"Ini pasti susu yang dikasih sama penggemar lo," tebak Berlina sambil mencoba melepaskan sedotan dari belakang tubuh si kotak susu.

Akhir-akhir ini memang Asoka selalu menemukan sekotak susu di kolong mejanya. Kotak susu itu selalu disertai dengan catatan kecil yang isinya berupa kata-kata penyemangat untuk Asoka. Namun, catatan tersebut tidak pernah mencantumkan pengirimnya, hanya ada huruf "A" yang misterius di akhir pesan tersebut.

Berlina mulai merasa penasaran dan mencoba bertanya kepada seluruh teman sekelasnya untuk mencari tahu siapa pengirim kotak susu misterius ini. Namun, teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepala sebagai respons, menunjukkan bahwa mereka juga sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang siapa pengirimnya. Sepertinya pengirim kotak susu ini selalu datang lebih awal daripada kebanyakan murid-murid lainnya, membuat Berlina semakin sulit menemukan jawaban.

Berlina curiga jika yang memberikan Asoka sekotak susu adalah teman kelasnya sendiri.

"Iya," jawab Asoka enteng.

Meskipun Berlina telah membuka plastik sedotan dengan mudah, Asoka dengan cepat merebut sedotan tersebut bersama dengan kotak susunya. Ia dengan sigap membuka sedotan dan menyatukannya dengan kotak susu. Setelah siap diminum, Asoka kembali memberikan kotak susu tersebut kepada Berlina.

Sebelum meminum susu coklat pemberian dari orang tidak dikenal itu, Berlina memutar-mutar kotak susunya, mencoba mencari catatan kecil yang biasanya tertempel di kotak susu. "Kok nggak ada notenya?'

"Emang nggak ada?"

Berlina menggeleng, "nggak ada, tuh."

"Oh, jatuh kali." Tebak Asoka.

"Kali ini apa isi notenya?"

Dengan acuh tak acuh, Asoka mengangkat bahunya. Berlina merasa bingung dengan sikap Asoka yang begitu apatis. Diberi hadiah oleh seorang pengagum seharusnya bisa membuat seseorang bahagia, tetapi tampaknya hal ini tidak berlaku untuk Asoka. Bahkan, Asoka juga tidak menunjukkan minat sedikit pun untuk mengetahui siapa pengirimnya, juga tidak tertarik untuk membaca pesan penyemangat kecil yang terlampir. Biasanya, Berlina yang akan membacakan pesan itu untuk Asoka.

"Bener-bener lo, Ka." dumel Berlina, "hargai dikit kek pemberian orang, tuh." saran Berlina. Meskipun ia mengatakan hal tersebut, Berlina tidak pernah menolak jika Asoka memberikan kotak susu tersebut padanya.

"Lagian gue nggak pernah minta dikasih gituan," kata Asoka dengan sikap acuh.

Berlina menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Memberikan saran pada Asoka memang terkadang menjadi tugas yang sulit. Bukannya apa-apa ya, Berlina sebagai seorang perempuan paham betul bagaimana rasanya jika cowok yang kita suka tidak menghargai pemberian kita.

Dengan lembut, tangan Berlina menyodorkan kotak susu yang ada di genggamannya, memberikan isyarat tak langsung kepada Asoka untuk meminumnya. Asoka, yang sudah paham dengan sikap Berlina, langsung meminum susu tersebut.

Setidaknya Asoka minum walau sedikit, bentuk penghargaan yang paling ringan.

Tiba-tiba Berlina teringat sesuatu yang telah mengganggunya sejak tadi. "Eh Asoka!" seru Berlina, "kok bisa bokap gue nggak tau kalau gue bolos les?"

Asoka menyilangkan kaki, ia memamerkan senyum bangganya. "Hebat kan gue?"

Berlina mengangguk sambil terus menikmati susu coklat kesukaannya. Ia memberikan jempol kepada Asoka dan berkata, "hebat, hebat, pakai cara apa emangnya?"

BrandariWhere stories live. Discover now