Fall Asleep in Train: Killer x fem! Penguin

768 40 3
                                    

hellaw

sejujurnya ada banyak draft, tapi lagi kehilangan niat. jadi publish yang ini dulu yah:"

.

Penguin menarik napas lega ketika akhirnya sampai di stasiun setelah bersusah payah melewati genangan air dan lumpur serta derasnya hujan di sepanjang jalan. Akhirnya setelah berhari-hari lembur di rumah sakit, atasan memberikan cuti untuknya selama dua hari untuk bisa beristirahat. Memang tidak sebanding dengan pengorbanannya lembur, tapi tidak mengapa. Dua hari saja cukup. Pekerjaan di rumah sakit memang tidak mudah, meskipun dia hanya sebagai asisten bedah.

Hujan yang mengguyur sejak dia meninggalkan rumah sakit membuatnya kedinginan. Sejenak dia merasa menyesal telah menolak tawaran Law untuk mengantarkannya ke apartemennya-omong-omong, Law dijemput oleh kekasih seksi berambut merahnya sehingga bisa kemanapun dengan leluasa-tapi dia juga tak ingin mengganggu kemesraan sahabatnya itu. Setelah melihat jam bahwa kereta tujuannya akan tiba tak lama lagi, dia menghela napas lega dan mulai menyusun rencana.

Setelah sampai di apartemen-oke, mungkin membeli beberapa makanan dulu, dia akan mandi, lalu segera tidur. Lembur berhari-hari telah mengacaukan jadwal tidurnya. Gadis berambut keperakan itu mengusap pipinya yang dingin, membenarkan topinya dan membetulkan jaketnya. Kantuknya mulai tak bisa ditahan, ditambah dengan udara dingin yang berhembus membuat matanya semakin berat.

"Nona, kau tidak apa-apa?"Sebuah tangan menahan punggungnya yang terhuyung ke belakang. Penguin harus memaksakan diri menegakkan tubuhnya dan memfokuskan pandangannya pada siapapun yang sedang menahannya saat ini. Penguin menyipitkan matanya, menatap iris biru safir pria itu yang berkilau di balik rambut pirangnya.

"A-ah, maafkan aku,"Penguin mengangguk, pandangannya buram-fokus-buram-fokus akibat mengantuk.

"Wajahmu pucat sekali Nona, apa kau yakin baik-baik saja?"Nada kekhawatiran terdengar jelas dari pria pemilik mata indah itu. "Kau bahkan nyaris jatuh pingsan tadi."

"Mm-hm. Aku bukannya mau pingsan, aku hanya mengantuk,"Penguin tersenyum pada pria itu. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

"Tidak masalah. Kebetulan saat ini penumpang sedang sepi, jadi aku bisa langsung melihatmu,"

Penguin menggumamkan kata-kata, yang hanya bisa didengar olehnya sendiri. Tak lama kemudian, kereta tujuannya telah tiba, terlihat gagah menembus guyuran hujan yang seperti jarum es.

"Itu keretaku,"kata Penguin pada pria yang setia berdiri di dekatnya itu. "Terima kasih untuk semuanya."

Penguin masuk dan langsung duduk. Pria itu benar, penumpang tidak banyak saat ini jadi dia bisa tidur sebentar saja tanpa dilihat oleh orang lain. Pendingin udara di kabin menyala maksimal, membuat kantuknya semakin menjadi-jadi saja. Penguin memasukkan tasnya ke dalam jaket, merapatkan jaketnya dan menyandarkan kepala ke belakang.

Tidur sebentar saja tidak apa-apa, 'kan...

.

Pria itu kembali bertemu dengannya, gadis berambut keperakan dan bertopi biru tua yang saat ini sedang mencoba menahan kantuk sekuat tenaga. Kepalanya terangguk-angguk, memeluk tasnya dengan erat. Dia merasa kasihan pada gadis itu. Dia terus mengawasi saat Penguin mulai menyandarkan kepalanya ke belakang dan mulai terlelap.

Kereta perlahan melaju, semakin lama semakin cepat. Tubuh Penguin yang tidak siap terhuyung terbawa gerakan kereta. Kepalanya mulai bergeser dari posisi semula. Secepat kilat pria itu pindah duduk di sebelah Penguin, menopang kepalanya dan membiarkan Penguin tidur di bahunya.

Gadis itu langsung mengerang, merasa nyaman dengan posisinya yang baru. Pria itu tersenyum kecil. Sepanjang perjalanan yang berlangsung sunyi, pria itu hanya diam, mendengarkan helaan napas teratur gadis itu.

.

Terima kasih untuk siapapun malaikat baik hati yang bersedia berbagi bahu untuk bersandar....Berkatmu, istirahatku rasanya lebih dari cukup.

-alam bawah sadar Penguin.

.

note. susah cari fanart KilfemGuin mabro:") atau aku yang ga pandai nyari.

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now