10

4K 415 266
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.

Selamat Membaca...
.
.
.

Hari ini Naruto akan mengatakan pada Hinata, bukan mengatakan tapi meminta Hinata untuk menjadi istrinya.

Pagi ini sangat cerah, seakan ikut merasakan kebahagian yang dirasakan Naruto. Tadinya ia ingin merancang sesuatu yang indah untuk Hinata. Bagaimana pun ini moment yang penting untuk Hinata. Namun, Naruto juga ingin hanya ada dirinya dan Hinata saja pada saat moment penting ini. Semoga saja, kekasih cantiknya itu mau mengerti.

Naruto melangkah dengan bahagia, memamerkan senyum lima jarinya kepada siapapun yang dia temui. Mempercepat langkahnya, ia ingin segera bertemu dengan kekasih hatinya. Ahh... Sejak kapan jatuh cinta sebahagia ini.

Akhirnya pemuda dengan goresan dipipinya ini berlari, rasanya sudah tidak sabar bertemu dengan Hinata. Hebatnya kali ini Naruto dipastikan tidak akan telat.

Mata safir itu berbinar melihat siluet orang terkasihnya sedang menghadap kearah sungai. Enak sekali sungai itu mendapat tatapan teduh kekasihnya. Cih... Cemburu kok sama sungai sih Naru...

"Hinata..." Gadis dengan balutan dress ungu muda itu berbalik dan tersenyum melihat kekasihnya sudah sampai.

"Mengapa aku selalu telat?" Gerutu Naruto mengundang kikikan geli Hinata.

"Kau tidak telat, Naru. Hanya aku memang datang lebih cepat."

"Waahh, kau terlalu bersemangat kencan denganku, Hime." Wajah Hinata merona, sejak kapan Naruto jadi peka. Meraih tangan Hinata seraya meremat lembut.

"Ayo, kita kencan... Sayang." Ujaran Naruto yang sukses menambah pekat warna merah pada wajah Hinata.

"Gemasnya, ku gigit boleh?"

"Naruto-kun." Naruto tergelak, kekasihnya ini ternyata sangat lucu sekali, untung tidak sampai pingsan.
.
.
.
Sakura tak sengaja melihat Naruto dan Hinata di dekat sungai. Bibirnya ikut tersenyum saat melihat wajah bahagia Naruto.

"Hah, hanya aku sendiri. Sasuke-kun." Gumam Sakura pelan.

"Hn." Tubuh gadis pink ini tersentak kaget saat telinganya seperti menangkap suara orang yang ia rindukan dan nantikan.

"Halusinasi lagi."

"Tidak." Kali ini Sakura menengok kebelakang, karena suara itu berasal dari belakang tubuhnya. Emeraldnya membola. "Sasukeee-kun...!" Sakura Histeris sendiri. Sedangkan pria yang dipanggil hanya tersenyum tipis.

"Kau nyata?" Sasuke merubah lagi mimik wajahnya menjadi datar.

"Dasar jidat."

Sakura tidak marah, malah tersenyum senang.

"Kau pulang? Apa kau merindukanku?" Percaya diri sekali Sakura. Sasuke hanya menghela nafas. Gadis yang mencintainya sedari kecil ini, rupanya sudah tertular virus tidak jelas sahabat kuningnya.

"Eh... Apa Naruto tidak tau? Dia malah pergi kencan dengan Hinata."

"Hn. Jangan ganggu dia."

"Tidak, aku akan mengganggumu saja." Dan Sasuke berbalik badan, jangan sampai Sakura melihat wajahnya yang merona. Berjalan santai meninggalkan Sakura.

"Hey, Sasuke... Tunggu...!" Sakura mengikuti Sasuke dari belakang.
.
.
.
Ditempat biasa sejoli ini duduk berdampingan, seperti sebelum-sebelumnya hanya ada mereka berdua diatas menara pahatan Hokage.

"Hinata... Saat itu kau bertanya padaku. Bagaimana jika ada seorang gadis yang lebih mencintaiku dari pada dirimu?" Hinata memandang Naruto disampingnya dengan tatapan takut dan resah. Hinata takut jika Naruto meninggalkannya. Ia menyesak berkata seperti itu pada kekasihnya. Tangannya mengepal menahan semua ketakutannya.

Our Love.Where stories live. Discover now