Brandari | 10

495 52 33
                                    

Hai!

Sebelum baca budayakan vote dulu ya. Komennya juga jangan lupa, biar daku semangat^^

Chapter ini agak panjang, jadi siapkan diri agar tidak bosan HAHAHAHA

Selamat Membaca<3

Sudah seminggu Berlina menjalankan misi pertamanya, tetapi hasilnya tidak ada yang membuat Berlina mendapatkan perasaan puas. Derbi tidak memberikan reaksi marah atau kesal ketika Berlina mencoba menjalankan aktivitas yang tidak melibatkan Derbi di dalamnya. Padahal Berlina sudah bersusah payah agar misinya itu berjalan dengan baik.

Menjaga jarak dari Derbi tidak mudah bagi Berlina. Namun kenapa Derbi bisa terlihat biasa saja?

Berlina mengacak-acak rambut bergelombangnya dengan kasar, memikirkan Derbi sangat menguras tenaga dan pikirannya.

"Kenapa si kamu Ber?" Astrid yang kebetulan sedang menonton televisi bersama dengan Berlina terlihat sangat penasaran dengan gerak-gerik Berlina yang aneh.

"Eh ...?" Berlina lupa jika ada Astrid di sini. Itu menjadi bukti nyata bahwa Berlina benar-benar lelah hanya karena memikirkan Derbi. "Aku lupa kalau ada Kak Astrid di sini."

Astrid mengerutkan alisnya, mulutnya terus mengunyah kue yang ia jadikan camilan untuk menambah kenikmatan saat menonton televisi. "Dasar aneh, bisa-bisanya lupa kalau ada bidadari di sini." Dumel Astrid dengan mulut yang penuh.

"Aku lupa ada Kak Astrid di sini, bukan lupa sama diri aku sendiri."

Astrid memandang geli ke arah Berlina. Ia sangat paham dengan maksud Berlina yang mengakui dirinya sendiri adalah bidadari. Terlihat sedang banyak pikiran, tetapi Berlina masih bisa membuat candaan.

Sementara Astrid kembali ke film yang menarik perhatiannya, Berlina kembali memandang kosong ke arah televisi. Wajah masam, rambut bergelombang yang acak-acakan, ditambah dengan posisi duduk yang sembarangan membuat Berlina semakin terlihat berantakan.

"Ganti baju dulu sana, nanti diomelin Mamah tau." Suruh Astrid.

Baju seragam memang masih menempel di tubuh Berlina. Pulang dari sekolah tidak lantas membuat Berlina segera mengganti baju, ia lebih memilih ikut duduk di ruang keluarga bersama dengan Astrid yang sibuk menonton film di televisi. Bukan untuk ikut menonton film, Berlina hanya ikut duduk hanya untuk membebaskan pikirannya yang sedang melayang-layang.

"Mager banget ke atasnya." Berlina berkata jujur.

"Mau Kakak panggilin Asoka buat gendong kamu dari sini sampai ke atas?"

Berlina sedikit salah tingkah, "ih apaan si Kak!"

Menyadari respon Berlina yang malu-malu membuat Astrid tertawa pelan, "kenapa? Dulukan kamu suka banget minta gendong Asoka."

Bibir Berlina manyun. Ingin mengelak, tetapi ingatannya menolak. Waktu kecil, Berlina suka sekali meminta Asoka untuk menggendongnya. Sensasi nyaman ketika berada di punggung Asoka tak terlupakan, terutama saat dirinya merasa lelah seperti saat ini.

Ada begitu banyak kenangan antara Berlina dengan Asoka, jadi tidak heran jika Astrid dan Asnal selalu menggoda Berlina tentang hal tersebut. Meskipun kedua kakaknya hanya melakukannya dengan tujuan iseng, tetapi hasilnya selalu berakhir dengan teguran dari orang tua mereka kepada Berlina.

"Kamu lagi pusing sama jurusan yang mau kamu ambil, ya?" Tanya Astrid.

Jawaban Berlina tentu saja tidak, karena ia sedang memikirkan Derbi. Soal perkuliahan bahkan tidak pernah muncul di otak Berlina sejak seminggu yang lalu. Berlina hanya fokus pada Derbi.

BrandariWhere stories live. Discover now