7

4K 431 120
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...
.
.
.

Senja pada sore hari menebarkan teduh pada dua insan yang sedang duduk berdekatan. Dimana sang gadis duduk didepan sang pria, dengan sang pria yang memeluknya dari belakang. Romantis sekali bukan? Mungkin akan iya, jika dalam keadaan yang berbeda dengan sekarang.

Hinata menyandarkan punggungnya didada bidang milik Naruto. Kepala bersurai indigo itu pun terkulai lemas dipundak sang pria. Tangan mereka saling bertaut. Kondisi Hinata belum pulih sepenuhnya tapi, ada sesuatu hal yang ingin Hinata sampaikan pada Naruto.

"Hinata... Sekarang jelaskan, mengapa aku tidak boleh menghajar Ayumi?" Tanya Naruto, jemarinya memainkan rambut Hinata dengan pelan.

"Naruto-kun melawan seorang gadis?" Hinata menatap Naruto. "Ya, jika dia menyakitimu." Naruto tak akan membiarkan siapapun menyakiti gadisnya, meski itu perempuan sekalipun.

"Tidak, lelaki sama sekali, juga tidak keren." Ujar Hinata yang kini kembali menatap kedepan serta mencari posisi yang nyaman dalam dekapan Naruto.

"Jelaskan, sayang." Lirih Naruto dengan lembut. Hinata menghela nafas.

"Naruto-kun, Ayumi tidaklah bersalah. Dia hanya salah dalam menunjukkan cintanya yang berlebih padamu. Jika dulu aku hanya diam saja, menunggu kau yang menyadari keberadaanku, mungkin Ayumi melewati jalan yang salah saat ia ingin kau melihatnya." Jelas Hinata dengan pelan. "Dengan memberontak." Sambung Hinata.

Mencerna baik-baik penjelasan sang kekasih. "Dalam cinta, berjuang itu lumrah Naruto-kun. Hanya saja, cara kita yang berbeda-beda." Hinata membalikkan badannya menghadap Naruto. "Jangan kasar pada seorang gadis. Suatu saat jika kita mempunyai anak gadis, pasti kau tak akan suka jika anak gadis kita dilukai seorang pria."

"Ahhh... Kau sudah memikirkan sampai sana, Hinata?" Wajah seputih salju itu merona. Tadi dirinya tak sadar mengucapkan hal itu pada Naruto.

Pemuda pirang ini terkekeh, ia rindu melihat wajah merona Hinata. "An-andai saja." Jawab Hinata. Naruto tertawa pelan dan Hinata suka itu.

"Terimakasih, sudah mau menuruti permintaanku untuk tidak marah atau melakukan pembalasan pada Ayumi, Naruto-kun."

"Apapun untukmu, Hime."

Mendengar dirinya dipanggil Hime oleh Naruto membuat wajah Hinata memerah tak tertahankan, ditambah dengan desir bahagia dijantungnya.

"Aku... Mencintaimu Hinata." Mengecup kening gadisnya lama.
.
.
.
Mizukage termenung di kamar yang ia tempati, di Konoha tentunya. Ia rela meninggalkan tugas kenegaraan hanya demi keponakannya.

Rasa bersalah yang selalu menghantui Mizukage cantik ini, tanpa ia sadar mengubah itu menjadi senjata boomerang untuk dirinya. Orang tua Ayumi meninggal karena menyelamatkan Mizukage saat dalam perjalanan pulang dari pertemuan penting. Saat itu, orang tua Ayumi yang juga kakak dari Mizukage rela mengorbankan diri merek untuknya, sampai pada akhirnya merek tewas.

Sejak saat itu, Ayumi menjadi tertutup pada siapapun. Ayumi merasa hidupnya telah berakhir dan mati bersama orang tuanya. Mizukage sebagai bibi pun merasa bersalah namun, ia bisa apa untuk melawan takdir. Sehingga rasa sayang pada keponakannya ini juga serta rasa bersalah tak pelak mengubah itu menjadi sesuatu hal yang mengerikan saat ini. Ayumi seperti itu apa karena dirinya?

Semangat hidup Ayumi kembali, saat mendengar cerita tentang pahlawan dunia Shinobi. Perlahan gadis ini menjadi kembali tersenyum meski, tidak seperti dulu. Hal itu membuat Mizukage sangat begitu bersyukur akhirnya, keponakan bisa berangsur kembali seperti dulu.

Our Love.Where stories live. Discover now