31

26.4K 2.8K 911
                                    







Selamat membaca

Tangan Ethan yang tadinya mengepal dengan kuat seketika melemas saat mendengar jawaban Oliv.

Dan jawaban itu semakin terngiang-ngiang di otaknya, hingga membuat cowok itu mengacak rambutnya frustasi.

Sedangkan Oliv, tangisNya pecah tepat setelah ibunya menghilang di balik pintu kamarnya, gadis itu menangis keras ketika mengingat kembali ucapan dari ibunya tadi.

Waktunya hanya dua hari untuk masih bisa bersama Ethan. Ethan? Oliv semakin terisak ketika menyadari cowok itu masih berada di kamarnya, dan pastinya Ethan sudah mendengarkan semuanya.

"Than." Panggil Oliv lirih berharap Ethan keluar dari sana. Dan ia sudah siap Untuk di benci oleh cowok itu, Oliv sangat siap akan hal itu.

Ethan menelungkup wajahnya di kedua tangannya, cowok itu memejamkan mata berharap bahwa ia baru saja bermimpi buruk.

Ethan menggigit bibirnya saat isakkan Oliv semakin tedengar jelas di telinganya yang artinya ia sama sekali tidak bermimpi.

"Ethan please."

Ethan menarik nafasnya dan menghembus secara perlahan, setelah mengatur emosinya untuk tetap stabil, Ethan keluar dari sana dan melangkah mendekat ke arah Oliv.

Ethan menghela nafas dan menarik Oliv ke dalam pelukannya, Ethan mengusap rambut Oliv saat Oliv semakin terisak.

"I'ts okay." Gumam Ethan mengecup kepala Oliv dengan lembut.

Oliv menggeleng-gelengkan kepalanya hal dimana membuat Ethan memejamkan matanya sesaat lalu membuka kembali dengan kepala yang mengadah ke atas langit kamar milik Oliv.

Ethan lagi-lagi menghela nafas, ia menjauhkan wajahnya dan mengurai pelukan mereka.

Ethan mengangkat Oliv menuju ke arah ranjang, setelah membaringkan gadis itu, Ethan berjalan ke arah pintu dan menguncinya dari dalam.

Ethan berbalik dan mengusap wajahnya dengan gusar saat melihat Oliv tidur membelakanginya, bahu gadis itu bergetar hebat hingga Ethan bingung harus melakukan apa.

Ethan melangkah mendekat, lalu berbaring di samping Oliv, memeluk gadis itu dari belakang.

"Sakit Than." Ucap Oliv bergumam lirih, Ethan mengangguk kecil seraya mengusap kepala Oliv dan sesekali mengecupnya.

Ethan menarik paksa tubuh Oliv agar berbalik ke arahnya, Ethan menggelengkan kepalanya seraya mengusap air mata Oliv.

"Don't cry!" Ucap Ethan pelan.

Oliv tidak menjawab gadis itu menyusupkan kepalanya di dada Ethan, tempat ternyamannya selama ini.

"Kenapa lo gak marah?" Tanya Oliv pelan di sela isakkannya.

Ethan tersenyum kecil, "karena gue gak bisa." Jawabnya.

"Seharusnya lo marah, harusnya lo tinggalin gue sekarang juga, kalo sikap lo kayak gini, gue semakin ngerasa bersalah." Oliv mendongak dan menatap Ethan yang juga menatapnya dengan sendu.

Tanpa menghilangkan senyumnya, Ethan kembali mengusap air mata Oliv yang masih saja mengalir bebas disana.

"Itu keputusan lo, lo udah pilih dan gue harus terima semua itu, ini emang berat buat gue, lo, berat buat kita. Gue sayang lo, dan gue gak mau egois cuma karena lo gak pilih gue."

"Jangan nangis lagi." Lanjut Ethan, mengecup kedua mata Oliv dengan lama.

Setelahnya Ethan memeluk tubuh Oliv dengan erat, mereka terdiam cukup lama, tangisan Oliv sudah cukup mereda hingga membuat Ethan dapat bernafas lega.

Ethan's story 'About Oliv' (Completed)Where stories live. Discover now