1

8K 641 310
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.

Selamat Membaca...
.
.
.

Senyum bahagia mereka berlima tunjukkan saat kaki mereka menapak di desa kelahiran mereka. Bukan lima, tapi enam orang ninja asli Konoha Gakure. Ya, Hanabi termasuk kan ya?

Mereka disambut antusias oleh seluruh warga desa.

"Terimakasih untuk kerja keras kalian." Ujar sang Hokage keenam. Hatake Kakashi. Para Shinobi andalan Konoha itu pun mengangguk. "Kalian istirahat saja, laporkan besok padaku." Lanjut Kakashi dengan tegas dari balik maskernya.

Semua penduduk desa saling berebut untuk mendekat pada Naruto. Pemandangan ini sudah biasa untuk para sahabat Naruto.

"Naruto senpai, kau pasti lelah mari istirahat saja dirumahku. Ah... Atau perlu aku antar untuk kembali ke Apartemenmu?" ujar seorang gadis remaja dengan riang dan penuh tatapan berbinar kesenangan.

"Senpai, kau pasti lapar..."

"Senpai, bagaimana caranya kau mengalahkan musuh, ceritakan pada kami."

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang hanya dibalas senyuman canggung dari Naruto. Lelaki pirang ini merasa sangat risih dengan anak remaja wanita yang mengerubunginya serta menarik-narik jaket hitamnya yang sedikit terkoyak akibat pertarungannya dengan Toneri.

Hinata hanya terkikik melihat wajah kekasihnya. Kekasih ya? Tentu saja, setelah peristiwa di bulan tadi bukankah mereka menjadi sepasang kekasih? Wajah Hinata memerah pekat saat teringat ciuman pertamanya dengan Naruto. Lelaki yang selama ini menjadi poros hidupnya.

Kakashi menghampiri Hinata dan Hanabi. "Kalian, Ayah kalian ingin bertemu. Beliau berada di rumah sakit." Ujar Kakashi memberi tahu pada anak ketua klan Hyuga itu. Hinata dan Hanabi terkejut, mendengar sang Ayah berada di rumah sakit. Dengan cepat mereka menuju rumah sakit, kekhawatiran sangat tercetak jelas diwajah dua bersaudari itu.

Tangan Hinata dicekal oleh seseorang, tak lain adalah Naruto. "Mau kemana?" Tanya Naruto, ia takut Hinata salah paham dengan para gadis yang mengerubunginya ini.

"Rumah sakit. Tou-sama, berada disana." Jawab Hinata dengan wajah cemas. Naruto mengerti, pasti Hinata sangat khawatir pada Ayahnya. "Aku antar ya?"

"Hey, kau urus saja para fans mu itu. Biar aku saja yang mengantar Hinata." Sakura mulai bicara, ia sebenarnya risih dengan gadis-gadis yang mengelilingi Naruto. Apa mereka tidak lihat aksi ciuman Naruto dan Hinata secara live?

"Kalau Hinata pergi, bisa-bisa Naruto pingsan lagi. Seminggu barang kali?" Ucap Sai dengan nada yang mengejek serta senyum palsu yang menjengkelkan. Sakura dan Shikamaru terkikik, sedangkan Naruto memerah malu dan kesal secara bersamaan, karena Sai mengungkit sisi lemahnya saat misi.

"Benar juga kau Sai. Aku tidak punya banyak cakra saat ini." Timpal Sakura yang tertarik menggoda sahabatnya ini.

"Dan aku akan pusing mencari cara, bagaimana si kuning ini bangkit." Shikamaru juga turut serta. Ketiga Shinobi itu tertawa keras, menertawakan saat Naruto yang langsung tak sadarkan diri saat Hinata pergi bersama Toneri pada malam itu.

"Kau pingsan Naruto-kun?" Tanya Hinata lembut mendekat pada Naruto dengan wajah yang khawatir. "Ya, tiga hari." Aku Naruto, wajah Hinata menyendu, kepala bersurai indigo panjang itu menunduk. "Maafkan aku." Ucap Hinata penuh sesal.

Sakura, Shikamaru dan Sai langsung menghentikan tawa mereka. Ketiganya melupakan fakta jika Hinata mungkin akan merasa tak enak hati, sudah membuat Naruto tak fokus saat melawan Toneri dan berakhir terkena oleh serangan Toneri kala itu.

Our Love.Where stories live. Discover now