu menemukan jawaban yang pas. "Kebetulan waktu itu nyokap gue jemput."

Samuel menaikkan sebelah alisnya. "Berapa lama? lo bolak-balik Jakarta-Bandung untuk sekedar sekolah?" pancing Samuel lagi.

"Gue libur sekolah."

"Bukannya cuma dua hari lo yang libur? Sedangkan lo ngilangnya lebih dari itu."

Tangan Lyodra dingin. Ia tidak berani menatap mata Samuel, takut ketahuan jika sedang membohongi lelaki itu.

"Iya. Gue liburnya cuma dua hari. Karena sakit. Dua hari sebelumnya gue berangkat sekolah dari Bandung."

Samuel mengangguk. Ia rasa jawaban Lyodra cukup. Cukup tidak masuk akal. Karena sejak tadi gadis itu mengungkapkan kebohongan.

"Ya udah, lanjutin makan gih. Biar nggak sakit lagi," ucap Samuel sambil mendorong kotak bekal tadi ke depan Lyodra.

Lyodra tersenyum. "Nggak deh, udah kenyang. Lagian sebentar lagi bel," katanya sambil meraih kotak bekalnya dan menyimpannya di loker meja.

Samuel tidak melarang. Ia memperhatikan gerak-gerik Lyodra yang terlihat tidak nyaman dan tenang. Samuel tersenyum remeh. Gadis itu sedang mencoba membohonginya. Yang benar saja? Samuel tidak sebodoh itu.

"Pulang sekolah bareng gue," kata Samuel tiba-tiba.

"Huh?"

"Pulang sekolah bareng gue," ulang Samuel sekali lagi. "Kangen gue main di apartement lo."

"Tapi, Sam. Gue nanti di jem-"

"Nggak ada penolakan!" tegas Samuel membuat Lyodra lagi-lagi harus putar otak bagaimana agar pulang sekolah nanti semuanya berjalan lancar.

Minimal Lyodra punya alasan yang tepat untuk menolak ajakan Samuel.

***

TERHITUNG dari masuk hingga pulang sekolah, Lyodra tidak lepas dari jeratan Samuel. Istirahat pertama dan kedua mereka makan di kantin, Samuel yang berinisiatif dan itu pertama kalinya untuk Lyodra setelah sekian lama. Rasanya aneh dan tidak nyaman karena mereka makan berdua dan jadi pusat perhatian.

RetrouvaillesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin