Brandari | 20

445 55 63
                                    

Mm.. Hai Kawan. Apa kabar hari ini? Semoga selalu baik, ya.
Semoga kita semua selalu diberi kesehatan baik jasmani maupun rohaninya^^



Selamat Membacaa, ya^^

*

Libur pada hari sabtu dan minggu terkadang membuat Berlina kebingungan ingin menghabiskan waktu dengan bagaimana. Rasanya, ia selalu menghabiskan waktu weekendnya bersama dengan Asoka. Terkadang Berlina bosan.

Pandangan yang berhasil Berlina tangkap saat membuka pintu kamar Asoka adalah sang penghuni yang sedang asik rebahan dengan ponsel yang digenggam secara horizontal. Game, tentu saja Asoka sedang memainkannya.

"Kayanya lo nggak kapok walau kemarin udah liat gue telanjang," sindir Asoka pada Berlina yang main masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu dulu.

Mata Berlina secara spontan langsung memutar, "kemarin lo nggak bener-bener telanjang, kali."

"Kalau gitu lain kali gue telanjang."

"Heh!" Berlina teriak, ia mendekati Asoka hanya untuk menjawit bibirnya dengan cukup kencang, "mulutnya nih ya, mulutnya!"

Seolah tidak sakit, Asoka mengabaikan perbuatan Berlina dan lebih memilih untuk tetap fokus pada permainan di ponselnya. Membuat kekesalan Berlina bertambah dengan sangat drastis.

"Rasain nih, biar bibir lo jontor!" Sumpah Berlina. Setelahnya ia melepaskan bibir Asoka dan merebahkan diri di sebelah Asoka.

Sambil membenarkan posisinya, Asoka menyahut. "Gapapa biar sexy."

"Serah lo deh," desis Berlina.

Keduanya diam. Berlina dengan pikirannya sedangkan Asoka masih sibuk dengan permainannya. Tidak ada kecanggungan, memang hanya sedang fokus saja pada kesibukannya masing-masing.

Berlina tengah sibuk merenungi insiden sarapan pagi tadi. Fero dan Luna seterang-terangan itu merendahkan keinginan Berlina di depan kedua Kakaknya. Menjadi seorang baker seolah-olah menjadi sesuatu pekerjaan yang tidak ada harganya dimata mereka.

Beruntung Asnal dan Astrid tidak sependapat dengan kedua orang tuanya. Mereka justru mendukung Berlina dan memberi saran yang serupa dengan Sasita.

Kenapa, ya? Kenapa Fero dan Luna sebegitunya kepada Berlina? Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Apa yang sebenarnya Fero rencanakan?

"Lo ke sini cuman mau diem doang apa gimana?" Tanya Asoka yang ternyata sudah sedari tadi memandangi wajah Berlina. Memperhatikan setiap lekukannya dari samping.

"Diem-diem gini gue lagi mikir, tau!" Cetus Berlina.

Asoka tidak menjawab lagi. Kepala Berlina bergerak untuk memastikan keadaan Asoka, pada saat itu juga Asoka langsung melontarkan pertanyaan. "Semalem lo kenapa?"

"Emang semalem gue kenapa, si? Perasaan gue baik-baik aja, deh." Jawab Berlina tanpa mempertimbangkan perihal kejujurannya. "Justru lo yang aneh."

"Temenan dari ari-ari masih nempel tapi lo masih aja tertutup sama gue."

Kasur Asoka bergoyang saat Berlina menegakkan tubuhnya, "Ka?" Alisnya mengerut dengan kedua tangan menunjuk ke arah cermin tepat di sebelahnya. Menyuruh Asoka untuk berkaca agar dia sadar diri.

BrandariWhere stories live. Discover now