apple candy: zoro x reader

1.1K 138 4
                                    

"[name], jangan makan permen pas lagi rapat!" Doflamingo mendesis pada sekretarisnya yang sedang merobek bungkus permen. "Nggak enak kalo keliatan klien!"

"Tapi Pak," kamu buru-buru memasukkan bulatan permen manis itu ke mulut. "Kalo nggak makan permen, saya ntar gugupan gimana? Bapak kan paling kenal saya."

"Yaa kalo gitu kenapa gak dari tadi makannya? Kan nggak enak kalo kamu makan sendirian gini."

"Oh," kamu mengerti maksud atasanmu itu. "Yaudah, kalo gitu saya tinggal tawarin aja ke mereka satu-satu."

"EH JA—"

"—Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya, sebelum meeting dimulai, izinkan saya membagi-bagikan permen apel ini supaya Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya sekalian tidak gugup dan dapat berpikir jernih. Sebuah studi penelitian mengatakan kalau rangsangan di mulut memicu otak berpikir, jadi jangan sungkan dan ambil saja permen apel ini,"kamu mengindahkan atasanmu, lalu dengan sigap mengulurkan semangkuk permen apel. Para klien disana awalnya tercengang, merasa aneh sekaligus takjub dengan sikapmu, namun pada akhirnya mereka menerimanya.

Doflamingo menghela napas, rasa ingin mengusak kepalamu muncul saking gemasnya. Tapi tidak mungkin dia lakukan karena sedang berada di hadapan para klien. Para klien yang tadinya tampak tegang saat mengikuti rapat kini terlihat lebih rileks, memuji kamu yang dengan lugunya menawarkan permen. Setidaknya ini berakhir baik. Rapat pun kembali berjalan seperti biasa.

.

“Ah, selesai juga,”Kamu merenggangkan tubuh, lalu kembali membereskan berkas-berkas yang digunakan saat rapat tadi. Doflamingo keluar lebih dulu untuk mengantar para kliennya. Seorang pria bersurai hijau masuk sambil menguap dan mengambil tempat duduk di sampingmu, lalu merebahkan kepalanya di meja.

“Kalau kamu kesini cuma buat tidur, mending pergi aja sana,”katamu sambil menggelengkan kepala. “Ini ruang rapat, bukan kamar tidur.”

“Apa salahnya? Doflamingo juga nggak ada disini,”Pria itu menatapmu. “Kamu lama banget.”

“Jangan salahin aku. Salahin para klien yang terlalu bersemangat sampe aku kewalahan. Padahal mereka biasanya nggak gitu. Apa ini karena permen apel yang kubagikan, ya…”

“Permen apel?”Dia menegakkan tubuh, lalu menyeringai meremehkan. “Maksudmu permen yang selalu kau makan kapanpun dan dimanapun?”

“Iya. Aku membagikannya supaya mereka gak gugup. Dan hasilnya mereka jadi kelewat semangat,”Kamu balas menatapnya, mengabaikan seringaiannya. “Kamu juga harus mencobanya, Zoro. Siapa tahu sikap pemalasmu itu jadi hilang.”

“Nggak mau dan gak akan pernah,”Zoro mendaratkan telapak tangannya yang besar di atas kepalamu, lalu mengacak-acak rambutmu sampai kamu menggerutu kesal. “Permen apel rasanya nggak enak. Makanan khas orang kutu buku kayak kamu.”

“Dasar. Berhenti mengacak rambutku!”Kamu menepis tangannya sambil menggembungkan pipi. “Kalau gak mau ya sudah. Nggak usah ngejek-ngejek makanan kesukaan orang lain.”

Zoro tertawa mendengarmu merajuk. Kamu mengabaikannya dan memasukkan semua berkas ke map dengan rapi. Setelah selesai, kamu bangun dan berjalan keluar, diikuti Zoro di belakangmu.

“Jangan ngambek, lah. Masa cuma gara-gara permen apel aja kamu ngambek gini.”

“Nggak ngambek.”Jawabmu ketus, meletakkan mapmu di atas meja.

“Jawabnya aja gitu, berarti kamu ngambek.”

“Nggak ngambek!”Kamu menatapnya tajam, lalu mengambil sebutir permen apel dan merobek bungkusnya, lalu memasukkan permennya ke dalam mulut.

One Piece Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang