Let's End This: Kid x Reader

1.8K 220 31
                                    

Hari itu, malam itu, adalah saat yang paling dihindari (Name). Namun, sebanyak apapun dia berusaha menghindarinya, dia harus berhadapan dengannya lagi dan lagi.

Karena sejak malam ini, semuanya tak lagi sama.

(Name) menguatkan diri, menarik napas panjang hingga dadanya sesak, lalu mengembuskannya perlahan. Lalu menarik napas lagi, begitu berulang-ulang seraya mengaitkan jemarinya, mengusir dingin disana.
Gadis bersurai (H/C) itu menatap jam yang terpasang di kanopi halte.

Pukul 23.45.

Waktu menjelang tengah malam. Seharusnya dia sedang di kamar saat ini, dan tidur untuk melupakan segalanya dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja.
Dia sudah menunggu selama tiga puluh menit, dan masih lima belas menit lagi hingga waktu yang dijanjikannya. Empat puluh lima menit dihabiskannya menyendiri di tengah malam yang sepi ini, menahan kantuk dan dingin.

Tiba-tiba suara klakson mobil dan cahaya lampu mobil mengejutkannya. (Name) menoleh ke arah sumber cahaya. Sebuah mobil sedan berwarna merah tua melaju pelan ke arahnya, lalu berhenti di depan halte. Kaca mobil diturunkan, menampilkan seorang pria bersurai merah acak-acakan dengan wajah kuyu dan mengantuk.

"Hei. Selamat malam," sapanya, melambaikan tangan dengan canggung. Seberkas rasa pedih menusuk hati (Name), namun dia mengabaikannya. "M-maaf, aku ketiduran tadi...Apa kau sudah menunggu lama?"

"Tidak masalah untukku,"

"Masih lima belas menit waktu janjian kita," (Name) berusaha menahan diri untuk tersenyum. Jika dia melakukan itu maka perasaannya hanya akan semakin hancur.

"Benarkah?" Si pria mengecek jam di dasbor mobilnya. Kembali tersenyum bodoh saat membaca waktu yang tertera. Pukul 11.45 PM.

"Ya ampun, aku tidak mengecek jam," dia mengusap tengkuknya sambil tertawa kecil. "Maaf membuatmu menunggu. Mau masuk?"

(Name) tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab.

.

Deru mesin mobil terdengar lembut, angin malam yang dingin berhembus berpadu dengan kesunyian yang menerpa. Sepanjang perjalanan mereka terdiam, tidak ada satupun yang berminat memulai percakapan. Si pria sibuk menyetir dan fokus pada jalanan di depannya, sementara (Name) memandangi jendela, memperhatikan bagaimana objek diluar seakan berlari menjauh seiring laju mobil. Lampu jalan menyala redup, namun setidaknyamemberi penerangan yang cukup untuk mereka. Pohon-pohon dan semak berwarna hitam terlihat sedikit menyeramkan.

Si pria terus membawa mobil mengelilingi kota, melewati berbagai tempat dan spot, melawan keinginan untuk mampir dan masuk kesana. Tidak untuk saat ini. Mereka sering melakukannya dulu, dan untuk saat ini dan seterusnya, mereka sama-sama tahu mereka tidak akan bisa melakukannya lagi.

Bermenit-menit dalam keheningan, akhirnya (Name) membuka suara.

"Berhenti," ucapnya parau. Gadis itu menyentuh lengan si pria yang sedang memegang kemudi. Kemudian seakan menyadari perbuatannya, (Name) menarik tangannya dengan enggan.

Si pria menyadari perbuatan (Name) dan tanpa sadar tersenyum miris.
"Baiklah," balasnya, perlahan menghentikan laju mobil dan memarkirkan mobil di pinggir jalan.

Keduanya kembali terdiam. (Name) merasa kedua matanya kembali memanas, keheningan ini menyiksanya.

"Kid, aku masih mencintaimu, mencintaimu, sangat, sangat, sangat mencintaimu---"

"Jadi..."Si pria menghadap (Name) yang menundukkan kepala. Keheningan yang menggantung ini membuatnya nyaris gila.

"Kita benar-benar tak bisa melanjutkan ini?"lanjutnya disertai senyum pedih. (Name) mengangkat kepalanya dan memandang si pria. Air mata tumpah di pipinya, dan dia tidak berniat menghapusnya.

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now