3

4.8K 482 166
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto.
.
.
.
Selamat Membaca...
.
.
.

Hari ini Naruto mendapat panggilan misi, lelaki pirang ini segera bersiap. Walau hanya misi sederhana akan tetapi, persiapan tentu sangat dibutuhkan juga.

Misi kali ini mungkin akan memakan waktu selama tujuh hari. Hah, helaan nafas berat Naruto keluarkan, saat mengingat ia tidak akan bertemu dengan Hinata selama satu minggu.

"Naruto-kun." Hinata muncul dari pintu utama Apartemen Naruto. Memang Naruto memberikan akses keluar masuk Apartemennya untuk Hinata.

"Sudah siap?" Tanya Hinata, ditangannya terdapat kotak bento yang Naruto prediksi untuk dirinya. Ah, masakan Hinata sangat lezat. Naruto tersenyum. "Sudah, tinggal berangkat saja." Ujar Naruto selesai berkemas, menghadap Hinata yang kini berdiri dibelakangnya. "Bento untukku?" Hinata mengangguk sebagai jawaban, tangannya menyerahkan kotak bento itu pada Naruto. Meraih dengan senang hati kotak bento yang menguatkan harum lezat.

"Aku pasti rindu pada yang membuat bento." Ucap Naruto dengan pelan sambil menatap kotak bento ditangannya.

"Aku juga pasti rindu yang memakan bento buatanku." Balas Hinata dengan senyuman serta rona merah dipipinya.

Naruto memandang Hinata dalam. Mengapa saat sudah mempunyai tambatan hati seperti ini, rasanya sangat malas untuk berangkat misi. Rasa-rasanya, hanya ingin selalu berada disisi orang yang kita cinta. Memeluk Hinata lembut, "aku malas sekali berangkat misi." Keluh Naruto. Hinata mengelus punggung Naruto pelan. "Kita akan bertemu lagi nanti, Naruto-kun harus menjalankan misi dengan semangat, tidak boleh terluka parah, tidak boleh lupa makan dan jangan selalu makan ramen instan." Hati Naruto menghangat serta terharu, lalu terkekeh mendengar nasehat Hinata. Oh... Inikah rasanya dikhawatirkan oleh orang terkasih? Mengapa rasanya sangat menghanyutkan seperti ini.

"Hm... Aku akan ingat pesanmu, Hinata." Naruto mengecup pucuk kepala Hinata. Hinata melerai pelukkan Naruto dengan sedikit rasa tak ikhlas, saat kenyamanan itu hilang. Jujur saja, sangat nyaman dalam pelukan Naruto. "Hati-hati, jangan bertengkar terus dengan Sakura-chan." Naruto tertawa, dia tidak bisa berjanji untuk itu. Karena Sakura akan memukul dirinya secara tiba-tiba jika gadis itu kesal

"Aku tak bisa berjanji untuk itu, Hinata. Kau tau Sakura-chan itu seperti apa." Kekeh Naruto. Hinata melihat betapa besar kedekatan kekasihnya dengan gadis musim semi itu.

"Ya, sudah. Tetap jaga kondisi "

"Mengapa kau tak ikut misi saja jika terlalu khawatir padaku, hmm?" Goda Naruto, ia gemas sendiri dengan Hinata. Ternyata, kekasihnya ini sangatlah cerewet.

"Tak ingin memberi ciuman padaku?" Hinata menunduk malu. "Ti-tidak."

"Hah, ya sudah. Padahal aku sangat mengharapkan." Hinata meremat jemarinya, merutuki sikap tidak peka Naruto. Masa iya, Hinata yang harus memulai ciuman.

"Hati-hati, aku akan membereskan Apartemenmu dan pulang nanti."

"Menginap pun tak apa, sayang." Ujat Naruto sengaja menggoda kekasihnya itu. Lihatlah, wajah Hinata yang memerah pekat itu. Rasanya ingin sekali Naruto mengecupi seluruh wajah memerah Hinata tapi, ia harus berangkat misi.
.
.
.
Diperjalanan misinya kali ini, masih seperti biasa diwarnai dengan pertengkaran kecil antara Sakura dan Sai, membuat perjalanan misi terasa tidak membosankan.

"Kalau kau marah terus, jidatmu bertambah lebar. Tak takut?"

"Diam kau Sai...!"

"Tidak bisa." Jawab Sai dengan senyum palsu menjengkelkan.

"KAU....!!!" Sakura dengan cepat mengejar Sai yang sudah hampir tak terlihat, meninggalkan Naruto yang menghela nafas berat.

Naruto berhenti, saat melihat Sai dan Sakura juga menghentikan laju mereka melompati pohon. Mereka berdua bersembunyi disemak-semak, seperti sedang mengintai sesuatu.

Our Love.Where stories live. Discover now